Sebenarnya sudah lebih dari 30 menit lalu Flora terbangun dari tidurnya. Tidak bergerak, lebih tepatnya tidak bisa, karena dirinya ada dalam pelukan erat bunanya. Lebih terlihat seperti plushy toys atau guling sih posisinya. Mau berontak pun percuma, karena kekuatan dari tubuh mungilnya sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan seberapa atletisnya bunanya itu.
Hanya bisa pasrah sambil harap-harap cemas, karena kebiasaan buruk bunanya saat tidur itu adalah menggigau dan mimpi berjalan. Tapi yang lebih buruk adalah, hal itu tidak bisa diprediksi kapan terjadinya. Pernah suatu ketika bunanya menghampiri dirinya yang sedang terlelap di kamar, lalu tanpa sadar menindihnya dan menciumnya dengan cukup brutal dalam tidurnya hingga dia kehabisan nafas. Sialnya itu adalah ciuman pertamanya dan parahnya lagi, Buna Feni merupakan tipe yang selalu lupa akan mimpinya. Jadilah dia sangat kesal sama Bunanya itu.
Belum lagi timbul perasaan aneh saat dia berdekatan dan disentuh oleh Buna Feni. Makanya dia selalu uring-uringan dan menghindari skinship dengan bunanya sendiri setelah kejadian itu. Sepertinya itu merupakan pengalaman yang traumatis, tapi dia juga tak ingin menceritakannya kepada sumber masalahnya itu karena tak ingin membuatnya kepikiran.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dia juga rindu ada dipelukan bunanya seperti ini. Bisa menghirup dalam wangi tubuhnya dan merasakan hangat tubuhnya yang menyelimutinya seperti ini membuatnya merasa aman dan nyaman. Tapi sepertinya dewi fortuna sedang tidak berpihak padanya. Dan apa yang dia khawatirkan sedari tadi malah menjadi kenyataan. Buna Feni mulai menggigau tak jelas, pelukannya juga semakin erat. Bahkan hidung mancungnya mulai digesekkan ke leher Flora dan menghirupnya dalam-dalam sambil menggumam tak jelas.
“Bu-buna…” Flora berusaha melepaskan diri, tapi tangan bunanya yang mulai nakal menyentuh tubuhnya dari segala sisi. Ditambah dengan kecupan-kecupan juga gigitan kecil dileher jenjangnya membuatnya makin tak berdaya.
“Buna bangun nnh…” suaranya memekik tertahan saat tangan Feni tak lagi menyentuhnya dari luar pakaian, melainkan sudah menyusup ke dalam baby dollnya. Perasaan geli merayapi setiap jengkal tubuhnya, akibat dari sentuhan jemari lentik Feni yang semakin berbahaya di bagian-bagian sensitifnya. Membangkitkan perasaan aneh yang menggelitik dan berpusat dari dalam perutnya, tiap kali jari-jari kurus dan panjang milik Feni menyentuh, meremas gemas, memilin bahkan juga berusaha menyusup lebih dalam diantara paha Flora yang dieratkan.
Entah apa yang diimpikan Feni, hingga membuat serangannya semakin intens. Flora benar-benar kewalahan untuk menahan dan menghalau tiap sentuhan-sentuhan sensual dari Feni. Tubuhnya dibombardir oleh rangsangan-rangsangan yang membuatnya lemas. Bahkan meski pendingin ruangan menunjukkan angka 16°, bajunya sudah basah kuyup karena keringat yang membanjir di tubuh Flora dan nafasnya semakin memberat.
“Bu-Buna Buna please bangun nnhh…” Flora dengan putus asa mencoba membangunkan bunanya ini dan tenaganya juga sudah hampir habis.
“Buna Buna ja-jangan disitu please sssshh…ungh…” Pekiknya panik saat jari tengah Feni sudah menyusup masuk ke tempat yang tidak seharusnya dijamah, terutama olehnya. Flora bisa merasakan bagaimana jari nakal itu masuk perlahan ke bagian intimnya. Secara naluriah dia mengeratkan otot dibawah sana untuk menahan benda asing untuk masuk lebih dalam. Tapi hal itu juga menstimulasi organ intimnya untuk memproduksi cairan pelumas yang malah memudahkan jari kurus bunanya itu untuk bergerak keluar masuk tanpa hambatan.
Tidak berhenti sampai situ, entah bagaimana bibir mungilnya kini jadi sasaran lumatan gemas dan permainan lihai lidah bunanya. Ditambah lagi tangan kanan Feni yang menahan kepalanya agar ciuman mereka semakin dalam. Belum lagi tubuh mungilnya yang ditindih dan diamit oleh paha kiri bunanya benar-benar membuatnya tak berkutik.
Flora sudah pasrah dan memejamkan matanya erat-erat hingga mengeluarkan air mata. Tak sanggup lagi menahan gelombang kenikmatan yang diberikan oleh gerakan lincah keluar masuk jari tengah dan kini ditambah dengan jari manis milik Feni yang semakin cepat di organ intimnya, hingga menimbulkan suara kecipak basah yang sangat erotis. Tidak dalam memang sentuhan itu, tapi tepat menekan sweet spot miliknya berkali-kali dengan intens. Menimbulkan sensasi geli dan rasa ingin pipis yang tak tertahankan. Tentu saja Flora yang baru pertama kali merasakan hal itu Tak dapat bertahan lama, tubuhnya mengejang diiringi dengan ledakan hebat dari organ intimnya hingga membasahi celana dan pastinya jemari bunanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARISAN 🔞
FanfictionAnin, Feni, Gracia, Shani dan Sisca adalah sahabat dari sejak mereka sekolah. Sekarang mereka sudah berkeluarga dan mapan di bidangnya masing-masing. Meskipun terlihat bahagia tapi sebenarnya mereka merasa kesepian dan hambar di kehidupan percintaan...