Hinata kebingungan saat Ishakan membawanya masuk kedalam salah satu butik ternama, memilihkannya sebuah gaun mewah dan mendandaninya.
"Sebenarnya ini ada apa?" Hinata mencoba menanyakan jawaban akan segala kebingungan yang melanda dirinya sekarang namun Ishakan hanya tersenyum menatapnya tanpa mengucapkan sepatah katapun
Hinata mendengus melemparkan tatapan kesal kepada Ishakan saat pria itu dengan santai memeluk pinggang rampingnya dan membawanya keluar kembali dari butik mewah itu.
"Hentikan! Aku tidak mau ikut jika kau tidak menjawab pertanyaanku!"
Hinata mencoba melepaskan tangan Ishakan dari pinggangnya, ia menatap pria itu dengan tatapan menuntut namun yang ditatap masih dengan santai melemparkan senyum manisnya.
"Ayolah sayang, nanti juga kau akan mengetahuinya."
Hinata berniat protes namun ia hanya dapat memekik saat Ishakan mengangkat tubuhnya dan menaruhnya diatas bahu besar itu lalu berjalan menuju mobil.
"Ishakan turunkan aku! Kubilang turunkan aku sialan!"
Wajah Hinata memerah karena malu, Ishakan menggendongnya layak karung beras didepan orang banyak. Dan sekarang mereka berdua telah sukses menjadi pusat perhatian. Hinata meronta meminta untuk diturunkan namun Ishakan sama sekali tidak memperdulikan rontaan Hinata saat ia membawa tubuh mungil itu masuk kedalam mobil.
"Apa-apaan itu?!" Sungut Hinata kesal
Ishakan hanya tersenyum menarik tengkuk Hinata mencium bibir ranum itu lalu memasangnya seatbelt kepada gadis cantik itu.
Hinata ingin marah tapi merasakan bagaimana Ishakan yang melumat bibirnya dengan lembut membuatnya melupakan sejenak perasaan marahnya saat ia membalas ciuman itu, melumat bibir atas dan bawah Ishakan bergantian.
"Sebenarnya kau ingin membawaku kemana?" Bisik Hinata disela-sela ciumannya
Ishakan tersenyum memangut kembali bibir ranum itu dan menekan tengkuk gadis cantik itu, mengelus lembut pinggang ramping itu.
"Jangan bertanya, ini kejutan." Bisik Ishakan setelah melepaskan pangutan bibir mereka
Hinata terdiam, ia memilih untuk tidak menanyakan lagi.
"Tapi aku harus kembali."
Ya, Hinata harus kembali karena Hinata yakin jika ayahnya kini pasti sudah murka saat mengetahui jika ia sudah menghilang setelah pesta. Pria paruh baya itu pasti sedang mengerahkan seluruh bawahannya untuk mencari keberadaannya. Dan memikirkan hal itu membuat Hinata khawatir tentang Ishakan.
"Kau belum menghilang sehari sayang, itu bukan masalah yang besar."
"Tapi ayahku–"
"Hyuga Hiashi, aku mengenal ayahmu." Ishakan berbisik saat kembali memberikan kecupan ringan pada bibir ranum itu dan kembali menarik dirinya untuk menyalakan mobil
Hinata terdiam matanya mengerjab beberapa kali, pikirannya mulai menerawang entah kemana dan perkataan Ishakan yang mengatakan jika pria itu mengenal ayahnya tidak membuat Hinata merasa tenang.
Hinata masih tidak mengetahui siapa sebenarnya pria disampingnya itu, dan fakta bahwa ayahnya adalah ketua mafia terbesar di Jepang bukanlah hal yang patut di remehkan. Ishakan mungkin bisa mati dengan mudah ditangan ayahnya.
•••
Mobil mewah itu berhenti di pekarangan mansion mewah bergaya eropa klasik, bangunan mewah itu bahkan hampir menyerupai sebuah istana alih-alih mansion.
Hinata turun dari mobil mewah itu saat Ishakan mempersilahkannya. Ia menggandeng tangan besar pria itu dan berjalan masuk kedalam mansion mewah itu.
Hinata masih bertanya-tanya sebenarnya Ishakan berniat membawanya kemana sekarang, tapi untuk saat ini Hinata memilih untuk membungkam mulutnya dan mengikuti pria asing yang telah berbagi kenikmatan surgawi dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand ✔️
Fiksi Penggemar"Aku ingin menghisap milikmu." Pertemuan tidak terduga antara seorang putri mafia terkejam di Jepang dengan pria misterius yang tiba-tiba hadir di tengah pesta. Naruto © Predatory Marriage