Prolog

70 4 4
                                    

happy reading

.
.
.

Langit kota Bandung kembali dihiasi awan mendung hingga menutupi sebagian pancaran cahaya matahari. Ini masih pagi hari yang bahkan jam masih menunjukkan pukul 07:30 wib, walaupun udara terasa lebih sejuk ditambah langit sedikit memberi kegelapan, hal itu sama sekali tidak mengganggu para pedagang kaki lima yang masih memiliki semangat untuk mencari uang.

Disisi lain, anak sekolah pun harus menahan udara dingin yang berhasil membuat mata perih dan berakhir mengantuk disaat jam KBM sudah mulai. Salah satunya adalah SMA SEMESTA RAYA yang jarak sekolahnya tidak jauh dari persimpangan jalan.

Jika ingin bertanya bagaimana suasana sekolah SMA SEMESTA RAYA, maka jawabannya sama seperti SMA pada umumnya. Memiliki fasilitas yang baik juga ekstrakurikuler yang sangat aktif.

Kelas 12 MIPA 3 adalah kelas paling ricuh di SMA SEMESTA RAYA. Jangan ditanya seberapa ricuh penghuni kelas ini, karena jawabannya adalah sebuah gelengan frustasi dari kepala sekolah.

Contohnya seperti saat ini, beberapa meja belajar sudah terkumpul dengan rapih untuk dijadikan panggung kecil. Begitu pun dengan sapu kelas yang sudah berada digenggaman salah satu siswa dikelas ini untuk dijadikan mic.

Gitar dengan model klasik berwarna coklat muda sudah disiapkan di atas meja. Gitar itu terdapat ukiran nama pemiliknya, dengan bertuliskan Kamula Aksara Adipati.

"Aksa, gitarnya dipinjem dulu, ya buat konser kelas. Ikhlas, gak? " Tanya Pramu sembari mengangkat gitar milik Aksa.

Sedangkan sang pemilik gitar hanya mendelik tajam, "Gak! ".Jawab Aksa.

Walaupun Aksa menolak untuk meminjamkan gitarnya, tapi tetap saja teman-temannya itu tetap meminjam gitar kesayangan Aksa.

" Kita pinjem ya" Ucap Pramu seraya pergi dari hadapan Aksa.

Aksa tidak merespon Apapun, cowok itu sibuk mencoret kertas kosong tanpa ingin diganggu.

jrengg...

Sebuah petikan gitar yang berada digenggaman Pramu berhasil membuat seisi kelas bersorak senang. Haidar pun sudah siap berdiri diatas meja dengan gagang sapu ditangannya. Begitupun juga Hengky dan Margaret yang sudah siap menjadi kameramen.

jreng..

jreng..

jrengg...

Dulu waktu umurku belasan tahun sudah
Aku pernah ingin merasakan apa itu cinta
Tapi ku tak tahu bagaimana 'tuk memulai
Kadang ada perasaan yang tak bisa kujelaskan
Lirik sini, lirik sana oh, senangnya!hu-wow

Aku suka dia sama dia juga suka
Tapi kenapa sih mama
Bilang kalau ini cinta monyet
Oh padahal hatiku sering deg-degan
Saatku dengan sih dia
Iyih, masa cinta ini cinta monyet!

Tapi ku tak tahu bagaimana 'tuk memulai
Kadang ada perasaan yang tak bisa kujelaskan
Lirik sini, aku coba lirik sana oh, senangnya!

Aku suka dia sama dia juga suka
Tapi kenapa sih mama
Bilang kalau ini cinta monyet (nyet)!
Padahal hatiku sering deg-degan
Saat ku dengan si dia
Iyih, masa cinta ini cinta monyet!

GITAR AKSARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang