_L&O_
Pagi hari kembali menyapa. Zeeno terbangun lebih dulu karena merasa ingin ke kamar mandi. Ingin segera bergerak, tapi tangannya terasa berat karena ada Chika yang menjadikan tangannya bantalan dan meringsek masuk kepelukan Zeeno. Dengan perlahan Zeeno menarik tangannya, berusaha tidak membangunkan Chika yang nampak nyenyak dalam tidurnya. Setelah berhasil, Zeeno segera ke kamar mandi untuk buang air kecil yang sudah tertahan.
Kepergian Zeeno ke kamar mandi membuat Chika terbangun. Dia belum sepenuhnya sadar meraba sisinya yang kosong. Tak ada pelukan juga yang dia rasakan. Hal itu membuat Chika segera mengumpulkan nyawanya, untuk mencari dimana keberadaan suaminya.
"Zeeno kemana?" Chika bersuara dengan serak.
Mendengar suara gemricik dari kamar mandi membuat Chika tau kalau suaminya itu sedang berada di sana. Dia bergerak ingin menyusul, tapi sontak meringis karna merasakan sakit diarea tangannya yang semalam dia lukai. "Sakit," ucap Chika sambil melihat keadaan tangannya yang sudah terbalut dengan perban.
Di kamar mandi Zeeno merasakan lega karena berhasil mengeluarkan urine, dia sampe bergetar keenakan. Setelah itu dia membersihkan alatnya kemudian menyimpannya kembali. Sebuah tangan yang tiba-tiba muncul, melingkar dipinggang Zeeno, membuatnya terkejut. "HA! Kamu ngagetin aja!" sentak Zeeno terkejut karena pelakunya adalah Chika. Lagian siapa yang ga kaget kalau tiba-tiba ada yang memasuki kamar mandi, padahal ada orang di dalamnya. Atau tidak pemikiran hal mistis yang mengganggu juga membuat takut.
"Kamunya pergi," kata Chika.
"Aku kebelet," jawab Zeeno. Dia menekan tombol untuk membersihkan klosetnya. Kemudian beralih kewastafel untuk mencuci tangan. Chika masih nemplok bak monyet yang tak mau ketinggalan seorang induk. "Kamu awas, mandi sana," kata Zeeno. Sebenarnya dia masih kesal dengan Chika, ditambah hal bodoh yang sudah Chika lakukan semalam.
"Mandi sama kamu?" tanya Chika dengan mata yang berbinar.
"Mandi sendiri. Udah gedhe juga," jawab Zeeno terkesan cuek. Dia mencuci tangannya dengan sabun yang membuat bau wangi menyelimuti.
"Pengennya mandi sama kamu."
"Nggak." Chika menekuk bibirnya, kecewa mendapat penolakan dari suaminya.
Zeeno beranjak keluar kamar mandi lalu mengambil gelas kosong di atas nakas. Dia akan ke dapur karena merasa haus. Setiap pergerakan Zeeno, Chika selalu saja mengikuti. Dia memegang ujung baju Zeeno, sudah seperti ekor.
"Pagi Bi," sapa Zeeno pada Bibi Han yang sedang membuat sarapan.
"Bagi Tuan, Nyonya. Tuan dan Nyonya mau sarapan sekarang? Sebentar lagi masakan matang," kata Bibi Han.
"Nanti saja Bi, saya mau mandi dulu," jawab Zeeno. Dia meneguk segelas air putih hingga tandas.
"Aku juga mau," cicit Chika. Zeeno dengan pengertian memberikan segelas air untuk Chika, lalu dia akan pergi, tapi tertahan karena Chika menarik bajunya sambil terus menghabiskan air. Setelah habis, barulah mereka kembali pergi ke kamar.
Bibi Han memandang dengan rasa prihatin. "Mereka pasangan yang lucu, tapi sayang sekali harus ada konflik diantaranya. Semoga lekas membaik Tuan, Nyonya," monolognya. Dia tau bagaimana hari-hari kedua majikannya itu. Karena setelah Zeeno dan Chika menempati rumah ini, Bibi Han lah yang menjadi ART di sini sampai sekarang. Jadi dia tau bagaimana romantis majikannya.
Di kamar Zeeno tengah bersiap untuk bekerja. Mereka sama-sama sudah mandi. Mandi sendiri tentunya, karena Zeeno menolak untuk mandi bersama. Sedari tadi Chika terus saja meminta ingin ikut lagi Zeeno ke cafe. Dia ingin melihat suaminya bekerja, katanya. Namun, tentu Zeeno langsung menolak. Dia tak mau kejadian kemarin terulang kembali, yang membuat dirinya terancam dipecat.
"Ayolah sayang, aku pengen ikut. Janji deh, aku ga akan bikin masalah lagi di sana. Kemarin aku cuma kesel sama cewe gatel itu."
"Dia punya nama, Chik," sahut Zeeno membenarkan.
"Aku ga peduli. Boleh ya, aku ikut?"
"Gak."
"Aaa, Zeeno aku pengen ikut. Aku ga mau kamu digenitin sama banyak cewe, kemarin banyak yang lihat kamu dengan tatapan kagum, aku ga suka. Pokoknya aku ikut!"
"Jangan keras kepala Chik! Aku ga mau kamu ikut aku ke tempat kerja, kalau kamu di sana cuma mau bikin aku terancam dipecat! Buat apa kamu ikut aku? Biasanya juga jalan sama selingkuhan kamu itu. Daripada kamu terus saja mengikutiku tanpa memperbaiki apa yang tengah terjadi, lebih baik kamu temui selingkuhan kamu. Lakuan hal yang sesuai dengan apa yang harus dilakukan, jika kamu masih mau rumah tangga kita tetap utuh. Semua keputusan ada di kamu. Aku hanya membari tau kalau aku juga ada batas sabarnya. Jikalau nanti batas sabar aku habis, aku yang memang cinta sama kamu, dengan terpaksa akan membawa hal ini ke pengadilan agama." Zeeno menyambar tasnya kemudian pergi dari sana untuk bekerja.
Sedangkan Chika diam menunduk dengan air mata yang mengalir. Dia kembali menangis. Dia tak ingin rumah tangganya bersama Zeeno berakhir. Dia tak mau Zeeno pergi meninggalkannya. Dia tak bisa tanpa Zeeno.
Chika mencari ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang.
Rekan Tian
Chika :
Aku ingin bertemu siang nanti
Sorry baru up. Gw bener" sibuk banget. Otak gw sampe susah buat mikirin buat lanjutin nulis. Kerjaan gw buat nulis sampe terlantar, karena kesibukan di RL. Sorry banget ya😓
Dah maap buat typo.
Met sahur smuanyaaa;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Obatnya [END]
Fiksi RemajaKeadaan rumah tangga yang tak lagi sama seperti awal mereka bersama. Suasana yang selalu damai perlahan mulai memudar. Luka yang tak pernah dipikirkan akan ada, tapi sekarang tercipta. Lantas jika sudah terluka bagaimana cara mengobatinya?