Apa bedanya melayaniku dengan melanjutkan hidup?

510 47 17
                                    

Seperti terakhir kali, Namjoon kembali membuatkan sarapan untuk Seokjin sebelum pria itu pergi untuk sebuah misi.

Segelas susu protein diletakkannya disamping sepiring nasi goreng kimchi. Kemudian Namjoon berputar arah untuk duduk diseberang. Ia tak perlu repot-repot naik ke lantai dua untuk membangunkan Seokjin karena pria itu akan langsung bangun begitu mencium harum masakan menguar di seluruh ruangan. Salah satu kebiasaan Seokjin yang sudah Namjoon hafal selama tinggal bersamanya satu tahun ini.

Kim Namjoon menghitung dalam hati.

Satu..

Dua..

Tiga..

Empat..

Lim--

"Kamu memasak sarapan untukku?"

Namjoon mengangkat kepala dengan tenang dan menemukan Seokjin menarik kursi untuk duduk diseberangnya.

"Ya. Kenapa? Ingin berterimakasih?"

Seokjin mengangguk dan mencicipi nasi goreng kimchi-nya penuh semangat, "ini enak sekali! Aku berani sumpah."

"Aku tidak menerima ucapan terimakasih sebagai bayaran."

"Lalu?" mulut Seokjin menggembung penuh nasi, "oh, aku akan memasak makan siang untukmu! Jangan khawatir!"

"Kita akan memperbarui kesepakatan." kata Namjoon kemudian.

Kedua alis Seokjin praktis terangkat tinggi, "maksudmu?"

"Aku akan menambah poin sebagai antisipasi, kalau kamu berani main dibelakangku."

Seokjin tersedak seketika, "aku tidak akan macam-macam! Tolong percaya padaku!"

"Draft kesepakatan yang baru sudah kukirimkan lewat email. Kamu akan menandatanganinya hari ini, setelah selesai sarapan."

"Poin apa yang kamu tambah?"

Namjoon menenggak segelas air sebelum menyandarkan punggung pada kursi dan memandang Seokjin dengan serius, "loyalitas."

"Loyalitas?"

"Aku tidak suka berbagi, jadi kalau kamu berani membiarkan orang lain menyentuh tubuhmu tanpa sepengatahuanku, kesepakatan kita batal dan kamu harus mengembalikan semua uang yang sudah kuberikan padamu termasuk pembayaran hutang."

Seokjin berhenti mengunyah seketika. Itu tidak mungkin. Sangat tidak mungkin. Tidak mungkin Seokjin bisa mengembalikan semuanya meski ia bekerja seumur hidup.

"Jangan bercanda." katanya dengan suara bergetar. Namjoon mengedikkan bahu tak peduli dan meneruskan makan lagi didepan Seokjin.

"Itu tergantung pilihanmu."

"Apakah kamu mencantumkan tenggat waktu? Sampai kapan kesepakatan kita akan berakhir?"

"Sampai aku berhasil mencapai jabatan yang kuinginkan."

"Berapa lama itu?"

Pandangan Namjoon terlempar ke sekitar tampak tidak yakin, "mungkin sekitar.. tiga tahun lagi? Atau lima? Atau bahkan sepuluh tahun? Tidak dapat diprediksi."

"Itu akan jadi sangat lama," kata Seokjin bergerak gelisah, "bagaimana aku bisa melanjutkan hidup kalau aku harus terus melayanimu?"

"Apa bedanya melayaniku dengan melanjutkan hidup?"

"Ha?"

"Bukankah kamu melayaniku untuk dapat melanjutkan hidup?"

Kedua alis Seokjin tertaut dalam dan kepalanya bergerak miring menatap meja. Ia jadi terlihat lucu sekali karenanya.

Jinx (Cursed) | Namjin VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang