Tiga Puluh Tujuh

30K 1.6K 46
                                    

Arya memasang senyumnya ketika Zayra menarik diri setelah mungkin lima detik perempuan itu bisa dipeluk olehnya. Tidak apa, yang penting paginya jadi hangat karena telah mencium dan memeluk sang istri yang saat ini sangat sulit untuk diajak bermanja-manja.

Terdengar suara decakan dari mulut sang istri begitu melepaskan tubuhnya dari pelukannya. Tiba-tiba ia mendaratkan sebuah kecupan di pipi Zayra sebelum perempuan itu bangkit berdiri lagi. Tidak tahan bibirnya ingin mencium perempuan itu dari semalam.

Tatapan nyalang ia dapatkan dari Zayra, oh, ini mungkin lebih dari sekedar tatapan sinis yang sering perempuan itu bagikan padanya.

"Kamu seperti sedang membercandai pernikahan ini, Mas." Ucap Zayra setelah merasakan kecupan singkat di pipi kanannya.

Arya terhenyak.

"Aku mengakui bahwa aku salah untuk hal yang kemarin, bepergian tanpa seizin kamu. Aku minta maaf untuk itu." Lanjut Zayra.

Arya memejamkan mata sejenak, sebelum membalas pernyataan yang disampaikan oleh Zayra. "Aku sedang nggak membercandai apapun, Ra. Apalagi pernikahan."

"Aku menemukan sesuatu yang berisi Raline di hidup kamu bukan cuma satu kali, Ar! Lebih! Kamu pikir aku akan terus memaafkan kamu, begitu setiap kali kamu memberikan jawaban kalau yang aku temukan adalah sesuatu yang sudah lampau dan lama berlalu?!"

Zayra sedikit terlonjak karena menyadari bahwa agaknya ia kelewat batas, karena menyebut nama Arya tanpa menggunakan kata panggilan Mas yang biasa ia gunakan.

"Demi apapun, Ra. Semua yang aku katakan dalam pernikahan kita nggak ada yang omong kosong. Aku bicara seperti itu karena memang itu faktanya. Kalau memang kamu masih mempermasalahkan laptop, hari ini akan aku beri laptop itu untuk dia. Aku akan bicarakan sama Raline untuk berhenti mengganggu kita."

"Kamu tahu Raline hari ini akan datang?"

Arya mengangguk.

"Waktu itu bukannya..."

Arya yang rasanya sudah tahu bahwa Zayra akan berucap apa, cepat-cepat meluruskan, "Baru semalam Raline kasih kabar. Aku baru tahu semalam."

Ia gegas mengeluarkan handphone dari saku celananya. Menunjukkan pesan Raline yang dimaksud pada Zayra.

"Tahu nggak, Mas?"

"Tahu apa?"

"Aku rasa nggak akan terjadi seperti ini, kalau kamu merasakan rasa penuh cinta sama aku."

Arya mengerutkan keningnya.

"Orang yang mencintai akan menghapus sisa-sisa kenangan dengan orang lain, meski itu sisa kenangan dengan seorang teman lawan jenis. Kamu, akan membuat aku merasakan akan penuhnya rasa cinta yang kamu rasakan. Tapi, nyatanya kamu malas, sekedar menghapus, membuang atau mengganti, kamu malas melakukannya. Itu, karena kamu nggak cinta aku, kan?" Ungkap Zayra dengan berani.

Arya masih menutup mulutnya rapat-rapat.

Zayra yang melihatnya mengeluarkan tawa kecil. "Aku, sepertinya aku jatuh cinta sama orang yang salah."

"Ra, aku..."

"Selagi kita belum punya anak dan nggak saling mencintai, apa kita cerai saja, ya, Mas?"

Arya langsung memasang wajah tidak suka atas pertanyaan yang dilayangkan oleh Zayra. "Ra, nggak ada yang nggak saling jatuh cinta. Kita saling. Menjelang satu tahun pernikahan yang kita jalani bukan perceraian yang kita tuju."

Zayra menjauhkan tubuhnya ketika sadar bahwa Arya bergerak mendekatinya. "Aku nggak mau lanjutkan pernikahan dan punya anak kalau cuma aku yang merasa cinta kamu!"

Call It What You Want (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang