Ini udah lewat tapi, Mohon maaf lahir batin untuk semua reader maupun silent reader. Karenasemua manusia pasti pernah berbuat salah, begitupun aku. Jika aku pernah berbuat salah pada kalian atau tidak sengaja membuat kalian marah dan menyakiti hati kalian. Mohon dimaafkan.
Happy Reading ❤
Air
Sejauh ia menatap, hanya ada air. Namun bukan genangan air yang menenangkan jiwa. Melainkan air dengan gelombang ombak yang besar dan ganas, bahkan ada beberapa pusaran air yang menarik masuk benda apapun yang ada di permukaan.
Netranya ia alihkan ke bawah, menatap seseorang bersurai putih yang dengan santainya tidur menggunakan pahanya sebagai pengganti bantal. Dengan gemas, ia mencubit pipi seseorang tersebut yang tentu saja mengakibatkan seseorang tersebut mengaduh kesakitan.
"Tidakkah kau pikir, ini bukan waktunya untuk bersantai dan tidur? Bukannya kita harus mencari cara untuk mencapai altar yang kau bilang ada dibawah genangan air yg menyeramkan dibawah sana?" omel (Name) sambil menunjuk ke arah genangan air yang sangat luas di sekitar istana melalui jendela di depannya.
Nagi, pria bersurai putih itu malah menguap malas dan mengucek matanya. "Tenanglah" katanya.
"Bagaimana aku bisa tenang?" ucap (Name) yang setengah kesal dan setengah panik.
"Jangan khawatir (Name)" ucap seseorang yang baru saja datang dan mengelus surai (Name). Membuat (Name) mendongak dan melihat siapa yang baru saja datang.
"Kaiser. Kau juga sama saja dengan Nagi" (Name) menghela nafas.
Kaiser tertawa kecil. "Sungguh, kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Ada jalan di bawah istana ini yang langsung terhubung ke altar di bawah air sana. Bisa kubilang, istana milik Nagi adalah yang paling aman dan paling praktis soal altar setelah istana Phalosa"
"Benarkah?" tanya (Name) antusias.
Kaiser dan Nagi mengangguk.
"Kenapa tidak mengatakannya sejak awal!? Percuma saja aku khawatir sejak kalian bilang altarnya ada dibawah air" omel (Name) pada mereka berdua. Sontak keduanya mengalihkan wajah ke arah lain dengan keringat dingin di wajah mereka. (Name) menghela nafas dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.
"Jadi.... kapan kita akan mulai?" tanyanya sambil menatap Kaiser dan Nagi bergantian.
"Mau mulai sekarang?" tanya Kaiser.
(Name) berpegangan erat pada lengan Nagi, tubuhnya bergetar karena takut.
"Kalian tidak bilang jalannya akan segelap ini" bisik (Name).
Kaiser tertawa, "Kau takut gelap? Atau...... Takut akan ada hantu yang muncul?"
(Name) memukul punggung Kaiser yang berjalan di depannya dengan kesal. "Jangan sebut itu! Nanti mereka muncul sungguhan" omelnya dengan berbisik.
Kaiser mengaduh karena pukulan (Name) memang lumayan menyakitkan. "Kau tidak perlu takut dengan hal semacam itu. Dan kenapa juga kau berbisik-bisik sejak tadi? Hantu itu hanya mitos"
"Hantu itu bukan mitos, bukankah hal seperti ibl-" Nagi membekap mulut (Name) sebelum wanita itu menyelesaikan ucapannya.
"Jangan dilanjutkan, atau kau akan benar-benar memanggil mereka" ucapnya. (Name) mengangguk mengerti dan Nagi menjauhkan tangannya dari mulut wanita itu. (Name) semakin mengeratkan tubuhnya dan pelukannya pada lengan Nagi. Nagi sih senang-senang saja walau ia menjadi sulit berjalan.
Kaiser melanjutkan jalannya, memimpin di depan sambil berdecak kesal, merasa cemburu. "Aku juga mau" gumamnya dan hanya Nagi yg mendengarnya.
Mereka terus berjalan, menuruni satu-persatu anak tangga, sesekali berbelok dan menghindari jebakan yang terpasang di sepanjang jalan. Terima kasih pada Kaiser dan sihir angin miliknya yang menuntun mereka menghindari setiap jebakan tanpa harus merusak jebakan itu sendiri. Sesekali, Nagi dan Kaiser harus menggendong (Name) bergantian jika dirasa jalan yang dilalui semakin sulit.
Butuh waktu cukup lama hingga akhirnya mereka sampai di ruangan altar. Ruangan yang dindingnya merupakan kubah kaca, jadi mereka bisa melihat langsung keadaan di dalam air di sekitar mereka. (Name) menatap terpesona pada pemandangan di sekitarnya.
"Ternyata meski dari atas terlihat menyeramkan, dibawah sini justru airnya terasa sangat tenang dan juga sangat cantik" pujinya.
"Kau suka?" tanya Nagi. (Name) mengangguk.
"Kalau begitu, kapan-kapan..... Setelah semuanya selesai, mau datang lagi kemari? Lain kali, hanya berdua bersamaku" bisik Nagi di dekat telinga (Name).
Pipi (Name) bersemu, memerah. Ia bisa merasakan nafas Nagi di telinga dan bahunya.
"Y-ya..... Lain kali, ayo kita datang lagi" jawabnya.
"Altarnya sudah siap, ayo mulai" ucap Kaiser, setengah berteriak dari atas altar.
(Name) dan Nagi buru-buru berjalan mendekat, naik ke atas altar. (Name) langsung menuju ke tengah altar sementara Kaiser berdiri di pinggir di bagian belakangnya, mengawasi sekitar. Begitu juga Nagi yang berdiri di depannya, juga mengawasi sekitar. (Name) memejamkan matanya dan memulai ritualnya, membaca mantra sihir yang telah ia hafal diluar kepala. Cahaya menyelimuti tubuhnya, lingakaran sihir terbentuk di bawahnya, diatas lantai altar. Dan perlahan ketinggian air mulai turun dan berkurang hingga memperlihatkan daratan. Hanya air di sekitar altar yang masih tetap sama, karena memang pada dasarnya tempat altar berada merupakan sebuah danau di istana milik Nagi.
(Name) membuka matanya, dan yang ia lihat justru Nagi dan Kaiser yang sedang bertarung sambil melindunginya dari para tentara bayangan. Ia ingin membantu namun Nagi lagi-lagi mengurungnya di dalam sihir pelindungnya.
"Kaiser! Nagi!" teriaknya memanggil kedua pria itu.
"Tetaplah di dalam! Kami akan mengurus ini!" ucap Kaiser sambil mengayunkan pedang miliknya yang telah dilapisi oleh sihir anginnya yang dapat memotong para musuh yang menghadangnya dengan mudah.
Sedangkan Nagi sedikit kewalahan, karena memang ia lebih ahli dalam sihir perlindungan. Ditambah mereka kalah jumlah. Namun Kaiser cukup lihai dalam bertarung, ia menyerang sambil sesekali membantu Nagi. Meski butuh waktu cukup lama, mereka berhasil mengalahkan musuh yang jumlahnya cukup banyak itu meski harus mendapat beberapa luka kecil.
(Name) mengobati keduanya dengan sihir penyembuhnya. Tangan kanannya memegang tangan Nagi sedangkan satunya memegang tangan Kaiser. Cahaya menyelimuti mereka dan membuat luka-luka di tubuh mereka mulai menutup.
"Ternyata Kaiser sangat kuat dalam bertarung ya? Gerakanmu juga cepat" puji (Name).
"Keluargaku adalah ksatria bangsawan turun temurun yang memang punya sejarah panjang melindungi wilayah kami. Aku dibesarkan dengan mempelajari cara bertarung terlebih dahulu bahkan sebelum aku belajar cara membaca. Dan ayahku.... dia orang yang tegas dan keras" ucap Kaiser sambil bernostalgia, mengingat masa lalunya.
"Begitu rupanya"
Kaiser menatap (Name) penuh arti dan tersenyum miring. "Dan aku memang yang terkuat diantara para raja. Bahkan Isagi" ucapnya menyombongkan diri.
To be continued~
KAMU SEDANG MEMBACA
Substitute Queen | Bluelock x reader
FanfictionBlueLock © Muneyuki Kaneshiro dan Yusuke Nomura (Name) seorang perangkai bunga, penjual sekaligus pemilik toko bunga, tiba-tiba dihampiri oleh seorang pria misterius yang mengenalkan dirinya sebagai Isagi Yoichi, seorang pengawal sekaligus penasihat...