14

3.1K 375 44
                                    

_L&O_

Malam itu Zeeno tak pulang. Dia memilih menginap di rumah Flora. Dia butuh teman untuk berbagi. Kini Zeeno dan Flora sedang duduk di halaman samping rumah. Mereka sedang bermain Ludo sambil berbincang. Flora sebagai teman dapat merasakan kesedihan dari Zeeno. Dia merasa kasihan dengan rumah tangga Zeeno yang sudah diambang kehancuran. Kalau mendengar masalah orang dalam rumah tangga membuat Flora takut untuk menikah. Untung saja dia belum akan menikah dalam waktu dekat ini. Jadi masih ada waktu untuk mempersiapkan diri.

"Jadi gimana, lo bakal cerai-in Chika?" tanya Flora sambil melemparkan dadu permainan.

"Huh, mungkin jadi. Tapi gua masih dilema Flo," jawab Zeeno lesu lalu mengambil giliran melempar dadu.

"Jangan buru-buru Zeen, ini bukan masalah yang kecil, rumah tangga lo yang dipertaruhkan. Lo jangan sampai salah langkah dan menyesal akhirnya nanti. Coba renungin lagi, cari jalan keluar yang lain," sabda Flora.

"Tapi kalau pada akhirnya ga nemu jalan keluar yang lain, ya pasti bakal cerai juga Flo," imbuh Zeeno.

"Ya apapun nanti hasilnya gue selalu nemenin lo sih, lo kan temen baik gue. Ga mungkin gue ninggalin lo disaat rapuh," sahut Flora.

"Makasih Flo." Flora mengangguk menanggapi. Permainan berlanjut, hingga akhirnya dimenangkan oleh Flora. "Mampus lo kalah. Abis ini harus beliin gua motor baru," celetuk Flora.

"Enak aja, males! Daripada beliin lo mending gua beliin buat istri gua," sahut Zeeno. Flora lantas menampilkan wajag menggoda karena Zeeno masih memanggil Chika sebagai istrinya. "Ciee ,istri."

"Ih bacot lu," ucap Zeeno. Flora tertawa setelahnya.

Zeeno membuka ponselnya yang sedari tadi dia matikan. Ternyata sangat banyak pesan dan panggilan telpon masuk dari Chika. Zeeno memang sengaja menonaktifkan nada dering sehingga ponselnya tetap senyap. Zeeno terlalu malas untuk menanggapi Chika saat ini. Biarlah mereka saling intropeksi diri masing-masing. Jika saatnya waktu harus bertemu, Zeeno akan kembali ke rumah. Untuk saat ini dia akan mendekam di rumah Flora. Toh dari keluarga Flora tak ada keberatan, karena mereka sudah sangat dekat dengan Zeeno.

_L&O_

Di sisi lain, di rumah, keadaan sudah seperti kapal pecah. Barang-barang berserakan di lantai. Pecahan belin juga menyebar di beberapa titik. Chika mengamuk! Menangis frustasi, sudah seperti orang gila. Dia sudah mencari keberadaan Zeeno tapi tak ada kabar sama sekali. Ponsel Zeeno pun tak bisa dihubungi. Dia juga sudah bertanya kepada beberapa teman Zeeno, tapi sama saja tak ada informasi yang didapat. Chika bingung harus berbuat apa lagi. Dia sudah menunggu kepulangan Zeeno, tapi tak kunjung datang.

Chika yang mengamuk membuat para pekerja di rumahnya tak berani mendekat, takut jika menjadi sasaran. Namun, mereka juga sudah mengabrai Tuan mereka, tapi haslinya sama, Zeeno tak bisa dihubungi. Maka dari itu mereka hanya bisa memantau keadaan Chika, agar Chika tak berbuat hal lebih yang membahayakan diri.

PRANG!

Kaca meja rias pecah karena Chika melemparnya dengan lampu tidur. Dia sudah tak peduli akan kaca yang berserakan memenuhi kamar. Tidak peduli hasil pecahan yang dapat membahayakannya. Fikirannya sudah teramat kacau, menginginkan Zeeno pulang!

"Zeeno kapan kamu pulang?!" teriak Chika sudah seperti orang gila. Dia menjambak rambutnya sendiri, karena pusing yang mulai dirasa.

"Aku ga bisa..aku ga bisa kalau kamu pergi!" Suara tangisan itu menyayat hati bagi yang bisa mendengarnya. Sebegitu tidak maunya Chika kehilangan Zeeno.

"Zeeno!" Tangan Chika meraih barang asal yang berada di sekitarnya dan kembali melemparnya asal.

Suara ketukan pintu terdengar. "Permisi nyonya, di depan ada yang nyariin," kata Bibi Han dengan takut.

"Apa itu Zeeno?" Lirih Chika. Tanpa pikir panjang dia segera bangkit, tanpa alas kaki berjalan keluar. Hingga dia memekik kesakitan karena kakinya yang menginjak beling. Namun, dia tak peduli, dia tetap melanjutkan jalannya meskipun pincang. Chika melewati Bibi Han begitu cepat untuk segera melihat tamu yang dia kira Zeeno. Padahal saat sudah dilihat, itu adalah Tian. Raut wajah kecewa tercetak jelas diwajah Chika. Dugaanya salah, dia kira tadi Zeeno.

"Baby, kenapa dengan kamu?" khawatir Tian melihat kondisi Chika. Dia mendekati Chika, tapi dengan cepat Chika menolak, "JANGAN DEKAT-DEKAT! AKU GA MAU ZEENO MARAH KALAU LIHAT INI! AKU GA MAU LIHAT KAMU DI SINI TIAN! PERGI KAMU DARI SINI!" Usir Chika tanpa basa-basi lagi.

"Aku khawatir sama kamu baby."

"AKU TIDAK PEDULI! PERGI TIAN! AKU BENCI SAMA KAMU! KARNA KAMU, ZEENO PERGI DARI RUMAH DAN GA PULANG! AKU BENCI SAMA KAMU!" ungkap Chika dengan emosi yang meluap-luap.

"Dimana letak salahku?!"

"KARNA KAMU YANG MENCIUMKU DENGAN LANCANG! AKU TIDAK SUKA DENGAN SIKAP KAMU YANG SEPERTI ITU! KITA SUDAH BERAKHIR, AKU GA MAU KAMU GANGGU KRHIDUPAN AKU LAGI TIAN! AKU MINTA KAMU PERGI!"

"Aku sayang sama kamu Chika, aku cinta sama kamu."

"AAAAA PERGI!" Chika menutup telinganya rapat, nampak histeris. Penjaga rumah Chika masuk diikuti Bibi Han, ia segera meminta Tian untuk pergi saja dari sini sebelum nanti malah semkain runyam. Akhirnya Tian memilih pergi dari rumah.

Chika terduduk dilantai dengan tangisa yang masih menemani. Merasa kasihan Bibi Han memberanikan diri mendekati Chika dan menenangkannya. "Sudah nyonya jangan seperti ini, Tuan pasti tidak suka jika melihat keadaan Nyonya seperti ini."

"Zeeno pergi Bi."

"Tidak nyonya. Mungkin Tuan sedang ada kerjaan di luar yang membuat malam ini tidak bisa pulang. Mungkin besok Tuan sudah kembali ke rumah, saya yakin. Tuan kan tidak bisa meninggalkan nyonya lama-lama. Tuan sayang sama Nyonya, jadi nyonya jangan seperti ini. Pasti Tuan sedih." Dengan perlahan Bibi Han mencoba memberi pengertian. Tak ada sahutan dari Chika, tapi suara tangisanphn berhenti. Ternyata Chika pingsan! Bibi Han langsung panik, melihatnya.
















Cosplay orang gila dulu.

Rating berapa/10 buat cerita ini. Sebenernya agak ragu gitu gw sama cerita ini, soalnya kyk serem bngt gitu ceritanya😭

Dah maap buat typo.

H- berapa nih lebaran

Luka dan Obatnya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang