Chapter 3. Calon Mantu

21 3 13
                                    

Bayu bernapas lega setelah tiba lagi di kamarnya. Dilihatnya hoodie hitam yang masih tergeletak di sofa. Dia tersenyum lalu didekati benda itu.

"Icha oh Icha," ucapnya pelan usai menghirup hoodie hitam di tangannya.
Wangi Scarlet warna pink. Wangi cewek cakep!

"Lama banget sih? Keburu Isya!"
Miko mencak-mencak saat melihat Bayu keluar dari rumah.

Bayu acuh-acuh aja. "Yaudah cabut yuk!"

Ketiga cowok itu segera menyalakan mesin motor masing-masing. Bu Ranti cuma geleng-geleng sambil memandangi mereka dari teras rumah.

Tak lama kemudian suaminya pulang.

"Asalamualaikum!"

"Walaikum salam!"

"Loh, Mama lagi ngapain di teras sendirian? Nungguin Papa, ya?" goda Pak Aldi-ayahnya Bayu yang katanya ganteng mirip Ariel Noah. Dia ngomong gitu sambil senyum-senyum pada istrinya.

Bu Ranti tersenyum kecut. "Apaan sih, Papa! Orang Mama abis lihatin Bayu kok!"

"Emang Bayu kenapa, kok dilihatin?"

Sambil berjalan bersisian memasuki rumah, Pak Aldi bertanya lagi kepada istrinya.

"Itu Pa! Masa anaknya Pak Kades kasih motornya sama Bayu. Terus minta diantarkan ke rumahnya! Kan aneh, ya?"

Pak Aldi tampak kaget lalu berpikir sejenak sebelum menanggapi ucapan istrinya dengan tenang.

"Mungkin mereka berteman, Ma. Makanya Icha nggak sungkan titip motornya sama Bayu."

Bu Ranti menggeleng, "Bayu bilang kenal juga enggak! Masa bisa kasih motornya ke dia, Pa?"

"Ya, mungkin belum berteman tapi akan berteman, Ma. Udahlah nggak usah mikir macem-macem! Namanya juga dunia anak muda! Suka aneh-aneh!"

Bu Ranti manggut-manggut menanggapi penjelasan suaminya. Kemudian dia bicara lagi sewaktu mereka tiba di ruang makan.

"Mama sih nggak apa-apa kalo Bayu deket sama anaknya Pak Kades. Cuma agak minder aja sih, Pa! Masa iya Pak Kades yang sedang merangkap jadi Walikota itu mau berbesan sama kita?" katanya sambil menyodorkan piring makan untuk Pak Aldi.

Pak Aldi geleng-geleng sambil senyum mendengar omongan istrinya yang bukan main itu.

"Mama ini terlalu banget ngehayalnya. Mana mungkin lah Pak Kades mau berbesan sama kita! Udah lah, Ma! Jangan di bahas lagi! Papa mau makan, udah laper nih!"

Bu Ranti jadi kesal, "Ih, Papa kok ngomongnya gitu? Ya, siapa tahu Bayu berjodoh sama Icha! Kita 'kan nggak tahu, Pa!"

"Iya-iya. Semoga saja ya, Ma!" Pak Aldi mengusap punggung lengan istrinya yang sedang merajuk.

Bu Ranti cuma tersenyum kecut menanggapi.

~•~

Bayu bersama kedua temannya tiba di depan gerbang rumah paling besar dan mewah di desanya.

Menurut tukang batagor yang biasa mangkal di depan sekolah, rumah dua lantai yang dindingnya warna putih itu adalah rumahnya Pak Kades di mana jodohnya berada.

Eh?

Jodoh?

Waduh!

Bayu sempat-sempatnya menghayal!

"Pencet bel nya noh!"

Miko menunjuk tombol merah yang berada di sisi pintu gerbang. Ali segera maju dan langsung pencet tombol warna merah di sekitar.

Di rumahnya nggak pake bel pintu. Kalo ada tamu biasanya cuma ngucapin salam. Kalo nggak ada yang menyahut, pasti pintunya langsung digedor. Pencet bel begini merupakan pengalaman baru untuk si Ali selama 18 tahun hidup di bumi.

MELTING ME SOFTLY (series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang