"Tiap manusia sudah memiliki takdirnya masing-masing. Namun, yang dilihat adalah, bagaimana tiap individu dalam menyikapi setiap takdir yang Allah tetapkan dalam perjalanannya."_Aira Humaira Az-Zahra_
Happy Reading ...
***
"Gimana? Udah dapat kerjaan belum?"
Seorang gadis bernama Aira mengangguk senang. "Alhamdulillah, gue keterima kerja di kafe yang baru buka itu. Mereka masih butuh karyawan," jelas Aira.
Gadis yang usianya sama dengan Aira tersenyum senang. Gadis itu bernama Keysha. "Alhamdulillah," ucap Keysha.
"Gue bilang kalau gue masih kuliah. Kan gue kuliah dari sore sampai malam, jadi orangnya ngerti dan ngizinin gue buat kerja dari pagi sampai siang," kata Aira.
"Berarti gantian sama orang dong?"
Aira mengangguk. "By the way, makasih, ya, Key. Lo kasitau kafe baru itu," kata Aira.
"Sama-sama. Jujur, sebenarnya gue penasaran banget kenapa lo pengen banget buat cari kerja. Padahal tugas kita lagi banyak-banyaknya," kata Keysha meluapkan rasa penasarannya.
Senyum yang terpatri di wajah Aira langsung pudar. Ia menatap ponselnya. Mengetahui perubahan raut wajah Aira, Keysha merasa bersalah.
"Maaf, Ra. Gue nggak bermaksud. Gue cuma penasaran aja. Maaf, lo nggak perlu jawab," kata Keysha merasa tidak enak.
Aira tersenyum. Ia kembali menatap Keysha. "Nggak, Key. Nggak papa. Tapi maaf, gue nggak bisa cerita," kata Aira.
***
Aira turun dari motornya. Kemudian ia memarkirkan motornya. Aira keluarkan kunci dari tasnya.
Aira Humaira Azzahra. Gadis berusia 19 tahun yang sedang menempuh pendidikan di kota Malang. Jawa Timur. Ia berkuliah disalah satu universitas ternama disana. Aira kuliah karena mendapatkan beasiswa. Ia mengambil jurusan ekonomi.
Aira tinggal disebuah kos-kosan sederhana. Orangtuanya tinggal disebuah desa yang jaraknya cukup jauh dari tempatnya tinggal sekarang. Impian Aira dulu, selain berkuliah, ia ingin bekerja.
Aira mengucapkan salam begitu memasuki kamar kostnya. Ia meletakkan tas gendong yang berukuran sedang. Berisi laptop dan alat tulis. Aira letakkan diatas kasur lantai yang ukurannya hanya muat untuk satu orang. Aira membersihkan dirinya kemudian kembali keluar untuk ke dapur.
Sesampainya di dapur, Aira terdiam dan menatap sekeliling dapur. Tengah berpikir, ia makan apa?
Tiba-tiba Aira tersenyum. "Masih ada mie satu di kamar. Alhamdulillah," ucap Aira senang. Ia bergegas kembali ke kamar dan mengambil mie instant yang masih ada satu bungkus.
Dengan penuh semangat, Aira memasak mie. Ia tambahkan telur supaya ada kandungan protein. Aira tidak berniat memakan mie itu dengan nasi. Ia bersyukur karena masih ada makanan. Apalagi itu mie kuah.
Sebisa mungkin Aira tidak terlalu banyak menimbulkan suara. Ini sudah malam, sebagian penghuni kos-kosan sudah beristirahat.
***
Seorang lelaki tengah disibukkan dengan tugas-tugas kuliah yang masih menunggu untuk diselesaikan. Belum lagi, tugas dari sang ayah yang terus menyuruhnya untuk mempelajari bisnis lebih dalam. Supaya dapat melanjutkan bisnis ayahnya."Argh! Lama-lama gue stress kalau kayak gini!" erang lelaki itu. Ia banting pulpen ditangannya. Kamarnya serupa kapal pecah yang sudah berantakan.
"Indra?" Lelaki itu menoleh ke sumber suara. Ia menghela napas kemudian menatap sang ibu dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indra Aira
Romance"Saya terima nikah dan kawinnya Aira Humaira Azzahra binti Ahmad Hidayat dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Pernikahan didasari dengan keterpaksaan. Kedua insan yang awalnya tak saling mengenal menyatu dalam ikatan suci. Indra Fadil Dirgantara...