"Ck, ternyata benar ucapanku. Kamu memang egois, Syif!" Aira menggeleng pelan dengan di iringi menatap Putri. "Maaf, Syif, kita tidak bisa putus dari pacar kita. Iya kan Put?"
"Iya," jawab Putri singkat dengan di akhiri berlari meninggalkan ruangan UKS lebih dulu dari Aira.
Jawaban Aira dan Putri beberapa hari yang lalu terus terlintas di pikiran Syifa. Dia benar-benar merasa bimbang sekarang. Apakah benar permintaannya memang egois? Tapi dia memberi permintaan seperti itu bukan hanya untuk dirinya, melainkan untuk kebaikan mereka juga kan?
Syifa meremat bola voli yang ada di genggamannya. "Argh... pusing banget, asli!"
"Assalamualaikum. Kalau pusing, ke UKS. Bukan ke Lapangan, main voli," ucap seseorang dengan nada suara dingin sambil merebut bola voli dari genggaman Syifa.
"Pare?" Syifa terkekeh. "Aku tidak salah dengar? Seorang Pare yang biasanya datang dengan ciri khas suara nyebelin, tingkah konyol, tapi sekarang tiba-tiba, datang pakai salam dan... sok cool lagi."
"Menjawab salam, hukumnya wajib. Orang muslim, kan?"
Deg
"I-ya, iya... wa'alaikumussalam."
"Wassalamu'alaikum."
Syifa mengerutkan kening. "Wa'alaikumussalam."
Farel melangkahkan kakinya, menjauhi area Lapangan dan meninggalkan pertanyaan di pikiran Syifa. Apa yang sudah terjadi pada Farel? Mengapa tiba-tiba dia berubah?
Satu menit kemudian
"Pare..., tunggu!" teriak Syifa yang berhasil menghentikan langkah kaki Farel.
Farel membalikkan badan dan terlihat menaikkan sebelah alisnya. Syifa yang menyadari langsung berlari menghampiri Farel yang berdiri dengan jarak beberapa meter.
"Aku minta maaf," lirih Syifa ketika sudah berdiri di samping Farel.
"Salah lo sama gue, apa, memang?"
Syifa terdiam sejenak. "Memang, aku ada salah apa yah sama kamu? Kenapa kamu beberapa hari ini, menghindar dari aku dan sekarang tiba-tiba berubah?"
Bukannya menjawab pertanyaan Syifa, Farel justru menutup mulut rapat-rapat dengan wajah datar.
"Bisa tolong, jelasin? Aku benar-benar tidak tahu atau mungkin... aku lupa."
Tiga menit kemudian
"Pare! Aku butuh penjelasan. Kenapa kamu dari tadi diam saja?"
"Dari dulu, nggak ada kejelasan di antara kita. Tapi beberapa hari lalu, lo sudah membuat gue sadar kalau kita memang hanyalah orang asing yang tidak seharusnya saling mengenal. Lalu, penjelasan apa yang lo maksud?"
"Wassalamu'alaikum," pamit Farel yang kali ini benar-benar pergi hingga punggungnya tak terlihat lagi di penglihatan Syifa.
Syifa menundukkan kepala. "Wa'alaikumussalam."
"Ya Allah, masalah apa lagi, ini? Apa belum cukup, dari Aira dan Putri. Lalu sekarang, dari Farel?" lirih Syifa.
"Assalamualaikum. Syif, aku tunggu kamu di Kantin. Ternyata kamu di sini. Kenapa---"
"Wa'alaikumussalam. Tolong, peluk aku, Tan," potong Syifa.
Tanpa berniat melanjutkan kalimatnya, Intan langsung memeluk tubuh Syifa. Sementara Syifa meneteskan bulir-bulir air bening dari kedua matanya.
"Tan, kamu tidak akan berubah kan? Kamu tidak akan meninggalkan aku kan? Kita akan terus seperti ini kan?" tanya Syifa beruntun setelah melepas pelukan Intan.
Intan menghapus sisa air mata Syifa yang masih menempel di pipi. "In syaa Allah, iya, Syif."
"Janji, selamanya kamu tidak akan punya pacar kecuali setelah pernikahan?"
"Itu sudah jadi prinsipku, Syif. In syaa Allah, akan aku usahakan sebisa mungkin."
"Aku pegang semua kata-kata kamu, Tan. Tapi ada beberapa pertanyaan lagi. Tolong, jawab dengan jujur."
Wajah Syifa yang tadinya sendu seketika berubah menjadi serius. Intan yang menyadari hanya bisa beristighfar dalam hati, berharap tidak ada apa-apa.
"A-pa, Syif?"
"Farel masuk Rohis yah? Dia suka sama kamu, Tan? Dia minta kamu buat jadi pacarnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Say No To Pacaran ✓
Genç KurguTentang misi Intan Aulia untuk ketiga sahabatnya, yaitu SAY NO TO PACARAN