Prolog

113 10 1
                                    

“Kenapa? Nggak dibales lagi?” Tanya seorang pria menatap sang sahabat yang mulai cemberut dengan melempar ponselnya ke meja.

“Ck, apa sih. Nggak usah ikut campur deh lo.” Ketus gadis itu sembari mengaduk makanan di hadapannya. Selera makannya seketika hilang ketika sang kekasih tidak kunjung membalas chat pribadinya.

“Hadeh.. gue bukannya mau ikut campur, lo itu sahabat gue Ra. Gue nggak mau lo semakin sakit hati sama hubungan toxic yang lo jalanin. Gue peduli sama lo.” Jelas Kevan menghela nafas lelah akan percintaan sang sahabat.

Bukan maksudnya untuk ikut campur percintaan sang sahabat. Hanya saja, Kevan kesal jika Naira selalu datang kepadanya dengan menangis membuatnya selalu sakit hati akan sikap pacar sahabatnya itu.

Sejak awal, Kevan tidak pernah menyetujui hubungan keduanya. Bukan karena dia menyukai Naira atau bagaimana, namun sikap angkuh pacar Naira membuat hatinya tidak tenang untuk melepaskan sang sahabat.

“Peduli lo bilang?” Naira terkekeh sinis menatap Kevan kesal. “Lo aja dari awal nggak pernah setuju sama hubungan gue dan selalu nentang, gue nggak pernah lihat tuh di mana sikap peduli lo itu.”

Naira meletakkan sendok makannya dengan kasar. Moodnya sudah benar-benar hancur karena perkataan pria di depannya ini.

Selalu seperti ini! Kevan akan selalu mengomel dan menentang keras semua hal yang dia lakukan. Dan Naira, benci akan fakta itu.

“Dari dulu yang gue ingat, setiap gue deket sama cowok manapun, lo selalu menentang keras. Lo selalu bilang kalo si A begini lah si B begitu lah, hati lo jelek banget tau nggak! Seakan-akan lo nggak ngebiarin gue buat bahagia sedetik saja.”

Kevan hanya bisa diam dan menatap lurus mata Naira yang menyiratkan semua amarah yang dipendamnya.

“Ooh… ternyata selama ini itu yang lo pikirin tentang gue?” Tanya Kevan retoris membuat Naira terdiam membeku. “Oke, kalau itu kemauan lo. Gue nggak akan ikut campur lagi, jangan cari gue kalau pada akhirnya pacar toxic lo itu nyakitin lo lagi. Sorry, gue duluan.”

Kevan membereskan barangnya dan pergi meninggalkan Naira yang menatapnya dengan pandangan kosong.

Menyesali ucapannya yang mungkin membuat sang sahabat sakit hati.

*****
TBC

Buat arsip doang, soalnya tiba-tiba nemu ide ini.

Kalo misal banyak yang minat pengen baca, entar aku usahain bakal lanjut.

Thankyou~

1 April 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LYKKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang