54. (Maka) tidak semudah itu

422 95 39
                                    

"Widihh, ada neng Alura euy! Yang udah jadian wajahnya beda, ya? Kayak lebih ceria gimana gitu."

Alura jadi tersenyum malu-malu najis tatkala Jonash menyapanya. Gadis berkacamata yang berdiri di pintu kelas Jonash itu jadi mengedarkan netra namun kernyitan muncul di keningnya tatkala tidak menemukan orang yang dia cari.

"Cieee nyari Van, ya?" Goda Ian bersiul sambil menyipit dengan wajah menggoda jahil pada Alura.

"Baru pacaran mah dicariin terus, kiw. Rasanya kangen selamanya kalau gak ketemu semenit aja." Sahut Jonash menggoda sambil merangkul Ian sebelum keduanya tertawa geli bersama.

"Dia kemana, ya?" Tanya Alura jadi mengerjap sekilas.

"Gak sekolah dia." Sahut Yasa menoleh sambil duduk di kursinya.

"Gak sekolah?" Gumam Alura dengan kening mengernyit. Alura jadi mengeratkan pegangan tangan pada tote bag berisi bekal yang dia bawa dengan jantung berdebar dalam artian buruk.

Entah kenapa dia resah dan gusar.

Pasalnya Van sama sekali tidak menghubungi Alura sama sekali setelah kemarin mengantarnya pulang dari rumah Nenek Ditto dan kini Van tidak masuk.

"Emang dia kemana?"

Yasa menggeleng sambil mengedikan bahu.

"Biasanya kalau ke sekolah, kita janjian di markas dulu buat berangkat bareng. Tapi tadi Van gak ada, dan gak ngontak kita juga. Jadi kita duluan." Ujar Ditto menjelaskan, dia jadi mendekat dan berhenti di depan Alura.

Alura jadi menipiskan bibir dengan hati berdenyut, padahal dia pacarnya tapi Alura tidak tahu jika mereka selalu berkumpul terlebih dahulu di markas.

Masih banyak ... terlalu banyak hal yang Alura tidak tahu tentang Van.

Alura memang pacarnya tapi dia tidak tahu apapun tentang Van.

Ini benar-benar mengganggunya.

Alura jadi mengerjap tatkala deheman seseorang mengalihkan atensinya.

"Jangan terlalu dipikirin. Van orangnya gak macem-macem." Ujar Ren yang sudah berada di depannya membuat Alura tertegun.

"Ah iya, gue percaya."

Tapi masalahnya Alura hanya sesak tentang dirinya sendiri.

*

"Gak sekolah lagi?" Tanya Alura mengernyitkan kening di depan koridor kelas Van.

Ini sudah hari kedua.

Dia jadi menoleh, mengintip kelas Van dengan gurat wajah menurun membuat Yasa yang berdiri di depannya mengerjap.

"Dia gak ada hubungin kita dan itu udah biasa. Tapi lo kan pacarnya, masa dia gak hubungin lo?"

Pertanyaan bernada biasa itu terasa menusuk Alura membuatnya menipiskan bibir dengan hati berdenyut.

Melihat perubahan ekspresi Alura membuat Ditto menyenggol lengan Yasa pelan.

"Coba lo hubungin duluan." Saran Ditto.

"Udah tapi gak di respon." Jawab Alura, entah berapa ratus pesan dan telepon tapi tidak ada yang terhubung satupun.

"Sebelumnya dia pernah kayak gini, gak? Tiba-tiba ngilang dan gak bisa dihubungin sama sekali?" Tanya Alura membuat Ditto menggeleng.

"Lo kan pacarnya, bukannya seharusnya lo lebih tahu sekarang Van ada dimana? Kalau lo aja gak tahu, gimana kita bisa tahu? Lo gak dianggap kali sama dia." Sahut Yasa blak-blakan dengan nada santai membuat Ditto mengumpat dalam hati sebelum menyenggolnya keras.

Jika Kamu Mati BesokTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang