58
After Rainbow
-Setelah Pelangi-***
Warning. Part ini mengandung adegan 🔞.
Mohon bijak dalam membaca.
***
Keesokan harinya, Elisa terbangun dengan Almer yang merengkuh tubuhnya begitu erat. Keduanya tertidur di atas ranjang, seolah tak terjadi apapun yang membuat hati lelaki itu patah berkeping-keping.
Elisa menolak lamaran Almer.
Ya, benar-benar menolak.
"Maafkan aku, sayang. Tapi seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Aku akan memberitahumu sendiri jika aku sudah siap untuk melangkah ke jenjang berikutnya. Untuk saat ini, aku belum menginginkan sebuah pernikahan. Maaf, maafkan aku."
Elisa mengerjapkan kedua mata memandang sosok Almer yang masih tertidur lelap disampingnya.
"Entah terbuat dari apa hatimu, sampai begitu sabar menungguku untuk siap menikah denganmu." Ujar Elisa dengan suara lirih.
Bukannya mengamuk atau bahkan menunjukkan ekspresi kecewa, Almer justru tersenyum seraya mengangguk pelan. Kembali menyantap makanannya seolah lamarannya yang baru saja Elisa tolak bukanlah masalah besar yang berarti.
"Maafkan aku, sayang." Elisa berkata seraya memeluk tubuh Almer kian erat. Menenggelamkan kepalanya pada dada bidang lelaki itu. Menghirup aroma jantan yang menguar langsung dari tubuh alami Almer.
Hati Elisa bergejolak. Berusaha keras menahan hasrat yang tiba-tiba memuncak di pagi hari ini.
Entah karena suasana dingin di tempat ini.
Ataukah karena melihat sosok Almer yang terlihat begitu seksi bahkan saat tertidur seperti saat ini.
Tubuh kekar Almer terpampang nyata dihadapan Elisa. Kaos putihnya sedikit tersingkap, memamerkan otot-otot liat menggiurkan di perut ramping lelaki itu. Rambutnya acak-acakan dengan beberapa helai yang menutupi dahinya lembut. Bibir tipis lelaki itu sedikit terbuka. Seakan tengah menggoda Elisa untuk mencecap dan merasakan kelembutan bibir itu secara langsung.
Bohong jika hanya Almer saja yang menahan godaan hasrat untuk tidak menyentuh Elisa sedari kemarin. Nyatanya perempuan itu juga merasakan yang sama.
Bagaimana bisa Elisa membiarkan sosok seksi dan menggoda Almer begitu saja? Sementara lelaki itu juga menunjukkan ketertarikan yang sama gilanya terhadap dirinya.
"Shit. Aku bisa gila jika terus begini."
Elisa menggigit bibir bawahnya keras. Wajahnya kian mendekat. Mengikis jarak dengan Almer yang masih jatuh terlelap.
Bibir keduanya hanya berjarak beberapa senti saja, kala keberanian Elisa tiba-tiba runtuh. Membuatnya tak berani bertindak gila dengan mencium Almer yang tengah terlelap.
Elisa kembali membenamkan dirinya di dada bidang Almer. Melingkarkan kedua tangan di perut ramping Almer.
"Tahan dulu nafsumu, Elisa. Kau harus bisa berpikir jernih. Walau Almer terlihat begitu menggiurkan, namun ini bukan waktu yang tepat untuk mencuri ciuman dari kekasihmu. Seperti orang cabul yang menjijikkan saja." Ujarnya di tengah rasa frustasinya.
Elisa tak tahu saja bahwa sedari tadi Almer sebenarnya telah bangun dari tidurnya dan berpura-pura terlelap hanya untuk menyaksikan perbuatan bodoh Elisa yang hendak mencuri ciuman diam-diam darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Obsession (Tamat)
RomansaJika orang lain menganggap obsesi adalah hal negatif, maka jauh berbeda untuk Almer. Ia terobsesi dengan Elisa. Dan melalui cerita ini, akan ia tunjukkan sebuah obsesi baru yang penuh cinta dan ketulusan. _____ Elisa Jasmine selalu berharap bahwa ke...