Bab.13 : Perlahan-lahan Menjadi Lebih Baik.

682 93 63
                                    

Bab.13 || Perlahan-lahan Menjadi Lebih Baik.

________

Bunyi dentuman vibrasi musik dari Disc Jockey yang menggema hingga sudut-sudut Club membuat bising disana menenggelamkan suara lain. Lampu-lampu warna-warni yang berpendar di keremangan serta aroma alkohol yang menusuk penciuman menjadi hal biasa dalam hidup Jimin.

Jimin ialah manusia yang penuh lumpur akan dosa. Tiap-tiap langkah yang ia rajut seolah meninggalkan jejak-jejak kemurkaan Tuhan atas jalan yang ia ambil. Jadi, bagi Jimin wajar saja semesta tak jarang menghadiahinya kesakitan-kesakitan yang membuat jiwanya porak-poranda. Sebab, Jiminlah yang lebih dulu mengundang murka Tuhan.

Yah, kira-kira begitulah isi pikiran Jimin selama ini. Jimin yang tidak pantas mengecap bahagia. Jimin yang tidak diperkenankan untuk bermimpi atau sekedar berangan-angan karena tubuhnya yang telah kotor serta jiwanya yang telah rusak perlahan-lahan.

"Jadi ... kau ingin mengakhiri kontrak ini?"

Jimin tatap sosok wanita dewasa  berpakaian seksi yang tengah terduduk menyandar pada single sofa sembari menghisap cerutu miliknya. Aroma dari asap tembakau yang terbakar kian memenuhi ruang pribadi mereka tersebut.

"Ya, aku akan berhenti mulai hari ini," ucap Jimin lantang tanpa ragu. "Maaf karena telah melanggar kontrak awal kita. Tapi, aku berjanji akan mengganti kerugiannya. Asal kau memberiku keringanan untuk mencicilnya."

Wanita tigapuluh tahun yang tengah menikmati cerutunya itu balas menatap Jimin dengan alis bertaut. "Well, berikan alasan yang logis untuk mengakhiri kontrak kita, tuan Ryu yang terhormat."

Jimin menghela napas sejenak guna mengusir gusar. Pemuda bersurai pekat itu beranikan diri untuk mendongak menatap Cha Soonyi, wanita yang selama ini mendanai biaya pengobatan adiknya dengan bayaran tubuhnya.

"Aku sadar apa yang kulakukan selama ini bukanlah jalan yang kuinginkan. Banyak hal yang terjadi karena pekerjaan yang ku ambil. Adikku selalu menentang pekerjaanku, tapi aku selalu mengabaikan permintaannya. Kupikir, hanya dengan pekerjaan inilah aku bisa membuat adikku tetap hidup," pungkasnya dengan tatap menerawang kala ingatannya terlempar pada kilas balik hancurnya hubungan persaudaraan antara ia dan Jungkook karena pekerjaan yang ia jalani.

"Tapi ... dia justru semakin jauh dariku. Saat tubuhku telah rusak karena pekerjaan ini, adikku juga ikut merusak tubuhnya. Dia selalu membuang obat-obatan yang kubeli dengan uang dari pekerjaan ini. Dia selalu dikucilkan teman-teman sekolahnya karena rumor tentang pekerjaanku."

Jimin ingat bagaimana adiknya direndahkan ditempatnya menimba ilmu karena rumor tentang pekerjaannya yang menyebar di sekolah. Sudut hati Jimin tercubit kala membayangkan seberapa berat perundungan yang Jungkook dapatkan di sekolah karena dirinya.

"Aku sadar betapa egoisnya aku setelah melihat bagaimana kehidupan sekolah adikku. Banyak hal yang tidak kuketahui tentangnya. Sebagai seorang kakak, aku benar-benar gagal memberi kehidupan terbaik untuk adikku."

Sepasang sabit kembar Jimin yang berkaca-kaca menahan sesak itu menunduk menatap kedua tangannya yang saling meremat dipangkuannya.

"Karena itu, mulai sekarang aku hanya ingin berusaha semampuku. Aku tidak peduli jika tubuhku akan merasa lebih letih lagi nantinya, asal aku bisa membiayai pengobatan adikku dengan cara yang benar," kata Jimin tanpa ada ragu yang terselip dalam getar kalimatnya.

Pemuda duapuluh tahun itu mendongak menatap Soonyi yang masih terlihat tenang sembari menghisap cerutunya dan mengepulkan asap dari bilah bibirnya yang berwarna merah pekat.

"Aku akan memutus kontrak kita mulai hari ini. Dan aku juga akan berhenti menjadi bartender di klub malam. Aku akan berusaha mencari pekerjaan yang lebih baik setelah ini."

SEMICOLON [ Hujan&Januari Series ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang