Jangan lupa support cerita ini. Biar aku semangat juga buat lanjut. Vote dan komen ya! Kritik dan saran juga boleh.
Happy reading~
••••
Satu-persatu jari tangan kanan Saguna mulai bergerak hal itu membuat Andreas yang sedang duduk berjaga segera bangkit dan mengecek keadaan anaknya.
Saguna perlahan juga berusaha membuka mata. Pandangan yang awalnya berkabut kini semakin jelas Saguna rasakan. Ia dapat melihat wajah sang ayah yang ada di hadapannya.
“Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Nak.” Andreas mengembangkan senyum lebar, “tunggu sebentar! Ayah sudah memanggil suster barusan.”
“A-Ayah?” perkataan pertama yang terbata itu diangguki Andreas.
Ayah tiga anak ini menyeka air mata yang tanpa aba-aba terjun bebas di pipinya. Andreas merasa terharu bisa melihat anaknya sehat kembali.
“Iya, ini ayah sayang. Operasinya sudah selesai. Kamu berhasil melewatinya.”
Saguna mengulas senyum tipis dengan mata yang ikut menyipit. Setelah itu Dokter Heru datang bersama seorang suster.
“Permisi, Pak.” Sapaan Dokter diangguki Andreas.
Andreas menyingkir untuk memberikan tempat leluasa Dokter Heru. Saguna lantas diperiksa dan ditanyai beberapa pertanyaan.
“Ada yang sakit?” tanya Dokter.
“Nggak, cuma kepala saya masih berat, Dok.”
“Itu efek biusmu belum habis. Besok juga kembali seperti biasa. Selain itu kamu merasakan apa lagi Saguna?”
“Pusing,” jawab Saguna lagi kali ini memejamkan matanya.
Wajah Andreas sedikit pucat, “Apa nggak masalah, Dok?”
Dokter Heru menoleh ke belakang dan tersenyum tipis, “Tidak apa, Pak. Ini hal biasa. Saguna ‘kan juga belum minum obat. Jadi, semuanya berproses ya.”
Andreas yang telah mengerti mengangguki ucapan sang Dokter. Sekarang ia tidak cemas lagi.
Andreas mengeluarkan ponsel, lalu mengetikan sebuah pesan di sana sesudah sang Dokter meninggalkan ruang rawat Saguna. Pesan itu untuk istrinya. Andreas sengaja tidak menelepon takut anak-anaknya yang ada di rumah akan mendengar pembicaraan orang tua mereka.
Ayah
Alhamdulillah, Bun. Operasi Guna berjalan lancar. Sekarang Guna sudah siuman.
Wulandari yang melihat nama kontak Andreas di ponselnya, segera masuk ke kamar dan membaca pesan singkat yang suaminya kirim.
“Alhamdulillah,” ucapnya mengusap dada sembari tersenyum haru. Wanita berdaster itu sampai meneteskan air mata mendapat kabar baik dari kesehatan Saguna. Sebenarnya, ia rindu melihat sosok kedua laki-lakinya. Namun, Wulan harus lebih sabar menunggu. Lebih baik berbicara di rumah saja dengan suaminya.
•••
Dania yang tampak kusut berjalan menuruni anak tangga dari lantai dua rumahnya satu-persatu.
Gadis dengan kaus kebesaran itu melewati sang ibu yang duduk di ruang tengah sembari menonton televisi. Dania terus melangkah hingga sampai di dapur.
“Butuh apa, Non?” tanya Mbok Sri yang sedang mencuci piring di wastafel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
Fiksi Remaja"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...