Sepenggal Cerita Masa Lalu

61 6 0
                                    

  Ini hanya sebuah kisah di masa lalu yang aku beri judul "Sepaket Bahagia dan Tangis"

  Kebahagian terpancar pada wajah kedua orang tuanya. Gadis kecil itu menatap penuh tanda tanya.

"Apa yang akan kalian katakan?"

Ayahnya tersenyum bahagia kepadanya.

"Ayolah, katakan ayah!"

"Kamu akan menjadi seorang kakak putri kecilku"

"Sungguh ayah?"

"Iya sayang"

"Ini adalah hadiah terindah untukku ayah"

"Kamu bahagia hm?"

"Sangat ayah!"

Ayahnya menatap sang istri.

"Lihatlah ma, gadis kecil kita akan menjadi seorang kakak"

"Terima kasih Ya Allah"

  Ara menatap mamanya

"Mama, ara sangat bahagia"

"Mama lebih bahagia sayang, jadilah kakak yang baik nanti ya?"

"Pasti ma"

  Sungguh, ara sudah lama menantikan seorang adik. Bulan terus berjalan. Tibalah hari dimana sang adik akan terlahir. Rumah sakit,  mama ara harus dirujuk ke sana. Ara tidak diperbolehkan ikut oleh ayahnya. Tinggallah ara di rumah bersama saudaranya.

#Di rumah bibi

"Ra, adikmu sudah lahir. Dia laki-laki" ucap bibi

"Alhamdulillah... Aku sudah menjadi seorang kakak"

Bibi tersenyum

  Ara menatap ke teras rumah bibi. Tidak sengaja ara mendengar obrolan kakek dan pamannya. Dalam hati ara berucap ' Mengapa kakek dan paman
   membahas kuburan bayi?'. Perasaan ara tidak enak. Ara bergegas pulang ke rumahnya.

"Mengapa di rumahku banyak orang?", pikirnya

Langsung saja ara masuk ke dalam rumahnya. Ara bertanya kepada adik Almarhumah neneknya.

"Nek, ini ada apa?"

Nenek memeluk ara

"Sabar ya sayang, Allah lebih sayang adikmu"

"Nenek bercanda ya? Kata bibi adik ara sudah lahir. Dia laki-laki Nek", ucap ara

"Dia akan menjadi Pangeran Surganya Allah ra, nanti ayahmu akan pulang membawa adikmu"

  Tangis ara pecah. Iya, tangis kebahagiaan dan tangis kesedihan.

....

"Buka pintu kamarmu Ra"

  Ceklek!

"Menangislah"

"Kenapa yah?"

"Ikhlaskan"

"Aku baru saja merasakan kebahagiaan, namun itu langsung terenggut"

"Ada yang lebih hancur ra"

"Mama?"

"Iya"

"Ara dan ayah harus kuat demi mama", ucap ara

  Ayah memeluk ara. Ayah keluar, ara langsung menutup kembali pintu kamarnya. Ara menangis sambil memeluk baju bayinya dulu yang seharusnya akan dipakai oleh adiknya.

"Hiks...Apa yang akan dikenang nanti? Bahkan aku belum mempunyai kenangan apapun dengannya"

Tok! Tok! Tok!

"Ra, buka pintunya, ini nenek"

"Aku ingin sendiri"

"Tidak boleh begitu ra, apakah kamu tidak ingin melihat wajah adikmu?"

"Aku tidak sanggup, Nek"

"Buka pintunya ara!"

  Ara membuka pintu kamarnya. Nenek menghampiri dan langsung merangkul ara untuk melihat wajah adiknya.

"Lihatlah ra, dia sangat tampan"

'Dia mirip denganku' ucap ara dalam
hati

"Apakah dia tidak ingin bermain denganku nek? Lihatlah, dia memilih pergi"

"Ara, adikmu tidak pergi. Dia hanya kembali ke tempat yang seharusnya"

"Dia bisa melihatku, tapi aku hanya bisa mengenang wajahnya"

Dua Peran (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang