"Nak, sebulan lagi Mbakmu wisuda, butuh biaya. Kamu ada? " tanya Herty, saat Zenna baru saja meminum segelas susu milik nya, bersiap berangkat kerja.
"Berapa bu? " tanya Zenna, setelah meletakkan gelas kosong, yang isinya telah diteguk habis itu.
"Ibu nggak tau, tapi coba tanya Mbakmu. Katanya dia mau menghubungi kamu, " ujar Herty, menatap putri bungsunya itu.
"Oke, Bu, " ujar Zenna, meraih ponsel nya yang berada diatas meja, untuk melihat jam berapa.
"Maaf ya, nak. Karena Ibu sakit, kamu jadi susah gini, seharusnya Ibu bantu kamu, " ujar Herty dengan sedih.
Zenna yang mendengar nada sedih sang ibu, langsung berdiri dari duduk nya, berjalan mendekat ke arah sang ibu, untuk mengelus pundak nya. "Bu, Nana kan udah bilang. Biar Nana yang nanggung semuanya, setelah kepergian Ayah, dan kita juga nggak bisa nyuruh Mbak Rere berhenti kuliahnya, padahal dikit lagi dia dapat gelarnya. Nana yakin, Nana bisa. Jadi, ibu jangan sedih lagi. "
"Hmm, sekali lagi, maaf. " memeluk tubuh sang putri, Herty mengucapkan kata maaf.
Zenna tak membalas apapun, selain membalas pelukan ibunya itu, dengan tenang.
***
"Kenapa telat? " tanya Abi, saat Zenna baru saja menginjakkan kakinya, di lantai tempat dirinya bekerja.Dan Zenna, sudah dapat melihat Abi yang duduk diatas meja kerja nya, sambil melipat tangan, melihat kearahnya.
"Ada keperluan mendadak tadi, Bos. " Dengan langkah pelan, Zenna berjalan menuju Abi.
"Kamu harus displin. Saya tidak suka memiliki karyawan yang lelet, " ujar Abi, membuat Zenna menghela nafas, mengerti.
"Bentar lagi, kita rapat. Usahakan semaksimal mungkin, " ujar Abi, lalu berdiri dari duduknya, dan berjalan kembali menuju ruangan nya.
Abi akan begitu menyeramkan, ketika menyangkut pekerjaan, dan kedisiplinan pegawainya.
Sebenarnya Zenna cukup takut tadi datang terlambat, berniat izin. Jika tidak mengingat kalau hari ini ada rapat penting. Jadi, dia memutuskan untuk tetap datang, dan dengan konsekuensi di semprot Abi, dan benar saja.
Menghela nafas nya pelan, Zenna memilih fokus pada pekerjaan nya, untuk mempersiapkan rapat itu.
***
Zenna mengikuti langkah Abi dan bos dari perusahaan yang akan mengadakan kerja sama dengan perusahaan milik Abi itu dari belakang.
Mereka terlihat akrab, dan Zenna rasa ceo dari perusahaan itu seusia Abi, atau lebih muda? Karena kalau Zenna tak salah dengar, pria itu seringkali memanggil Abi dengan panggilan Mas.
Setelah berada di depan ruang rapat, Zenna memilih menepi sebentar, karena ponselnya berdering, dan tertera nama kakaknya disana. Tapi, sebelum itu, Zenna sudah meminta izin dulu kepada Abi untuk mengangkat telfon, dengan alasan penting, dan Abi tak punya alasan untuk tidak menganggukan kepalanya, mengiyakan.
Tapi, saat sudah terhubung, bukannya menunggu kakaknya berkata. Zenna malah berjanji untuk menghubungi Rere nanti, karena akan rapat.
Zenna cukup profesional untuk itu, dia tak mau ada yang menunggu dirinya. Cukup Zenna yang menunggu orang lain.
Rere pun tak punya pilihan untuk tidak mengiyakan, dari seberang sana.
Panggilan terputus, dan Zenna kembali ke ruang rapat, untuk memulai presentasi serta diskusi.
***.
Zenna memulai presentasi, dengan begitu lancar, menjelaskan keuntungan serta kerugian yang akan diterima perusahaan, saat mengadakan kerja sama.
Dan sebaik-baiknya presentasi yang telah Zenna lakukan, ada saja kendala yang terjadi, seperti saat ini. Dimana Zenna tak sengaja tersandung kakinya sendiri.
Dia tak terjengkang hingga ditertawakan. Tidak. Sama sekali, tidak. Tapi roknya, yang sempit itu terkoyak, hingga menampilkan sisi kakinya yang mulus.
Semua anggota rapat melihat, dan Zenna tahu banyak yang menatap penuh minat pada kakinya.
Tapi, dari pada tatapan penuh minat itu, Zenna lebih meringis merasakan tatapan tajam dari seberang sana.
Menghilangkan kegugupan pada diri nya, Zenna kembali ke tempat duduk nya, untung saja presentasi nya selesai, karena gantian dengan perusahaan lain untuk berbicara.
Tapi, kesenangan dan ketenangan Zenna tak bertahan lama, ketika merasakan remasan pada pahanya, dan saat Zenna menoleh, Zenna bisa merasakan tatapan tajam yang Abi berikan padanya.
Berniat menyingkirkan tangan itu dari pahanya, tapi tak bisa. Karena tangan Abi terlalu mendominasi disana.
Hingga Zenna tak punya pilihan untuk tidak menghela nafas, dan pasrah terhadap yang dilakukan Abi pada nya.
Rapat usai, saat Zenna ingin bersalaman dengan yang lain , Abi menahan nya, dengan menekan bahu Zenna agar tak berdiri dari duduknya. Untungnya tak ada yang menyadari apa yang dilakukan Abi itu.
Dan Zenna hanya bisa memberikan senyum manis, dan permintaan maafan atas ketidak sopanannya.
"Its okay. Memang musibah bisa datang darimana, senang mendengar presentasi anda, Mis Anindya. Semoga kita berbisa berbincang di lain waktu, " ujar pria, yang juga ceo dari perusahaan yang bekerja sama dengan Abi.
"Sekali lagi, saya minta maaf, atas ketidaknyamanan nya, " ujar Zenna pelan.
"Its Okay. "
Abi mengantarkan semua tamu keluar, dan menyuruh Zenna langsung ke ruangannya, hal itu dibisikkan Abi, saat melewati Zenna.
Zenna kembali hanya bisa menghela nafas, membereskan perlengkapan miliknya, lalu meninggalkan ruangan rapat dalam keadaan sepi.
Berusaha dengan sebaik mungkin untuk berjalan pelan, agar belahan dari robekan nya tak terlihat begitu jelas, saat ia melangkahkan kakinya.
Meletakkan semua barang nya diatas meja, barulah Zenna melangkahkan kakinya menuju ruangan Abi.
Menunggu bosnya disana, sambil memainkan ponsel nya, menchat kakaknya, kalau dia akan menghubungi nya saat pulang kantor.
MyS✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Zenna (21+)
ChickLitMenjadi pengganti ayah nya, dalam memenuhi kebutuhan hidup. Zenna harus menyerahkan tubuh nya pada sang atasan, tempat dia berkerja. Permainan panas yang mereka lalui, membuat tumbuh benih-benih cinta dalam hatinya. Bagaimana Zenna menyingkapinya...