1️⃣6️⃣

3.4K 65 2
                                    

"Nyaman banget, ya, sama Rena? Muncul rasa, ya, untuk Rena? Sampe khawatir dan sigap banget gitu, lihat Rena pingsan," cibir Dena.

"Dena, saya mohon, saya capek, saya baru datang dari perjalanan jauh, jangan memancing emosi saya, bisa?"

Dena tertawa sumbang, "Udah coba, tapi gak bisa, gimana dong?"

"Kecemburuan dan kekhawatiran tak berdasar kamu kepada saya sama Rena berhasil merubah sikap kamu, Dena."

"Gimana aku gak cemburu kalau kamu bersikap sepeduli itu sama Rena, Mas? Aku cemburu, Mas ... aku cemburu lihat kamu sepeduli itu sama Rena, aku cemburu!" teriak Dena frustrasi.

Beruntung semua kamar di rumah orang tua Dena kedap suara, jika tidak, mungkin semua orang di rumah ini akan mendengar teriakan Dena dan mengetahui pertikaian mereka berdua.

"Bisa kamu pergi? Saya lagi gak minat untuk bertengkar karena saya capek, Dena. Tolong jangan egois, berhenti bersikap possessive! Tolong beri saya waktu untuk istirahat," tekan Felix.

"Kamu cinta sama Rena? Iya, kan, Mas? Kamu cinta sama Rena adik aku sendiri sehingga kamu rela gak angkat telepon aku selama di Yogyakarta karena kamu lagi sama Rena, aku bener, 'kan?"

"Berhenti mengatakan omong kosong, Dena."

"Kenapa? Kamu gak mau kasih aku penjelasan karena apa yang aku bilang bener, kan, Mas? Aku bener soal kamu yang cinta sama Rena, iya, 'kan?"

"Saya bilang berhenti mengatakan omong kosong, Dena!" bentak Felix dengan napas memburu serta tatapan tajam yang terarah pada Dena.

"Kalau saya cinta sama Rena kamu mau apa, hah? Kamu gak berhak mengatur perasaan saya sekalipun kamu adalah istri saya, ngerti kamu?"

Deg!

"Kalau saya sepeduli itu sama Rena kenapa? Salah? Saya rasa gak ada salahnya saya peduli sama Rena, gak ada salahnya saya peduli bahkan memprioritaskan orang yang saya cintai lebih dari cinta saya kepada diri saya sendiri, Dena," desis Felix membuat Dena tak dapat berkata.

"Sudah mendapatkan jawaban sesuai dengan keinginan kamu, 'kan? Biarkan saya keluar dan beristirahat, renungi kesalahan kamu!"

Dena terduduk lesu di sisi ranjang, Dena menangis pilu mengingat ini pertama kalinya mereka bertengkar hebat sehingga Felix tega membentaknya dan itu semua karena seorang wanita yang sialnya merupakan saudari kembar Dena sendiri.

Dena menyalurkan segala emosi dan sesak dalam dirinya melalui tangis nan teriakan pilu yang keluar dari pita suaranya, "Kenapa ini semua terjadi, ya Allah ... kenapa? Suami yang hamba cintai, kini mencintai adik kembar hamba sendiri. Sakit, ya Allah ... sakit ... hamba gak kuat menerima segalanya ... hamba gak kuat ..., " raung Dena memukul dada kirinya berulang berharap sesak itu hilang.

Lama meraung pilu, Dena bangkit dari duduknya lalu, Dena keluar kamar untuk menghampiri Rena yang Dena rasa sudah sadar dari pingsannya. Rena sempat pingsan ketika mereka baru saja sampai dari perjalanan jauh, Felix yang berada di samping Rena dengan sigap membawa Rena ke dalam kamarnya dan mengoleskan minyak kayu putih di kening, hidung, kedua tangan dan kaki Rena tanpa peduli sekitar.

Dengan lesu Dena melangkahkan kaki jenjangnya menuju kamar adik kembarnya, tetapi langkah Dena terhenti seketika kala pendengarannya mendengar hal menyakitkan, bahkan lebih menyakitkan dari pernyataan Felix beberapa saat lalu.

"Rena udah periksa."

"Lalu? Apa yang dokter katakan?"

"Rena gak periksa ke dokter, Bunda, Rena memastikannya sendiri."

"Maksud kamu ... kamu sedang .... "

"Iya, Bun, Rena hamil. Perbuatan Kak Felix malam itu ... menghadirkan nyawa baru."

Sincerity of Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang