Pilihan Yang Rumit

10 2 0
                                    

“Pilihan yang rumit”
Keesokan harinya, saya bersekolah seperti biasanya. Ini sudah berapa bulan sebelum kita seangkatan lulus dan diterima di PTN yang kita inginkan, guru – guru pun telah memperingati kita seangkatan kelas 12 bahwa, kita kelas 12 sudah tidak seharusnya ikut ekstrakurikuler ataupun organisasi.

Jadi, saya seharusnya mengikuti kemauan guru. Di kelas 12 ini saya sudah berhenti bertugas sebagai anggota keamanan sekolah, lagipula ada junior saya yang masih bertugas di organisasi. Setelah saya sudah bukan lagi anggota organisasi tersebut saya berpikir “Aku ingin bandel sekali saja sebelum aku lulus.” Disini saya memutuskan untuk bandel, tetapi saya disini bandel dalam kelas bukan di luar kelas. Jadi di luar kelas saya tetap menjaga nama saya dan nama organisasi saya sebelumnya, ada kalanya saya khilaf bandel di luar kelas.

Sepulang sekolah, kebetulan Nina tidak masuk jadi saya pulangnya bersama Alice berdua. Awalnya kita mengobrol dengan santainya, sesampainya di parkiran pun tidak ada yang aneh. Disaat saya menghidupkan motor saya, tiba – tiba mesin tidak dapat menyala. Entah karena apa, padahal baru – baru saja motor saya di service. Akhirnya mau tidak mau saya menuntun motor saya keluar dari parkiran, Alice pun bertanya kepada saya.

Alice: “Kenapa motormu?,” tanya Alice
Aditya: “Gatau nih, tiba – tiba banget,” jawab saya
Alice: “Nggak habis kah bensinnya?,” tanya Alice
Aditya: “Baru aku penuhin kok,” jawab saya
Disini Alice tampak begitu gelisah, terlihat dari muka dia. Saya merasa kasihan, saya berpikir bahwa dia ingin menolongku tetapi tidak tau bagaimana caranya.
Alice: “Yaudah aku pulang duluan ya?,” ujar Alice
Aditya: “Iya…,” jawab saya
Alice: “Beneran? aku boleh pulang kan?,” tanya Alice yang kedua kalinya
Aditya: “Iya.. Alice iya…, tidak apa kok ini,” jawab saya
Alice: “Yaudah, dada….,” ujar Alice pergi dengan melambaikan tangan kepada saya

Ini mimpi buruk bagi saya, saya mencari cara untuk pulang. Dan untung saja waktu itu saya berpikir untuk menelepon papa saya untuk menjemput saya dan segera memperbaiki motor saya, sampai akhirnya saya pulang dengan selamat.

'Bagian 2'

Keesokan harinya, saya pikir hari ini akan berjalan dengan normal. Awalnya seperti biasa saya di sekolah belajar dan bermain bersama teman – teman, tetapi hari ini saya berpikir lagi mengapa 2 hari yang lalu Alice tidak ingin bareng bersama saya ?. Kalau hanya masalah dia tidak ingin disoraki teman – teman saya itu hal yang bodoh, lagian teman – teman saya hanya menyorakinya tidak sesering itu.
Saat bel sekolah berbunyi, tiba – tiba Elvan menjemputku. Saya rasa tingkah laku Elvan tidak seperti biasanya, dia datang lebih awal untuk menjemputku. Ponsel saya berbunyi, ternyata ada pesan dari Alice.

Alice: “ Adit, Elvan dah disitu?,” tanya Alice
Aditya: “ Udah,” jawab saya
Alice: “ Okay,” jawab Alice dengan singkat

Dari sini saya curiga, mengapa Alice tiba – tiba menanyakan soal Elvan? . Dan tiba – tiba Elvan datang lebih dulu untuk menjemputku, apakah mereka berdua sudah berjanjian untuk menemuiku?. Sesampainya Alice di depan kelasku, saya yang duduk terdiam disamping Elvan tiba – tiba berdiri untuk mendahului mereka berdua. Saya tau kalau saya bukan siapa – siapa dari Alice, tetapi ini benar – benar membuat saya jengkel.

Saat saya berjalan, mereka berdua berjalan di belakang saya dan mengobrol dengan akrab. Sungguh ini hari yang aneh, biasanya mereka berdua bertengkar karena hal sepele. Tapi justru di hari ini mereka benar – benar dekat, hingga saya tidak diajak untuk mengobrol sama sekali. Saat saya berjalan, saya tidak menoleh ke belakang. Yang saya dengar hanya,

Elvan: “Kenapa kemaren nggak masuk?,” tanya Elvan
Alice: “Gapapa males aja,” jawab Alice
Elvan: “Hari ini kamu bekal apa?,” tanya Elvan kedua kalinya
Alice: “Bekal nasi goreng babi guling,” jawab Alice
Elvan: “Babi guling darimana?.”
Alice: “Dari bali.”

Hanya itu saja yang bisa saya dengar dari percakapan mereka berdua, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Alice merupakan sosok yang saya sukai dan dilain sisi Elvan teman dekat saya.

ADITYA: MELANGKAH LEBIH DEWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang