BAGIAN SATU : KEHANCURAN KAVASA.

437 36 25
                                    


Bagian satu : Kehancuran Kavasa.

Terlihat seorang gadis tengah berjalan ditretoar dengan menangis sesegukan, mengambil ponsel yang berada ditas nya. Saat melihat ponsel itu tak kunjung menyala gadis itu mendesis pelan setelahnya kembali memasukan ponsel itu kedalam tas, menatap langit yang mulai gelap tak lama tangan gadis itu mengepal ketika mengingat kilasan memori yang hinggap dikepalanya.

Kali ini ia menyesal telah menjatuhkan hatinya apalagi dengan seorang pria brengsek, Wildan Putra Maszatra. Adalah kekasih dari Kavasa, sore tadi saat ia berniat untuk memberikan kejutan pada sang kekasih karna hari ini adalah ulang tahun Wildan.

Ingin memberikan kejutan akan tetapi dirinya yang terkejut saat melihat Wildan tengah berpangkuan dengan wanita lain, disaat itu kedua tangan Kavasa yang tengah memegang bunga dan kue tart jatuh ke tanah. Mata Kavasa mengerjab mencoba untuk mencerna kejadian yang ia lihat barusan, setelahnya Kavasa mengeleng pelan lalu menatap sang kekasih dengan tatapan menuntut seolah meminta penjelasan setelah apa yang dirinya lihat.

Dengan raut wajah datar Wildan berdiri dan menghampiri Kavasa yang mulai terisak.

"Ini maksudnya apa, Wil?" tanya Kavasa dengan melirik seorang wanita yang terduduk disofa dengan wajah bingung.

Wildan membisu, pria itu menatap Kavasa dengan tatapan datarnya. Kavasa bergerak maju, memegang kedua bahu Wildan lalu mengoncangnya. "Jelasin apa maksud semua ini, Wil? Kamu selingkuh?!" teriak Kavasa didepan wajah Wildan.

Wildan menyentak kedua tangan Kavasa yang memegang bahunya, lalu mendesis pelan. "Pergi."

"Gue gak bakal pergi sebelum lo jelasin semua ini!" ujar Kavasa dengan wajah yang memerah padam.

"Pergi, Sa." Wildan kembali berucap. Namun, kali ini dengan suara lirih.

Kavasa mengeleng "Lo selingkuh dari gue? Bener? Apa kurangnya gue, Wil! Setelah semua yang kita laluin, lo tega selingkuhin gue!"

Hubungan mereka sudah terjalin 5 tahun lamanya, tentunya waktu itu bukan waktu yang singkat pasti banyak kenangan manis yang terukir selama itu.

"Maaf dan makasih buat semuanya, lo boleh marah sama gue. Tapi tolong jangan benci gue, Sa." ucap Wildan, tatapan yang tadinya dingin berubah teduh.

"Jelasin! Gue gak butuh omongan kosong lo!"

Wildan nampak menghembuskan nafasnya, "Cewek disana, itu mantan gue. Gu--

Sebelum Wildan menyelesaikan ucapannya Kavasa tertawa, tawa yang menyimpan luka dan rasa kecewa. "Jadi? Selama ini lo jadiin gue pelampiasan?" ujar Kavasa, Kavasa berharap Wildan mengeleng lalu mengenggam tangannya dengan lembut. Tapi, semua itu hanya khayalan Kavasa. Nyatanya, Wildan mengangguk walau pelan.

"Brengsek lo ya! Gue nyesel pernah ketemu cowok bajingan kayak elo!" sentak Kavasa dengan menunjuk wajah Wildan.

Wildan mencoba untuk mengenggam tangan Kavasa, tetapi gadis itu menepisnya. "Kenapa? Kenapa lo gini ke gue, Wil? Gue punya salah apa sama elo?!" tangis yang sedari tadi Kavasa tahan kini meluncur keluar, tubuh gadis itu luruh kelantai.

"Maaf." Wildan berjongkok dengan memegang kedua bahu Kavasa, sayangnya lagi lagi gadis itu menepisnya.

"Harusnya dari dulu begini, Wil. Kenapa baru sekarang? Disaat cinta gue udah habis di elo." lirih Kavasa.

"Jangan ngomong gitu, Sa."

Kepala Kavasa yang tadinya menunduk kini mendongkak, menatap pria tampan yang sayangnya bajingan yang ada dihadapannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Transmigrasi jadi istri pria butaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang