Terlihat di sebuah cafe kecil terdapat dua pasangan yang tengah tertawa kecil. Menikmati alunan lagu yang sedang terputar. Sambil menikmati hangatnya secangkir kopi, ditemani semilir angin yang berhembus pelan.
Semua pasang mata yang melihat mereka berdua, akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Padahal mereka berdua tak memiliki hubungan apa-apa.
Semenjak pertemuan keduanya di cafe, Gali agak lebih terbuka dengan Zhafa. Ia juga tak segan-segan menjahili Zhafa, apalagi Zhafa juga terlihat asik dengan perlakuan Gali terhadapnya.
Mereka habis jalan-jalan ke taman, dan mampir sebentar di sebuah cafe kecil dekat taman.
Zhafa dan Gali tengah membahas tentang pekerjaan dan cita-cita Zhafa yang ingin menjadi seorang
dokter kandungan.Gali terlihat sangat tertarik mendengar berbagai cerita Zhafa. Walau Gali masih agak rada dingin, tapi Zhafa memakluminya. Ia akan berusaha untuk memaklumi Gali yang memang cenderung dingin. Hari ini keduanya sudah cukup akrab dan saling berbagi cerita satu sama lain. Tapi yang lebih banyak cerita sih, yah Zhafa.
Arkan tengah berada di rumah Laila, ia datang bersama kedua orangtuanya untuk menjelaskan bahwa ia tidak bisa menerima perjodohan ini. Mendengar tujuan mereka datang, Laila memohon kepada Arkan yang membuat Arkan semakin ilfeel dengan sikap Laila yang telah menjatuhkan harga dirinya. Kedua orang tua Laila pun tak memaksa kehendak Arkan, ia berbeda jauh dengan Laila yang seakan-akan memaksa keinginannnya.
Setelah perbincangan selesai, Arkan dan kedua orangtuanya pamit. Arkan merasa lega karena akhirnya ia bisa terlepas dari perjodohannya dengan Laila. Tapi ia belum sepenuhnya merasa lega, karena ia mendapat kabar dari Omah Syntia, jika Gali semakin akrab dengan Zhafa. Apalagi akhir-akhir ini Arkan jarang bertemu dengan Zhafa, terakhir kali bertemu saat ia mengajak Zhafa ke pantai.
Sepulang dari jalan-jalan bersama Gali, Zhafa tak sengaja bertemu dengan Devan di toko buku favoritnya. Gali tak sempat mengantar Zhafa pulang karena ia ada urusan mendadak. Zhafa hanya menatap datar tanpa ekspresi saat bertatapan dengan Devan. Zhafa kemudian memilih untuk membayar bukunya di kasir dan langsung bergegas pulang. Padahal niatnya Zhafa ingin membaca buku di sana.
Melihat Zhafa yang langsung pergi, Devan buru-buru membayar buku yang dibelinya dan menyusul Zhafa. Melihat ada taxi di depan sana, Zhafa ingin menahannya, tetapi Devan langsung memanggil Zhafa.
"Zhafa...,"teriak Devan.
Zhafa menoleh melihat Devan yang ngos-ngosan akibat berlari."Zha, tolong dengerin aku sekali ini aja, kamu jangan pergi dulu."
Mendengar perkataan Devan yang sedang memohon kepadanya, Zhafa pun berjalan ke taman dekat toko buku dan memilih duduk di bangku yang terdapat di dalam taman itu. Tanpa di suruh Devan juga mengekori Zhafa dan duduk bersama Zhafa.
"Kamu mau apa,"tanya Zhafa tanpa basa-basi.
Devan menoleh ke samping Zhafa dan berdehem pelan.
"Zha, maafin aku ya,"lirih Devan.
"Aku udah maafin kamu,"balas Zhafa dengan nada datar.
"Aku menyesal karna udah ngajak kamu ke sana, aku selalu merasa bersalah sama kamu Zha,"ucap Devan seraya meremas jari-jemarinya.
Zhafa menghela nafas pelan dan menoleh ke samping Devan dan tersenyum simpul.
"Aku tau kamu sebenarnya nggak ada niat jahat sama aku, tapi kayaknya aku pengen kita nggak usah kaya dulu lagi."
"Maksudnya, kamu udah nggak mau jadi temen aku lagi?"tanya Devan seraya menatap sendu Zhafa.
"Bukan gitu, aku masih mau kok temenan sama kamu, cuma aku nggak mau kita terlalu deket, aku mau kita jaga jarak, apalagi kita bukan muhrim Dev,"ucap Zhafa dengan nada lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Asmara Kita
RomanceDia hampir dilecehkan di klub oleh para lelaki di malam itu, tapi untung saja ada seorang pria baik hati yang menyelamatkan dirinya dari para lelaki hidung belang itu. Hingga akhirnya dia mempunyai rasa terhadap pria itu dan tanpa ia ketahui bahwa p...