【 Hujan, Kenangan, Senyuman 】

802 94 32
                                    

(Enjoy the sad vibes!)
.
.
.

"Karis? Lu kok ngelamun gitu? Ada masalah lu?"

Sang pemuda bersurai blonde dengan beberapa helai rambut berwarna pink diatasnya menoleh, tersadar dari lamunannya yang cukup lama. Mungkin, sekitar 5-7 menit setelah jam istirahat berakhir.

Namanya Karisma Setyaputra, dijuluki sebagai siswa yang cukup pintar di SMA Dirgantara yang hampir menyamai kedudukan dari seorang siswi bernama Alana, dari kelas yang berbeda.

Orang yang memanggilnya barusan adalah seseorang yang mengenakan kain pengikat di bagian matanya disebabkan salah satunya buta, dan dilengkapi dengan surai hitam beserta bajunya yang sedikit tidak tertata. Haze, atau kerap dipanggil Jeje. Pemuda yang selama ini menjadi kawan Karis, semenjak pertemuan mereka berdua di bangku kelas 2 SMP.

Karis menggeleng ketika mendengar pertanyaan dari kawan gilanya itu, "Gue gapapa, Je. Tumben-tumbenan lu nanya keadaan. Kesambet ape lu?" Tanyanya balik, lalu menatap Jeje yang duduk di sebelahnya. Ya, ia seringkali mengatakan bahwa temannya itu sedikit gila karena tingkah lakunya yang sedikit diluar akak sehat. Mungkin, karena terlalu random bagi Karis yang masih waras.

Saat ini, mereka sedang berada di bagian rooftop untuk menikmati kesejukan angin hari ini. Walaupun terlihat cuaca sedikit mendung, karena sebentar lagi akan turun hujan.

"Nanya pun harus tumben, ya? Lu yang aneh sekarang, Ris." Tertawa mendengar jawaban Jeje, Karis pun menerima tawaran, atau lebih tepatnya sedikit paksaan terkait makanan yang ia berikan padanya.

Wajar saja, kalau Karis sejak tadi pagi belum sempat sarapan. Atau, karena Jeje memperhatikan kawannya ini sedang sakit disebabkan wajahnya yang terlihat sedikit pucat.

Ia meneguk beberapa kali cairan bening itu, sedikit lega dengan tenggorokannya yang sekarang kembali segar berkat hal itu. "Thanks buat minumannya ya, Je." Jeje mengangguk, mengunyah permen karet dan membuat balon kecil dengan makanan itu.

"And, gue mau tanya sama elo. Kenapa lu akhir-akhir ini sering ke rooftop, dah? Beberapa kali juga absen pas pak Yoo ngajar di kelas sampe dicariin sama Medi tuh," Tanyanya, memperhatikan Karis yang kemudian terdiam membisu. Tak mendapatkan jawaban yang diinginkan, Jeje menyenggol lengan guna menyadarkannya dari lamunan kembali.

Ia rasa, Karis tampak berbeda dari biasanya. Setiap hari, dia pasti selalu ceria, ramah senyum, dan selalu mengungkapkan banyak hal yang ada di benak kepalanya pada kawan-kawan yang lain. Itu yang Jeje tahu dari sudut pandangnya sebagai teman satu kelas, walau tidak terlalu akrab.

Namun, belakangan ini entah mengapa anak disebelahnya semakin berubah secara perlahan. Wajah lesu seperti tak ada semangat hidup, pandangan matanya yang semakin tidak fokus, wajah sedih serta raut pasrah dan seringkali tidak masuk dengan alasan sakit atau ada suatu hal yang menghalanginya untuk masuk.

Pada catatan absen di tangan Medi saja dia sudah banyak sekali alpha, sehingga mau tak mau beberapa minggu ke depan guru bimbingan konseling akan menemuinya untuk meminta penjelasannya.

"Karis? Lu kok diem? Heh, Ris. Jangan kebanyakan ngelamun, c**. Lu kenapa?" Menepuk bahu Karis selama beberapa kali, lalu secara spontan anak itu pun mencekal tangan Jeje dengan tatapan kosong.

Jujur saja, Jeje terkejut walau hanya melihat dengan salah satu matanya. Memandang keadaan pemuda di hadapannya yang kehilangan semangat hidupnya.

"Je, gue capek. Capek sama segalanya. Gue udah nggak kuat ngadepin ini semua. Gue lebih baik mati, daripada harus hidup kayak gini." Tukasnya, melepas cengkraman tangannya pada Jeje lalu berjalan ke arah pagar besi dan memandang keadaan sekitar yang berada di bagian bawah.

Last Smile from a Sunshine | YTMCI AU - Bakwan Fight Back [Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang