1️⃣2️⃣

3.7K 78 2
                                    

"Kenapa kalian baru bilang sekarang?"

"Masalahnya kita baru tau keesokan harinya pas gak sengaja ketemu Siska, dia keliatan lagi gelisah banget karena rencananya gagal, mau ketemu kamu pun, kamunya susah ditemui karena lagi nginap di rumah Dena."

Felix mengusap wajahnya gusar, "Aku gak tau apa yang terjadi, tetapi pas bangun aku sudah ada di kamar tamu dalam keadaan rambut yang basah seakan aku baru selesai mandi, tapi gak ada hal janggal yang aku temui di sana dan keluarga Dena gak bersikap aneh."

"Kamu serius, Lix? Bukannya apa, tapi masalahnya kamu gak sadar lho, itu, kalaupun kamu meredam rasa pusing dengan cuci muka, rambut kamu gak akan basah keseluruhan."

"Bener apa yang Zico bilang, Lix. Coba kamu ingat lagi apa yang terjadi, jangan sampai ada hal terlewat!"

"Masalahnya aku sudah coba, tapi tetap aja aku gak ingat apa pun, kecuali .... "

"Kecuali apa, Felix?" desak Zico.

"Kecuali pas saya bangun .... "

"Rena!"

"Huh?"

"Itu Rena, 'kan? Dia kenapa masih berdiri di sana? Harusnya dia menikmati waktu istirahat, bukan malah tetap bekerja, 'kan?"

"Vero, ayolah ... kita lagi serius bicarain masalah malam itu," tegur Zico.

"Paham, tapi masalahnya si Rena kan gak bisa kecapean atau kena panas lama-lama, nanti dia .... "

"Ya Allah, itu Rena mukanya pucat!"

Brak.

Felix berlari tanpa peduli bahwa semua pengunjung cafe terkejut akibat dirinya yang langsung bangkit dalam satu kali gerakan guna menangkap tubuh Rena yang limbung seketika kemudian membawanya ke hotel tanpa menghiraukan kedua temannya yang melongo di tempat karena terkejut.

Bahkan Felix tak peduli seluruh rekan kerjanya terkejut melihat bagaimana sigapnya Felix membawa Rena dengan raut penuh kekhawatiran lagikan gelisah seakan Rena adalah sosok berharga baginya sehingga pria itu takut terjadi hal buruk pada Rena.

"Zic, kayanya perkiraan kita bener kalau sebenarnya hati Felix udah jadi milik Rena, kamu lihat sendiri bagaimana khawatirnya Felix barusan."

"Semoga gak terjadi hal buruk sama Rena maupun hubungan pernikahan Felix dengan Dena setelah ini."

"Aamiin .... "

***
Rena membuka matanya secara perlahan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk menembus retina matanya. Setelah matanya dapat menyesuaikan cahaya yang masuk menembus retina, Rena menatap sekitar dan berusaha bangkit dari tidurnya.

Rena meringis kecil kala rasa pusing mendera, "Kak Felix?"

"Kamu begadang?" tanya Felix.

"Ng ... nggak, Kak, aku gak begadang semalam."

"Makanmu pasti gak teratur, iya, 'kan? Kamu pingsan, Rena, bahkan wajah kamu tampak begitu pucat tadi. Kamu sakit? Harusnya kalau kamu sakit, kamu gak perlu datang ke lokasi untuk mengecek jalannya pembangunan, kamu bisa serahkan semuanya pada rekan kamu, setidaknya untuk hari ini."

"Maaf, Kak, aku gak bisa diam aja dan nyerahin tugas aku ke orang lain, aku gak papa, kok. Cuma pusing dan mual dikit aja tadi pagi, tapi udah baikan setelahnya, karena itu aku datang ke lokasi."

Felix menghela napas mendengarnya, Felix mendudukkan diri di sisi Rena dan mengelus kepala Rena dengan penuh kasih dan berkata. "Lain kali jaga kesehatan kamu, Rena, jangan sampai kamu kelelahan. Kamu tanggung jawab saya selama di sini, ayah dan bunda udah percayakan saya buat jaga kamu, jangan bikin saya khawatir, gimana kalau terjadi sesuatu sama kamu?"

"Maaf udah bikin Kak Felix khawatir, lain kali aku akan lebih memperhatikan pola makan dan berusaha untuk bagi waktu antara istirahat dengan bekerja."

"Keduanya memang harus kamu laksanakan, saya gak mau kamu sampai sakit seperti sekarang bahkan sampai pingsan gini hanya karena pekerjaan. Kalau sampai itu terjadi lagi, saya akan minta pak Bambang buat kurangi tugas kamu dan minta manager pengganti untuk menjalankan tugas kamu itu. Bahkan kalau bisa, saya akan minta kamu break dalam pekerjaan, mungkin selama beberapa minggu biar kamu bisa fokus istirahat dan lupakan pekerjaan kamu."

"Eh, jangan, Kak! Udah jadi tugas aku sebagai project manager mengurus proyek pembangunan perusahaan, jangan lakuin apa pun, ya? Aku mohon ..., " balas Rena.

"Kalau kamu gak mau itu terjadi, lakukan dua hal yang kamu katakan tadi. Sekarang kamu istirahat aja, saya mau keluar untuk membeli makanan agar kamu bisa makan dan pulihkan energi untuk kembali bekerja."

"Gak usah, Kak."

"Sayangnya saya gak terima penolakan, Rena!"

Rena menghembuskan napas panjang melihat sikap Felix yang berbeda dari sebelumnya, Felix yang sekarang lebih perhatian dan selalu memperlakukannya bak seorang ratu. Hal inilah yang membuat Rena sedih sekaligus senang, Rena senang karena Felix meratukan dan memerhatikannya, tetapi Rena juga sedih karena Felix melakukan hal ini setelah dirinya berstatus suami Dena dan yang pasti atas dasar amanah dari kedua orang tuanya.

Ya Allah, boleh Rena egois? Rena pengen kak Felix selalu bersikap hangat seperti ini pada Rena, bolehkah? Terlepas dari statusnya sebagai suami kak Dena, Rena cuma mau kak Felix mempertahankan sikapnya pada Rena, bolehkah?

Rena tau ini salah dan berbuat dosa, tetapi apa boleh buat, ya Allah? Hati Rena usah terlanjur jatuh semakin dalam karena sikap kak Felix yang hangat lagikan penuh perhatian, apakah ini sebuah pertanda hadirnya dia yang memiliki ikatan batin dengan kak Felix?

Menyadari sesuatu, Rena menyentuh perutnya yang datar dan melirik kalender di atas nakas, "Ya Allah, ini sudah tanggal 20, itu artinya .... "

"Sepertinya besok aku harus periksa."











Tbc?

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang