seventh

388 59 10
                                    

Menjelang akhir bulan selalu identik dengan rusuhnya setoran proyek, laporan closing, dan perasaan malas bekerja karena hawa gajiannya sudah sangat terasa.

Rayne sendiri tidak terlalu pusing, karena risetnya sudah selesai dan dia hanya butuh persetujuan dari Kaldo lagi.

"Rayne Ames." panggil Kaldo, yang membuat dirinya sudah waspada sejak tadi, takut kena marah.

Tapi dugaannya salah, karena sekarang Kaldo tersenyum lebar sambil membolak-balik hasil laporannya. "This is what I expect from you."

Meskipun begitu, Rayne tetap mengantisipasi apa yang akan dikatakan Kaldo setelahnya. "Kalo datanya valid kayak gini kan enak, bisa langsung diajuin ke Divisi Marketing."

Rayne menghembuskan napas lega dan bersandar di kursinya. "To be honest, riset ini nggak bakal selesai tepat waktu kalo nggak ada Pak Orter yang bantuin saya."

Kaldo terkekeh menatapnya. "Kamu pacaran sama Orter, ya?"

Entah kenapa Rayne tidak terlalu terkejut mendengar pertanyaan itu. "Pak Kaldo kok bisa mikir kayak gitu?"

Satu hal yang paling Rayne benci dari kantornya ini adalah mudah sekali rekan-rekan kerjanya termakan oleh gosip yang membuat dirinya bergidik malu.

Sangat menyebalkan apalagi saat beberapa orang yang kubikelnya ada di paling ujung juga ikut bergosip di area Departemennya.

Maka sejak hari itu, tersebar gosip di seluruh kantor ini bahwa Orter Madl sedang menaruh hati pada Rayne Ames.

"Soalnya Orter nggak pernah mau ikut campur kerjaan orang lain, kecuali kamu kayaknya." gumam Kaldo.

Rayne mendengus. "Tapi saya beneran nggak pacaran sama Pak Orter."

"Berarti kamu masih mau promosi, Ray?"

Kedua mata Rayne langsung berubah berbinar-binar mendengarnya, dengan senyum manis yang muncul di bibirnya. "Mau banget, Pak."

Kelebihan mendapatkan promosi:
Gaji lebih tinggi✔ Tidak perlu berbagi bilik dengan ketiga temannya lagi✔ Perkembangan karir✔

"Saya bisa aja kasih rekomendasi nama kamu ke HRD." Kaldo mengangkat bahunya, ada seringai tipis yang menghiasi wajahnya.

"But sadly, kerjaan kamu belum selesai. You still have to submit your weekly activity report."

Rayne rasanya ingin mengumpat, tapi pada akhirnya dia tetap mengangguk dengan bibir cemberut. "Iya saya ngerti, Pak."

"Kamu yakin nggak pacaran sama Orter?" goda Kaldo, kali ini alisnya ikut naik-turun. "Atau mungkin belum pacaran?"

"Yakin, Pak. Saya nggak pacaran sama Pak Orter." jawab Rayne, nada suaranya jengah.

"Bener?" tanya Kaldo menuntut.

Rayne berdecak pelan. "Beneran, Pak."

Kaldo tertawa karena ekspresi jengkel yang muncul di wajah Rayne. "Padahal kalo mau pacaran juga gapapa. Tapi kamu tau konsekuensinya, kan?"

Rayne mengangguk, jelas tahu apa yang sedang menjadi arah pembicaraan Kaldo. Sesuatu tentang aturan yang mengikatnya sejak dia menandatangani kontrak dengan perusahaan ini.

"Emangnya kamu nggak suka sama Orter?" tanya Kaldo, yang tiba-tiba jadi penasaran.

Ketika Rayne masih berusaha menemukan jawaban untuk pertanyaan itu, Kaldo kembali menyuarakan pikirannya. "Let's say you guys are dating, are you willing if your career is at stake?"

Beberapa minggu yang terjalin di antara mereka berdua bukanlah hal yang bisa diabaikan begitu saja, tapi diam-diam Rayne juga setuju dengan pendapat Kaldo yang ada benarnya.

It's You - [orterayne] verTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang