Boleh jadi ini semua bermula dari jari lentik yang sudah mengusap punggungnya malam itu. Mungkin juga sebab mata biru Spanyol yang sedari awal begitu membiusnya. Atau jangan-jangan desah lembut yang menemaninya hingga terlelap di ranjang. Rayyan Hazmi begitu bingung memilih bagian mana dari wanita itu yang sudah menjeratnya. Pria beristri yang menjabat sebagai staff sumber daya batu bara dari Kementerian Sumber Daya Alam itu kini harus bertekuk lutut.
Adalah Sofia Rivera, yang membuat Rayyan Hazmi tunduk semudah ini. Padahal wanita asli Estella itu belum ada satu bulan disini. Ia datang bersama rombongan Profesor Neil Gibbard, ahli geologi Universitas Arizona. Mereka hadir mewakili Amerika Serikat, dalam rangka mengikuti pertemuan internasional membahas masa depan sumber daya mineral di Indonesia. Profesor Neil Gibbard melihat kesan bahwa pemerintah Indonesia menolak campur tangan pihak asing, dalam mengelola sumber daya alam mereka termasuk batu bara.
Ini jelas akan menjadi pukulan amat telak bagi Amerika Serikat. Di akhir tahun 2050 ini, cadangan batu bara mereka kian menipis. Celakanya mereka belum menerapkan transisi energi, dari sumber batu bara ke sumber energi yang baru. Jika akhirnya cadangan itu habis, bisa dibayangkan bagaimana kekacauan yang akan terjadi di sana.
“Ini tidak bisa dibiarkan Prof.” Sofia mencakar ujung pegangan kursi yang ia duduki,
“Kita harus melakukan sesuatu untuk rakyat Amerika.”
Profesor Neil Gibbard tidak menggubris ocehan Sofia yang sedang geram. Tatapannya tertuju pada sosok pria di dua baris bangku sebelah kanan. Terlihat jelas ia terpikat pada Sofia, matanya seolah ingin menelanjangi wanita itu. Profesor Neil Gibbard lalu berbisik pada Sofia tentang hal ini.
…………………..
“Aku tidak bisa melakukannya Sofia, aku bersumpah demi negaraku.” Rayyan Hazmi menerawang langit-langit kamar hotel.
“Kau tidak mencintaiku?” tanya Sofia yang tampak nyaman di pelukan Rayyan Hazmi.
“Jangan membodohiku, tidak ada cinta antara kita!”
“Hahaha you’re right, my dear." Tawa Sofia seakan menegaskan apa yang mereka lakukan malam ini tidak berlandaskan cinta.
“Tapi setidaknya antar aku kesana, Prof. Neil tentu ingin mempelajarinya.”
Entah guna-guna seperti apa yang membuat Rayyan Hazmi terpaksa mengingkari sumpah kepada negaranya. Setelah sebelumnya juga membocorkan sebuah rahasia tentang letak cadangan terakhir batu bara Indonesia. Ia beserta Sofia dan Profesor Neil Gibbard berangkat ke Pulau Laut, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.
“Ini karena pihak swasta negaramu, kami terpaksa membohongi seluruh dunia.”
“Jika sedari dulu kalian tidak merampas milik negara lain, kami pasti mau berbagi.” Rayyan Hazmi termenung di depan tambang batu bara Pulau Laut.
Hanya Kementerian Sumber Daya Alam dan pihak Istana yang mengetahui letak tambang batu bara ini. Mereka telah disumpah untuk tutup mulut. Saat Rayyan Hazmi masih menjelaskan hal-hal tersebut, Profesor Neil Gibbard membuka tas kulitnya. Ia mengambil sebuah telepon satelit,
“We found them, Mr. President.” Profesor Neil Gibbard lalu melirik ke arah Sofia yang segera menyelinap ke belakang Rayyan Hazmi.
“Forgive me, my dear.” Tutup Sofia saat meletuskan glock yang ia bawa ke kepala si penghianat.
-TAMAT-
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAIDOR
General FictionRahasia dibalik kondisi sumber daya mineral pada tahun 2050, yang menyeret staff Kementerian Sumber Daya Alam asal Indonesia, seorang Profesor geologi Amerika Serikat dan wanita bermata biru dari Estella.