01. Ruang Makan Asrama

509 124 232
                                    

Lagi-lagi kericuhan terjadi di ruang makan Colors Academy. Seperti biasa, kericuhan terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara Oranye dan Biru.

"Pulau Anantara itu benar adanya! Pulau itu terdapat harta karun yang tiada tara!" ucap Oranye yang kekeuh dengan pendiriannya. Biru yang tak terima dengan ucapan itu lantas menjawab tak kalah lantangnya, "Oh ayolah, kau bukan anak kecil lagi yang Selalu percaya dengan dongeng-dongeng dibuku konyol mu itu!"

Kuning berusaha menengahi keduanya. "Tidak bisakah kalian berdua berhenti bertengkar setiap hari? Warna-warna lain muak dengan pertengkaran kalian hanya karena masalah yang sama!"

Oranye menarik napas mencoba menenangkan diri, sebaliknya Biru malah melenggang pergi dari ruang makan.

Ungu tertawa terbahak- bahak dengan kejadian yang baru ia tonton, baginya pertengkaran ini adalah hiburan. Nila menyikut Ungu untuk berhenti tertawa, ini bukanlah waktu yang tepat.

***

Biru pergi ke pekarangan luas milik Colors Academy, ia melihat Hijau dan Merah disana.

"Kalian tidak sarapan?" tanya Biru pada Hijau dan Merah.
"Kami muak dengan pertengkaran yang kau dan Oranye perbuat, jadi kami sarapan disini, ya kan?" Merah menoleh pada Hijau.
"Ah, haha ya begitulah," balas Hijau dengan kikuk.

Biru hanya mengangguk samar lantas mengambil kursi lain di samping mereka. "Biru, tidak dapatkah kau biarkan saja Oranye dengan imajinasinya itu? Daripada bertengkar dengannya terus menerus, lagipula kau itu terlalu dibawa serius dengan perkataan Oranye."

Hijau menyikut Merah dengan tatapan seakan-akan sudahlah biarkan saja dia. Biru tidak menanggapi perkataan Merah barusan atau lebih tepatnya tidak peduli, Merah mendengus kesal.

***

Kembali lagi dengan sisa-sisa keributan diruang makan. Kuning menghela napasnya. "Ayolah Oranye, kamu tidak benar-benar percaya dengan bukumu itu kan?"
"Jadi kamu lebih percaya dengan Biru daripada saudara kembar mu sendiri?!" Oranye tidak terima dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Kuning.

Ungu masih tertawa sambil mengusap ujung matanya. "Sudahlah Ungu ...," ucap Nila seraya menarik-narik lengan Ungu untuk pergi dari ruang makan.
"Terserah kalian saja." Oren ikut pergi dari ruang makan. Kuning mendengus kesal sambil melangkahkan kakinya keluar dari ruang makan.

***

Hiruk Pikuk WarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang