Zenna terbangun ketika langit telah berubah menjadi gelap.
Dia tertidur di kamar khusus Abi yang berada di ruang kerjanya, berdinding kan kaca. Hingga membuat Zenna bisa melihat sekitar.
Entah kapan terakhir Abi memainkan tubuhnya, Zenna tak ingat, karena dia sudah jatuh pingsan akibat gempuran Abi yang berulang kali itu.
Dengan menarik selimut, dan mengapit ke ketiaknya, Zenna pun langsung duduk, sebelum matanya melihat kesamping. Ke arah Abi yang masih tertidur.
Melihat wajah tenang Abi disaat tidur, membuat Zenna tak bisa untuk mendekatkan tangannya ke rambut Abi, dan mengelusnya di sana.
Sebelum ponsel yang berada di atas nakas menghentikan kegiatan nya, dengan sedikit usaha, Zenna mengambil ponsel itu, yang ternyata miliknya, dan menampilkan nama ibu nya yang menghubungi.
Dan dengan segera Zenna menggeser tombol hijau itu, untuk mengangkat panggilan itu.
"Hallo, Bu? " sapa Zenna terlebih dahulu.
"Na, kamu masih di kantor kan? " tanya wanita tua itu di seberang sana, yang Zenna balas gumaman.
"Kenapa, Bu? " tanya Zenna, lalu melirik kesamping saat merasakan tangan seseorang bermain disekitar perutnya. Ternyata itu Abi, yang telah bangun dari tidur nya.
"Paracetamol Ibu habis, Na. Nanti sebelum pulang, kamu mampir ke apotek dulu, ya, " ujar Herty, pada sang putri.
"Oke, bu, ahh, " jawab Zenna, diakhiri dengan desahan, ketika tangan Abi, mencubit puting nya, yang begitu sensitif.
"Na, kamu kenapa? " terdengar suara panik Ibu nya di sebarang sana, membuat Zenna membesarkan matanya, sebelum menatap Abi dengan kesal.
"Tidak ada bu, tangan Nana, tadi cuma kejepit, " ujar Zenna mencari alasan. "Kalau gitu, Nana matiin ya, Bu, " lanjutnya, takut-takut Ibunya yang mendengar yang lain.
"Oke, " balas sang Ibu.
Setelah menerima balasan Ibunya, Zenna langsung mematikan panggilannya. Menatap Abi dengan kesal. "Mas, tadi aku lagi nelfon Ibu. Kenapa kamu gitu? Untung Ibu nggak curiga. "
"I don't care, Ze. I like your nickname, Nana, but you are more attractive with the nickname Ze, " ujar Abi, sambil meraih tangan Zenna, untuk dikecup.
Apa yang dilakukan Abi itu, membuat Zenna gugup, dadanya kembali berdetak tak karuan.
Oh iya, untuk nama panggilan, semua orang akan memanggilnya Nana or Na. Tapi, sejak awal hanya Abi yang memanggilnya Ze, dan Zenna tidak mempermasalahkan nama panggilan itu.
"Terserah, aku mau mandi dulu, " ujar Zenna, mengalihkan pembicaraan dan menghilangkan kegugupan nya, dan Zenna menarik selimut yang menutupi tubuh Abi, untuk lebih menutupi tubuhnya, tapi Zenna tak menyadari itu.
Dan saat kakinya menginjak lantai, suara Abi terdengar. "Kamu membiarkan saya telanjanng disini, Ze? Membiarkan tubuh saya terbuka dan kedinginan? " tanyanya.
Zenna yang mendengar pernyataan Abi itu, langsung menoleh, dan tanpa sengaja matanya melirik sesuatu yang berada di antara kedua paha Abi, tampak berdiri dengan tegak. Dan dengan segera Zenna melarikan pandangannya, walaupun ini bukan pertama, tapi Zenna tetap malu.
Abi yang melihat wajah Zenna yang malu, setelah melihat kejantanan nya berdiri, terkekeh kecil.
"You know? Dia berdiri sejak kamu menerima panggilan dari Ibu kamu. " beritahu Abi, yang membuat Zenna kian tak mau melihat Abi. "Dan dia, tidak bisa tidur sendiri Ze. Saya butuh kamu untuk menidurkan nya lagi, " ujar Abi, membuat Zenna membesarkan matanya.
"T-tapi kita udah main udah lama, Mas. Dan aku juga harus beliin Ibu obat, " ujar Zenna, menolak keinginan Abi.
"I know. Tapi, sekali ini aja, " ujar Abi, ikut turun dari kasur miliknya, berjalan kearah Zenna.
Dan tanpa bisa dicegah, menarik Zenna mendekat, mengelus pinggang Zenna yang masih tertutup selimut tebal itu, sebelum menyatukan bibir mereka.
Abi kembali mencium Zenna penuh dengan nafsu, dan Zenna yang tak punya cara lain lagi untuk menolak, hanya bisa mengalungkan tangannya dileher Abi. Melepaskan jepitan nya pada selimut tebal itu.
Sekarang mereka benar-benar polos, dengan tubuh yang saling bergesekan, mampu memercikkan gairah lagi.
Puas bermain dengan bibir Zenna, Abi turun ke dada Zenna, memberikan jejak kepemilikan disana, walaupun jejak yang tadi dibuatnya masih sangat jelas, tapi Abi masih ingin mewarnai kulit putih Zenna dengan warna-warna dari hisapannya.
"Ouhhh, Mass, ahhh, " desah Zenna menadakan kepala keatas, ketika bibir Abi dengan rakus menghisap payudaranya.
Setelah puas dengan itu, Abi mengangkat Zenna kedalam pelukan nya, mulai menyatukan kembali tubuh mereka.
"Ohhhh, " desah Zenna, saat miliknya begitu penuh karena kejantanan Abi.
"Kenapa masih sempit? " gumam Abi, yang dibalas gelengan oleh Zenna, tak tahu.
Sekarang Zenna kembali mendesah kenikmatan, ketika Abi memaju mundurkan kejantanan besarnya, pada milik Zenna.
"Ouhhh, ahhhhhhh, Mass, " desah Zenna, lalu mengigit pelan bahu Abi, untuk meredakan kenikmatan yang dirasakan, walaupun itu sia-sia.
Zenna tak bisa meredakan kenikmatan itu, ketika Abi dengan semangat memompa tubuh nya.
"Fuck! Zenna Anindya, sempit! " umpat Abi, ketika milik Zenna membungkus nya dengan begitu ketat dan rapat.
Lalu, tak lama setelah itu Zenna memperoleh pelepasan nya, yang juga diikuti oleh Abi. Mereka mendesah dengan panjang, membiarkan cairan kenikmatan mereka keluar.
"Satu kali lagi," bisik Abi, tampak tak akan pernah puas menikmati tubuh Zenna.
"Katanya, t-tadi cuma itu, " ujar Zenna, mengingatkan Abi, tentang keinginan awalnya.
Tapi, kembali Abi abaikan. Karena sekarang, pria itu kembali memompa tubuh nya, yang membuat Zenna hanya bisa menghela nafas, pasrah. Tapi juga menikmati permainan yang Abi berikan itu.
***
"Terimakasih untuk hari ini, Ze. Saya menikmatinya, " ujar Abi, saat mereka baru tiba didepan rumah Zenna di jam 11 malam.
Permainan mereka tak cukup sekali, sesuai permintaan Abi, tapi berkali-kali, didalam kamar mandi pun, dirinya masih digempur.
Seandainya Zenna tak mengancam, tak akan datang esok hari untuk bekerja, mungkin dirinya masih dibawah kungkungan Abi, mendesahkan nama pria itu dengan keras.
"Hmm" gumam Zenna kelelahan.
"Jangan lupa kasih salep nya, kalau milikmu sakit, " ujar Abi mengingatkan, yang dibalas Zenna dengan anggukan malas, karena dirinya sudah mengantuk berat.
Sangking mengantuk dan capeknya, yang tadi membelikan obat untuk ibunya adalah Abi, karena matanya tak bisa diajak melek, dan pahanya begitu ngilu.
Setelah puas memberikan kata-kata pada Zenna, barulah Abi membukakan pintu mobilnya, agar wanita itu bisa keluar, dan beristirahat.
"Hati-hati, Mas. " pesan Zenna, sebelum benar-benar pergi, memasuki rumah nya. Yang dibalas Abi, dengan anggukan kepala.
Abi yang telah yakin Zenna sudah masuk kedalam rumah, baru menjalankan mobilnya menuju apartemen pribadi miliknya.
Abi sudah lama tak tinggal bersama orang tuanya, kira-kira ia tinggal sendiri itu sejak duduk dibangku perkuliahan. Karena jarak kampus dan rumahnya cukup jauh. Jadi ayahnya membelikan Abi apartemen, sekalian menyuruh anak sulungnya itu untuk hidup mandiri.
MyS✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenna (21+)
ChickLitMenjadi pengganti ayah nya, dalam memenuhi kebutuhan hidup. Zenna harus menyerahkan tubuh nya pada sang atasan, tempat dia berkerja. Permainan panas yang mereka lalui, membuat tumbuh benih-benih cinta dalam hatinya. Bagaimana Zenna menyingkapinya...