Delapan

584 41 14
                                    

Tiga hari berlalu, kondisi Kaguya sudah kembali normal. Bahkan siang ini dirinya dan Naruto sedang berada di Cimahi, lebih tepatnya rumah Bibi Fuuka.
Bibi Naruto itu memberitahu mereka jika baju custom keduanya sudah selesai dijahit.

"Gimana Nar udah pas gak ukurannya." tanya Fuuka pada Naruto yang tengah berdiri di depan cermin setinggi badan. Di tubuhnya melekat sebuah kemeja motif tenun warna abu.

"Pas sih Bi."

Angguk Naruto yang malah keasikan sendiri bercermin dengan narsisnya. Kadang menyilang tangan, kadang mengangkat dagu dengan songong lalu menyimpan tangannya dalam saku celana.

"Berarti tinggal punya si Teteh." ucap Fuuka melirik sejenak pintu berdaun kayu jati dimana di dalamnya Kaguya tengah berganti baju dibantu oleh Saara.

Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka, Saara muncul lebih dulu dengan sunyum cerah menghiasi bibirnya disusul Kaguya yang berjalan pelan dengan rona pipinya yang kemerahan entah karena apa.

Naruto yang melihat itu dari bayangan cermin pun berbalik.

"Gimana Nar, cantik kan. Aku yang jahit loh." terang Saara berwajah puas sambil membusungkan dadanya yang sebenarnya sia-sia.

Namun, setelah beberapa detik berlalu laki-laki yang dimintai pendapat itu malah terdiam terpaku seribu bayangan.

Menatap dari ujung rambut hingga kaki Kaguya dengan sebegitu intens. Membuat sang empunya yang ditatap itu memalingkan wajahnya karena tak tahan.

"Ye ditanyain malah bengong!" geram Saara yang menyabet kesal paha Naruto dengan meteran pita.

"Aw Sar! kebiasaan lu ah jadi cewek bar-bar amat, pantesan jomblo mulu." gerutu Naruto sambil mengusap-usap pahanya, merasa pedas akibat sabetan sepupunya itu.

"Ngatain orang kayak kamunya enggak jomblo aja sih Nar." ucap Kaguya bernada canda.

"Tul itu Teh, percuma ada kaca segede gaban juga kalau dianya gak ngaca sama kenyataan." sahut Saara menyetujui ucapan Kaguya.

Kaguya kelepasan tertawa mendengar sepupu Naruto itu, menutup mulutnya dengan punggung tangan dia lalu melirik pada Naruto.

"Gimana Nar, cocok gak di aku." lanjut Kaguya, tersenyum kecil dan sekali berputar pelan lalu menjumput kecil dressnya.

"Cantik Teh." acung Naruto dengan dua jempol terangkat.

"Hadeh Nar Nar, itu komen kamu buat bajunya atau orangnya sih." ucap Fuuka menggeleng kepala pelan ketika menangkap kemana mata ponakan itu terfokus.

"Ya dua-duanya Bi."

"Teh awas Teh ada buaya nyasar."

Celetuk Saara yang mengundang delikan tajam dari Naruto.

Fuuka berjalan mendekati Kaguya, wanita itu lalu memperhatikan setiap jahitan dress yang dipakai Kaguya, memerikasa ulang jika ada jahitan janggal atau pun yang tidak pas.

"Gimana Teh, ukurannya udah pas belum? Nyaman gak dipakainya."

Kaguya mengangguk tersenyum puas.

"Udah pas Bi, nyaman kok. Aku juga suka potongannya."

"Alhamdulillah kalau begitu."

"Jadi Bi ongkos jahitnya semua berapa?" tanya Kaguya menatap Fuuka yang berdiri dibelakangnya lewat cermin.

"Buat kamu mah gratis." Jawab wanita itu tersenyum simpul sambil memegang pundak Kaguya.

"Loh kok gitu. Enggak ah Bi. Ini kan buatnya juga pake usaha. Masa gratis." ucap Kaguya menoleh.

Si Teteh KaguyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang