اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
•
•
•فِيۡهِنَّ قٰصِرٰتُ الطَّرۡفِۙ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ اِنۡسٌ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنٌّۚ
"Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang membatasi pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia maupun jin sebelumnya".
(Q.S. Ar-Rahman ayat 56)Happy reading 🦕✨❤️
•
•
•
•
"Sayang," katanya lembut, "Mas percaya bahwa kamu adalah wanita yang tepat yang Allah takdirkan untuk mas. Istri yang shalihah, dan ibu yang baik untuk anak-anak kita nanti. Memilikimu saat ini adalah jawaban dari doa mas kepada Allah.""Mas percaya kita bisa melewatinya, sayang. Mau kan kita berjuang bersama dan menggapai Surga-Nya?" Ucapnya sambil mengelus lembut kepala Ziya. Ziya hanya menganggukkan kepalanya,tak ingin mengatakan apapun.
Suara handphone Gus Rezi berdering lagi, mengusik keheningan sore di asrama pesantren. Suara deringnya menggema dengan melodi islami yang lembut, namun kali ini terasa lebih mendesak. Gus Rezi menatap layar handphone dengan bingung. Nama yang muncul di situ adalah "Zaujati", gelar sayang yang selalu membuatnya tersenyum. Namun, saat ia menoleh, Ziya, istrinya, tengah duduk di sampingnya, tampak curiga.
"Handphone-nya di mana?" tanya Gus Rezi, matanya menyipit penuh tanda tanya.
"Di asrama," jawab Ziya cepat, merasa tidak enak.
Gus Rezi mengulurkan tangannya, "Ini lihat." Ia menunjuk ke arah handphone yang berdering tanpa henti.
"Angkat coba, Mas. Siapa tahu penting," dorong Ziya.
Dengan ragu, Gus Rezi akhirnya mengangkat panggilan video call itu. Begitu layar terbuka, wajah Laila muncul dengan ekspresi ceria, meski sedikit kesal.
"Ziii! Lama banget ngangkatnya!" seru Laila dengan suara keras.
"Eh, apa sih? Salam dulu lah," sahut Ziya, berusaha menenangkan.
"Assalamu'alaikum kepada Ziya Qurotul A'yun, kami mohon bantuannya! Kami sudah menunggumu di aula pesantren," pinta Laila pada video callnya. Suaranya penuh harap, namun ada nada cemas yang tak bisa disembunyikan.
"Astaghfirullah, gak ada adab banget anak itu," dengus Ziya, sambil menatap layar ponselnya. Ia merasa sedikit kesal.
"Gitu-gitu temen kamu, sayang," kata Gus Rezi dengan candaan, berusaha meringankan suasana.
"Aku kek ngemong bayi tiga kalau udah sama mereka, apa-apa harus diajarin," gerutunya, malam-malam dibuat pening akibat ketiga sahabatnya.
"Gak papa, sayang. Sekalian sambil belajar didik anak," sahut Gus Rezi.
"Yaudah deh, aku izin ke aula dulu ya, Mas," kata Ziya, berusaha terdengar antusias.
"Ini kalau dibiarin sendiri, gak bakal tidur di sini," batinnya, merasakan kehadiran beban yang tak terucapkan.
"Mas ikut boleh?" Gus rezi bertanya. "Ngapain coba ikut?" tanyanya.
"Ikut ajah, daripada jalan kamu gak diridhoi suami,"
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRLS
Teen FictionDISINILAH PERTEMUAN DARI ZIYA QUROTUL A'YUN. Ziya Qurotul A'yun, seorang perempuan cantik yang mendalami ilmu agama dan juga ketua geng motor, menemukan sahabat sejatinya. Ziya bertemu dengan tiga sosok wanita yang kelak akan menjadi sahabatnya dala...