pecundang

176 14 2
                                    

mago - Gfriend.

Hi? ada yang kangen ngga?

pls bilang iya hahaha

maaf banget baru sempet update, gue bener bener kehabisan ide juga masih badmood wkwk

Maaf kalau alur nya kurang nyambung karena jujur gue lumayan lupa sama alur nya.

jangan lupa vote and komen

mohon tandain yang typo.

.
.
.
.
.
.

Saat Raya sibuk memikirkan tentang Raga, Samudra terus menatap wajah Raya yang menurutnya lucu.

"Ray?" Perkataan Samudra seketika menyadarkan Raya dari lamunannya.

"E-eh, iya?" Samudra terkekeh kecil melihat tingkah Raya.

"Jadi ga ke kantinnya?" tanya Samudra, membuat Raya sedikit terkejut. Perkataan Samudra kali ini terdengar lebih lembut dibandingkan sebelumnya. Ada apa dengan nya?

"I-iya, ayo," jawab Raya, lalu berjalan lebih dulu menuju kantin, diikuti oleh Samudra.

Saat sampai di kantin, mereka melihat semua tempat sudah penuh. Samudra memegang tangan Raya dan menariknya menuju meja teman-teman mereka, di mana kebetulan masih ada tiga kursi kosong.

Saat sampai di sana, Kevin, Rafa, dan Raga langsung menatap Raya dengan tatapan sinis, membuat Raya merasa kurang nyaman.

"Gue cari tempat lain aja, Sam," bisik Raya pada Samudra, yang dibalas dengan gelengan kepala oleh Samudra.

"abaikan para manusia gila itu" jawab Samudra, membuat Raya terkejut. Padahal mereka adalah sahabat Samudra. Tapi Raya menuruti perkataan Samudra dan duduk di sampingnya.

Audrey menyadari keberadaan Raya dan langsung tersenyum manis. "Eh, Raya, hai!" sapa Audrey dengan ramah. Raya membalasnya dengan anggukan kepala dan senyum tipis. Raya heran mengapa Tara begitu membenci gadis semanis Audrey. Apakah hanya karena Audrey mendapatkan perhatian dari orang-orang yang Tara sayangi, sedangkan Tara tidak? Itu terasa gila.

Apa karena Audrey menjadi kekasih Kevin? Tapi dalam ingatan yang Raya dapat, Tara tidak begitu mencintai Kevin, hanya sebatas kagum. tapi jika benar karena itu alasan Tara membenci audrey maka Raya setuju bahwa Tara adalah gadis aneh di dunia ini.

"Jangan terlalu percaya dengan sifat yang di tunjukan oleh orang orang di sini Nona"

Ucapan dari lio membuat Raya menjadi bingung "maksud lo?" tanya Raya namun tidak ada jawaban.

Raya kesal karena sepertinya Tara tidak memberikan seluruh ingatannya pada Raya, yang mana itu sangat mempersulit dirinya. jika ia bertemu dengan Tara mungkin ia akan mencekik orang itu karena kesal

Raga menatap Raya dengan tatapan benci, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Samudra yang memegang tangan Raya. "Ngapain lo pegang tangan jalang itu?" ejek Raga. Hati Raya terasa sakit saat mendengar penghinaan itu dari mulut Raga, dan Raya membenci situasi ini.

Mengapa Tara tidak membawa rasa sayangnya pada kedua abang brengseknya ini pergi? Agar ia tidak perlu merasa sakit hati saat mendengar hinaan kedua abangnya itu. Saat Raya hendak berbicara, Samudra lebih dulu membalas ucapan Raga.

"Lo pernah liat dia ngejual tubuhnya?" tanya Samudra, membuat Raga yang tadi tersenyum percaya diri kini perlahan melunturkan senyumannya.

Melihat Raga terdiam, membuat Samudra tersenyum puas. "Kalian semua tolol, sekolah di sekolah yang besar tapi ga tau arti jalang. Kalian bilang Raya jalang karena dia sering ngebully Audrey.. itukah arti jalang yang kalian tau?? Membully sama dengan jalang? Wah, gue ga nyangka ternyata gue punya teman yang tolol," ujar Samudra sembari terkekeh sinis, membuat seisi kantin terdiam.
seorang yang jarang berbicara kini berbicara panjang lebar hanya untuk membela seorang gadis tidak berguna.

Samudra menggenggam tangan Raya dengan erat, lalu membawa Raya pergi dari kantin dengan wajah emosi. Sebelum meninggalkan kantin, Samudra tidak lupa membeli roti dan air minum.

Kini Raya dan Samudra berada di taman yang ada di belakang sekolah. "Makasih, Sam," cicit Raya dengan sangat pelan. Samudra tersenyum tipis melihat Raya yang duduk di sampingnya.

Ia memberikan roti dan air minum yang ia beli tadi pada Raya. "Makan, maaf kita ga bisa makan di kantin," ujarnya dengan wajah datar, namun suaranya terdengar merasa bersalah.

"Gapapa, lagian gue ngga terlalu laper," jawab Raya, membuat Samudra merasa lega.

Setelah itu, hanya ada keheningan di antara mereka selama beberapa menit sebelum akhirnya Samudra berbicara.

"Kalau lo ngerubah sifat dan sikap lo cuman karena pengen dapat perhatian dari Kevin, lebih baik stop, Ray. Lo gak harus ngerubah diri lo cuma buat orang yang lo kagumi," ujar Samudra tanpa melihat ke arah Raya.

"Gue ngerubah diri gue ya untuk diri gue sendiri, bukan untuk orang lain," balas Raya.

Samudra menghela napas panjang. "Gue harap ucapan lo bener, Ray," ucapnya. Setelah itu, Samudra langsung berjalan pergi, meninggalkan Raya yang tersenyum tipis.

"Pecundang" raya sangat tau mengapa samudra mengatakan semua itu.

Samudra sampai di kelas nya dan langsung di sambut oleh tatapan tajam dari Raga yang seperti nya memang sudah menunggu nya sejak tadi "lo kenapa sam? Lo tiba tiba belain cewe sialan itu?" ujar Raga menuntut penjelasan dari sahabat nya itu

"lo jangan lupa ga, cewe yang lo bicarain sekarang itu adik kandung lo.. lo ga sepantasnya ngatain adik lo dengan kata kata yang gak pantas tentang adik lo sendiri." jawab samudra membuat raga mengepal kan tangan nya menahan amarah

"dengar, dia bukan adik gue" setelah mengatakan hal itu ia langsung kembali ketempat duduk nya.. Jika kalian bertanya di mana Rafa maka jawaban nya bocah itu sedang sibuk di dunia mimpi nya

samudra tersenyum sinis mendengar ucapan Raga "Raya sudah berubah rag, sekarang yang gue tunggu adalah penyesalan lo sama keluarga lo" gumam samudra setelah itu duduk di kursi nya dan membaca buku seperti biasanya.

Kembali pada protagonis wanita kita yang kini sedang berada di kelas, raya sangat sadar banyak siswi menatap diri nya dengan tatapan tidak suka..ia mengabaikan nya dan sibuk melamun, mengapa ia tidak memperhatikan pelajaran? bagaimana ia bisa memperhatikan pelajaran dari guru yang sejak tadi setiap melihat diri nya selalu memberikan tatapan sinis

ia kini benar benar menunggu bel pulang karena risih dengan semua suasana asing ini.

"Nona, apa anda baik baik saja?"

Raya tersentak karena lio yang muncul tiba tiba itu "i'm okay"

"Syukur lah"

"Lio, apa gue tinggal harus tinggal sama keluarga taraya?" tanya raya, ia benar benar tidak suka dengan situasi di di mana ia tinggal bersama orang asing.

"Itu terserah anda nona, karena saya di sini hanya untuk menemani anda.. saya hanya akan memberikan beberapa misi kecil untuk membantu anda"

"hm bagus lah, and gue pernah denger kalau orang transmigrasi ada semacam status status gitu"

"Anda benar, akhirnya anda menanyakan soal itu.. apakah anda ingin melihatnya?"

"Jangan sekarang"

beberapa jam kemudian bel pulang akhirnya berbunyi membuat semua murid dengan semangat meninggalkan tempat yang menyiksa itu, sekolah perlahan lahan mulai sepi.. semua siswa dan siswi telah meninggalkan sekolah meninggalkan Raya yang kini sedang menunggu supir yang akan menjemput nya yang sangat terlambat.

beberapa menit kemudian supir raya akhirnya datang "maaf nona, tadi ada kemacetan yang membuat saya terlambat" ujar supir itu dengan wajah khawatir takut di pecat oleh raya.

Raya hanya mengangguk singkat dan masuk ke dalam mobil membuat supir itu menghela nafas lega

saat sang supir akan menyalakan kan mobil tiba tiba ucapan Raya membuat nya bingung

"jangan pulang, bantu saya untuk mencari apartemen di sekitar sini"

~•••

kali ini gue cuman bisa kasih segini doang, ily

Jangan lupa vote.

Call Me RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang