XLIV. Sepenuh Hati

6.1K 630 149
                                    

Salsa menatap pantulan wajahnya pada cermin meja rias yang berada di hadapannya. Terlihat kantung mata yang menggelap disana.
Semalaman salsa sangat sulit tertidur, ia terus memikirkan ucapan Ronald padanya. Tentang pria itu yang ingin mendekatinya lagi. Rasanya sangat aneh, saat perilaku pria itu akhir-akhir ini masih sangat dingin terhadapnya, namun tiba-tiba kemarin malam pria itu malah meminta izin padanya untuk mendekatinya lagi.

Jujur perasaan salsa sangat menghangat mendengar ucapan Ronald dan ia juga merasa sangat senang pria itu berkata terus terang kemarin malam. Di saat kini ia sedang dilema akan bagaimana hubungan ia dan Ronald selanjutnya.

Salsa beranjak dari duduknya saat pintu rumahnya terdengar diketuk dari arah luar. Salsa mendengus saat melihat jam dinding yang menunjukan waktu yang masih sangat pagi. Pasti dimas sengaja datang ke rumahnya pagi-pagi seperti ini untuk nebeng sarapan. Salah satu kebiasaan pria itu.

Tanpa perlu melihat terlebih dahulu dari arah jendela, salsa langsung memutar knop pintu rumahnya "Dimas pasti lo mau minta sarapan.." ucapan salsa tiba-tiba terhenti saat melihat orang yang berada di balik pintunya ternyata bukan dimas. Salsa membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Kalau pria yang berada di depan pintu rumahnya kini adalah Ronald. Sang direktur Hyflux grup.

"Pak Ronald.. bapak ngapain disini ?" pria yang berada di hadapan salsa kini menatap salsa tanpa ekspresi.

"Jadi dimas sering sarapan di rumah kamu ?" tanya ronald dengan nada yang terdengar sangat dingin, bahkan ia tak menghiraukan pertanyaan salsa.

"Hah ? ng-nggak. Eh iya kadang-kadang" jawaban salsa kini terdengar sangat kikuk.

Ronald terlihat menghembuskan nafasnya pelan, lalu memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana kerja yang ia kenakan.

"Pak ronald ngapain disini ?" salsa kembali mengulang pertanyaannya.

"Mau ngajak kamu pergi kerja bareng" jawabnya santai. Salsa menautkan kedua alisnya bingung.

Ngajak pergi kerja bareng ? tempat tinggal mereka saja tak se arah.

Salsa melongokkan kepalanya ke luar dari pintu rumahnya, dengan mata melihat ke sekeliling jalanan yang berada di depan rumahnya.

"Pak ronald kesini naik apa ?"

"Jalan kaki"

"Hah ?"

"Mobil udah di kantor, aku kesini jalan kaki, susah juga kalau bawa mobil ke jalan sempit kayak gini" terangnya

Salsa melongo. Effort sekali pria yang ada di hadapannya itu, pagi-pagi seperti ini ia menghampiri rumahnya dengan berjalan kaki.

"Pak Ronald kenapa nyamperin saya segala kesini"

"Aku kan udah bilang tadi, mau berangkat kerja bareng kamu. Mau bilang jemput kamu pergi kerja, rasanya kurang tepat. Aku gak bawa kendaraan kesini"

Salsa masih terdiam di tempatnya, ia hanya mengedipkan matanya beberapa kali. Karena masih merasa bingung.

"Jadi bisa kita pergi sekarang ?" tanya ronald

Salsa tergagap "Eh, Oh iya pak, sebentar saya siap-siap dulu, bapak mau nunggu di dalem ?"

"Gak usah aku tunggu aja disini" salsa hanya mengangguk singkat setelahnya segera melenggang pergi masuk ke dalam kamarnya untuk bersiap-siap.

***

Salsa mencengkram kuat tas yang tersampir di bahu kanannya, kini ia sedang berjalan bersisian dengan Ronald di sebelahnya. Bila semalam Ronald berjalan di belakangnya dan salsa merasa perasaannya menghangat, maka kini ia merasa sangat gugup berjalan di samping Ronald seperti ini.

The Healer - [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang