𝐂𝐇𝐈𝐋𝐃𝐑𝐄𝐍
Dengan terharu kamu memegang dada mu, tepat diatas jantung yang berdetak dengan irama menenangkan. Sorot matamu memandang dengan sayu dan sorak-sorai memenuhi indera pendengaranmu.
"Siapa sangka anak kita sudah sebesar ini?"
Ada rasa nostalgia dalam kalimatmu, menyaksikan laki-laki yang berdiri berdampingan dengan wanita di sebelahnya. Tangan mereka menyatu dan senyum terlukis pada wajahnya.
Sebuah rengkuhan datang dari sebelahmu, mengelus pundakmu yang membawakan rasa hangat di dalam hatimu. "Kita berhasil mendidiknya." ucap suamimu ketika melihat duplikat dirinya berdiri di depan pendeta agung.
Kamu menyaksikan anakmu, [childname]. Berdiri tegak dengan wajah serius di depan pendeta, walaupun begitu masih terlihat gurat senyum bila di pandang dengan jelas.
Dia mengucapkan sumpah janji setia, yang hanya bisa dilakukan ketika sudah memiliki pasangan dan hendak melanjutkan hidupnya dengan mereka.
Pernikahan.
Sebuah kata dan perayaan yang disaksikan olehmu. "Anak kita begitu bahagia, aku berdoa semoga sampai di akhir hayat nanti mereka akan selalu bersama." ucapmu.
Tepuk tangan yang meriah datang dari sekitar kalian ketika pengantin menutup janji mereka dengan sebuah ciuman. Kamu dan suamimu, Satoru, ikut bertepuk tangan dan menghembuskan nafas bahagia.
Senyum terpanjang jelas di wajahmu baik dari awal hingga akhir acara. Dan ketika MC memanggil keduanya untuk sesi foto, tak kuasa menahan rasa bahagia kamu langsung menghampiri anakmu.
"Akhirnya menikah juga, Mama kira kamu bakal ngegantungin Kana sampai akhir hayat."
Gurat kesal terbentuk di wajah anakmu. Dia menipiskan bibirnya sebelum tersenyum dengan kedutan di sisi bibirnya, "Aku kira diucapkan selamat, jangan merusak hari bahagiaku dong Ma."
"Yaaa, maaf. Tapi yang terpenting akhirnya Mama dapat menantu seimut Kana." Kamu terkikik semangat dan memeluk wanita yang sudah berstatus istri anakmu.
Tanganmu menepuk-nepuk kepala milik Kana yang wajahnya sudah merona. Walau sudah beberapa tahun mengenalnya, ternyata sifat pemalu milik istri anakmu gak pernah berubah sedikitpun.
"Kalo bisa empat ya."
Kamu merasakan rasa bingung pada wanita yang kamu peluk sehingga kamu memilih untuk melepaskan pelukan tersebut. Senyum kamu panjang dengan semangat dan tanganmu terangkat untuk membuat jempol.
".. empat?"
"Hihihi, iya empat!! Maksud Mama itu nanti kalian punya empat anak yaa!!"
Wajah Kana merona malu seperti kepiting rebus, tak terpungkiri wajah suaminya juga memerah. Anakmu segera menarik Kana menjauh dari dirimu.
"Ma! Jangan mengatakan aneh-aneh ke istriku!"
"Aneh gimana sih? Mama kan mau punya cucu banyak, jadi Mama bilang dong."
"Gak gitu Maa!! Mama sendiri kok gak bikin anak lagi aja deh, daripada minta ke kita??"
"Mama udah umur 41 kali, masa nanti anak mama umur 10 tahun tapi wajah Mama udah keriput??"
"51 gak setuaa ituu Maaa!!"
Tawa datang dari sebelah tempatmu berdiri dan sekali lagi kamu merasakan rengkuhan dari seseorang. "Boleh juga tuh idenya, mau berapa nih? dua? atau empat juga?"
"Jangan gila deh kamu, Ru." Kamu menabok kepalanya dengan pelan, merasa aneh dengan idenya itu.
Kalian berempat tertawa dan bunyi jepretan terdengar dari sebrang sana. Mungkin sebagai kenangan foto pernikahan mereka bukanlah foto yang formal, namun foto dimana ketika melihat akan langsung kembali mengingat momen bahagia ini.
Anakmu menghela napas dengan lelah, "Lagian buat apa deh sampai request anak empat?"
"Biar nanti bisa olahraga bareng, kayak main volly atau bulu tangkis tuh."
"MAMA JANGANN GILAA DEHH MAA!!!"
"Lah, tapi kan bener."
"Gak gitu juga, sayang."
𝙏𝙝𝙚 𝙀𝙣𝙙 '📜.°
𝚝𝚑𝚊𝚗𝚔𝚜 𝚏𝚘𝚛 𝚛𝚎𝚊𝚍𝚒𝚗𝚐 𝚝𝚑𝚒𝚜 𝚋𝚘𝚘𝚔 '✨.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐇𝐈𝐋𝐃𝐑𝐄𝐍: 呪術廻戦,ㅤG. Satoru. ✓
Contoend! 𝒇𝒓𝒐𝒎 𝒃𝒆𝒈𝒊𝒏𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒕𝒐 𝒆𝒏𝒅 𝒕𝒉𝒆 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒚 𝒐𝒇 𝒐𝒖𝒓 𝒃𝒂𝒃𝒚 呪術廻戦, whatever he wants, we will try to realizing our baby's wish satu-satunya harta kami tidak bisa dibandingkan oleh apapun melihatnya berkembang langsung memekar...