Chapter [25] Perpustakaan
HAPPY READING!!!
🌙🌙🌙Bel pulang sekolah berbunyi begitu nyaring menggema seantero di SMA Gemilang, sorak kegembiraan dari para siswa terdengar saling bersahutan antar kelas. Banyak para siswa maupun siswi berhamburan keluar dengan senyuman yang terukir di sudut bibir mereka. Setelah berjam-jam bertempur dengan pelajaran yang sulit untuk dicerna itu, kini pertempuran pun berhasil mereka lalui, walau besok masih ada hari kembali belajar di ruangan yang cukup membosankan.
"Maira, tolong kembali kan buku paket ini ke perpustakaan," perintah guru yang mengajar di kelasnya.
"Saya sendiri Buk?"
"Bukunya cuma tiga, Ibu rasa kamu bisa membawanya."
"Baik Buk Heni." Maira mengambil alih buku tebal yang ada dipangkuan guru berkacamata yang sedang tersenyum
"Mau gue temenin Ra?"
"Nggak usah Ren, aku sendiri aja."
"Lo yakin?"
"Yakin kok, aku sekalian nunggu kak Manda juga."
"Loh, Vino gimana?"
"Katanya dia ada urusan sama Mama-nya. Kalau gitu aku duluan ya, keburu tutup nanti perpustakaannya." Maira pun segera berlalu dari hadapan Rena, melangkah keluar kelas menuju perpustakaan.
Selama di jalan, Maira hanya asyik menikmati alunan musik yang terputar dari kedua hedset yang melekat di kupingnya. Langkah Maira terhenti saat melewati sebuah bangku panjang yang ada di lorong koridor, biasanya dia akan bertemu dengan Julian di sana yang selalu sibuk dengan novel.
"Tumben nggak duduk di sini."
"Kira-kira Julian senang nggak ya aku jauhin gini?"
"Rasanya kangen juga ngoceh sama kutub utara." Gelak Maira menertawakan kebodohannya dulu, ia jadi membayangkan masa-masa di mana dirinya selalu bercerita hal random pada Julian, meski cowok itu tidak akan membalas atau menggubris ceritanya.
Setelah sampai di depan perpustakaan, Maira mencoba meraih knpo pintu besar dengan susah payah. Dia pun meletakan buku tebal yang ada di tangannya ke lantai dan membuka pintu.
"Ribet banget sih," gumam Maira kembali memungut buku yang ia letakan tadi dan melangkah masuk menjelajah jejeran rak yang ada di sana untuk meletakkan buku.
Bruk
"Aduh, pinggang aku sakit," ringis Maira tanpa sengaja menabrak seseorang yang ada di depannya. Apa dia tidak memperhatikan jalan sampai-sampai menabrak punggung besar milik orang lain.
"Lo nggak papa?" tanya cowok yang berdiri di hadapan Maira.
"Aku nggak papa," jawab Maira tanpa melihat ke arah orang yang sudah ia tabrak.
Dari rak ujung seseorang menatap lurus ke arah Maira sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Dasar ceroboh.
Maira kembali berdiri dan berjalan mengitari rak buku yang tak kunjung ia dapatkan. Ia pun juga tidak mempedulikan cowok yang ditabrak itu sedang menatapnya bingung.
"Ini rak nya di sebelah mana sih? Dari tadi nggak nemu-nemu."
"Kalau bukan buk Heni yang suruh aku nggak bakalan mau menjelajah di sini."
Antenis Maira terhenti pada salah satu buku berwarna merah jambu, ia begitu penasaran dengan isi buku tersebut. Baru kali ini Maira melihat warna buku yang begitu mencolok, biasanya itu hanya novel atau komik. Tapi kali ini buku itu adalah buku pembelajaran sejarah.
Tangannya kembali meletakkan buku yang sedari tadi ia pegang ke atas lantai dan mencoba meraih buku yang lumayan tinggi. Berbagai cara Maira lakukan untuk meraih buku tersebut, bahkan gadis itu pun juga beberapa kali melompat. Hingga akhirnya ia berhasil mendapatkan bukunya, namun saat ingin menariknya tiba-tiba saja beberapa buku di atas juga ikut berhamburan jatuh ke bawah.
Untungnya ada seseorang yang menarik Maira dari sana dan melindungi gadis itu dengan tubuh kekarnya agar dia aman dari timpukan beberapa buku.
Kedua bola mata yang sudah beberapa hari ini tak saling memandang, kini kembali bertatap. Maira mencoba menahan napasnya dan menormalkan detak jantung yang begitu menggebu. Ini terlalu dekat jarak di antara mereka berdua.
Julian, batin Maira, apa yang harus dia lakukan sekarang? Berteriak senang? Tentu saja tidak, dia sudah bertekad untuk tidak lagi melakukan hal bodoh di depan Julian.
"Lo nggak papa?" tanya Julian melepaskan kurungan nya. Maira yang merasa sudah bebas akhirnya bisa bernapas dengan lega dan menganggukkan kepala sebagai jawaban.
"Lo kenapa seceroboh ini sih?" tutur Julian memungut buku yang sudah berserakan.
"Aku nggak ceroboh, bukunya aja yang lemah. Masa gitu aja udah jatoh."
"Terus lo ngapain di sini?"
"Aku tadi disuruh sama buk Hani tarok buku itu, tapi dari tadi nggak nemu raknya yang mana."
"Makanya rajin-rajin ke perpustakaan." Julian mengambil tiga buku tebal yang dimaksud oleh Maira.
"Ini raknya paling belakang, lo jalan aja lurus terus lihat rak yang ada tulisan buku edisi kurikulum 2013," jelas Julian kembali memberikan buku tersebut ke tangan Maira.
"Rak paling belakang? Kamu serius?" Maira sedikit terkejut dengan ucapan Julian barusan, apa dia harus berjalan jauh lagi saat ini? Apalagi posisi mereka masih berada di rak nomor tiga.
"Emang kenapa?"
"Aku capek, terus aku juga takut. Soalnya rumor dari anak-anak kalau perpustakaan ini ada han-" Sebuah jari telunjuk melekat di bibir Maira membuat dia memberhentikan ucapannya.
"Biar gue temenin," ujar Julian mengambil kembali ketiga buku yang ada di tangan Maira.
Rena, kali ini aku langgar dulu. Kesempatan nggak datang dua kali Ren, batin Maira tersenyum senang. Ia tidak akan menyia-yiakan kesempatan ini. Sebaik mungkin gadis itu harus memanfaatkannya. Kapan lagi kan bisa berduaan dengan Julian seperti ini, apalagi sikapnya yang tidak terlalu dingin sekarang.
"Julian kok bisa tau di mana rak bukunya?"
"Gue sering antar buku ke sini."
"Wahhh, Julian keren."
"Biasa aja."
"Julian," panggil Maira kembali.
"Apa?"
"Gimana kabar kamu sekarang?"
"HAH?" Julian mengerjapkan mata ketika mendapat pertanyaan yang tidak pernah gadis itu utarakan untuknya.
Maira tertawa ketika melihat reaksi dari Julian, terlihat sangat menggemaskan.
Aku jadi berubah pikiran, batin Maira melebarkan senyuman.
"Julian."
Maira menarik napas secara perlahan dan kembali memberanikan diri untuk menatap ke arah Julian yang masih diam tak berkutik.
"Tolong kembalikan buku ini, aku nggak bisa lama-lama karena aku ingin pulang."
"Makasih Julian." Maira segera berlalu dari sana meninggalkan Julian yang masih terdiam.
"Kenapa rasanya sakit, Ra." Julian memegang dadanya yang terasa nyeri. Kenapa dia berubah begitu cepat, terlihat sekali kalau Maira menghindari dirinya.
"Dan kenapa gue nggak bisa balas ucapan dari lo."
Julian menatap buku yang ada digenggaman, kembali melirik ke samping tempat di mana Maira berdiri. Air mukanya berubah menjadi sendu.
"Apa ini yang sering lo rasain ketika gue bersikap tidak peduli sama lo?" Satu hal yang baru ia sadari kalau perasaannya untuk gadis itu telah ada. Yaa, Julian yakin kalau ia telah jatuh ke dalam cinta Maira.
Maira Alkaura.
Bersambung......
Selamat malam semuanya🌙
Terimakasih telah mampir, jangan lupa tinggalin jejaknya yaa💙
KAMU SEDANG MEMBACA
MAIRA
Teen FictionMaira Alkaura, gadis remaja yang begitu optimis mengejar cinta dari seorang Julian Mahendra. Namun, Maira keakan tuli dengan perasaan Marvino Gentara untuk dirinya, yang merupakan teman lelakai Maira yang begitu dekat dengannya. Akankah Maira berha...