Tarikan rambut itu tak dapat Sana hentikan. Tanggannya berusaha menahan tangan lain agar tak menarik lebih kencang yang pasti akan membuat kepalanya bertambah sakit.
Chaeyoung yang berada disana juga ikut membantu. Tapi sial. Cengkraman tangan Mina begitu kuat pada rambut halus Sana.
"Mina hentikan dasar gila!". Teriak Chaeyoung.
Tangannya yang satu berusaha menghubungi satu nomor yang sangat penting untuk keadaan seperti ini.
"Awsshhh.. Sakit Minaa!!". Teriak Sana. Rasanya kulit kepalanya sebentar lagi akan lepas.
"Wanita murahan!!" Gertaknya makin menjadi jadi menjambak rambut Sana.
Chaeyoung sudah hilang akal sekarang. Tangannya satu sudah tak berada di pergelangan Mina. Kini malah memeluk gadis itu untuk melepas dari tubuh Sana yang makin tersiksa Saja.
Air mata Sana sudah berjatuhan. Sumpah demi apapun. Ini begitu sakit.
"Sana tahan,usaha biar Mina ngelongarin sedikit kepalan tangannya". Chaeyoung masih saja berusaha melepas tubuh Mina untuk didorong kebelakang.
"S-sakit Chae. Gak bisaaa.." lirih Sana.
Sedangkan sang pelaku penarikan. Masih meluap luapkan amarahnya. Tangannya ia turunkan satu. Berusaha menggapai saku roknya untuk mengambil barang kegemarannya saat dalam keadaan seperti ini.
Tsskkk..
Tak butuh waktu lama. Darah segar mengucur dari bahu kiri Sana. Mina menusuknya. Wanita gila itu menusuknya kembali dengan senjata andalannya. Pisau amat kecil yang selalu ia bawa.
Melihat itu Chaeyoung makin panik. Entah tenaganya emang kecil sebagai pria. Atau tenaga Mina yang begitu berlebihan untuk seorang wanita.
Tangan Chaeyoung melepas dari pinggang Mina. Kini sibuk menutup luka dibahu Sana agar tak mengeluarkan darah lebih banyak lagi.
Sedangkan wanita gila itu bersiap untuk tusukan keduanya.
Tapi sebelum itu,bak dicerita pahlawan. Tzuyu muncul dengan sekali tarikan membuat kekangan Mina pada Tubuh Sana terlepas.
Mina terhempas jatuh ketanah. Tanpa diperdulikan oleh Tzuyu. Pria itu dengan cepat menghampiri Sana menggantikan Chaeyoung untuk menutup luka yang tak berhenti mengucurkan cairan merah.
"Akan kubawa kerumah sakit". Pria itu tanpa babibu mengangkat Sana kegendongannya. Meninggalkan Chaeyoung dan Mina dengan beribu pertanyaan mendalam.
Dikeadaan seperti tadi. Sana hanya bisa terdiam. Ia masih sadar meski tubuhnya sudah lelah sekali.
Matanya menatap tangan Tzuyu yang masih setia pada bahunya,membuat pria itu hanya menyetir dengan satu tangan namun tetap melaju.
"Pelan-pelan saja". Lirihnya.
Pria itu menatap wanita disampingnya sebentar,sebelum kembali melajukan mobilnya dengan cepat.
Saking cepat pria itu mengurus semuanya. Kini Sana telah diobati. Perban khas sudah menempel pada bahunya. Membuat Tzuyu membali dilanda rasa bersalah.
Andai ia tidak menurunkan Mina tadi.
Pasti ini tidak akan terjadi.
"K-kata dokter lukanya lumayan dalam tadi. M-meski hanya pisau seukuran setengah jari telunjuk. Tapi itu lumayan dalam". Ucap Tzuyu.
Sana hanya terdiam. Tak dipungkiri. Tadi itu benar benar sakit.
"H-haruskah aku pindah?. Seperti saranmu dulu?".
