Prolog🔞

3.2K 235 8
                                    

Nadia menelan salivanya sembari membawa kertas berisikan berita kehamilannya, wanita itu hendak pergi ke ruangan kerja suaminya yang begitu ia cintai karena mereka telah menantikan seorang anak selama tujuh tahun lamanya.

Mendengar berita ini langsung dari sang dokter di rumah sakit membuat Nadia sangat bersemangat masuk ke dalam rumahnya yang besar itu dan tanpa berniat mengetuknya, wanita itu langsung memasuki ruangan kerja sang suami.

"Ah! Mngshah! Pak!"

"Ahmngsh..Mngshamngh!"

Betapa terkejutnya Nadia ketika melihat pemandangan di hadapannya saat ini, bagaimana bisa Damian suaminya yang ia percayai selama ini melakukan hal yang paling ia benci yaitu berselingkuh darinya.

Dan dengan berani Damian membawa wanita seingkuhannya ke rumah mereka, yang Nadia tempati bersama Damian bertahun-tahun.

Damian yang berada di atas menoleh ketika mendengar isak tangis sang istri, begitu juga dengan selingkuhan pria itu yang tak lain adalah sekretaris dari suaminya.

Selama ini Nadia sangat percaya dengan Asya, sekretaris suaminya yang memang rajin berada di rumah mereka. "Aahh haaaaahh!" Nadia terisak dengan tangisan yang tak dapat ia bendung lagi.

"Nadia, tunggu! Aku mencintaimu!" ujar Damian seraya kembali mengenakan celana pendeknya sedangkan Asya menutupi tubuh telanjangnya dengan kemeja Damian.

Jantung Nadia seperti tertusuk besi panas.

Dua orang yang ia percaya selama ini menghianatinya. "Cinta, kamu bahkan selalu mengatakannya setiap hari kepadaku. Karena itu, jangan pernah katakan kata itu lagi padaku!" ujar Nadia sembari mengelus perutnya.

Nadia keluar dari rumah tersebut, setidaknya ia harus berdamai dengan dirinya sendiri dahulu baru memikirkan yang lainnya.

Hujan turun begitu deras, sedangkan Nadia tak gentar menerjang badai sendirian hanya untuk menjauh dari rumahnya yang sebelumnya adalah tempat berlindung untuknya kini terasa seperti neraka.

Tanpa sadar Nadia telah meremas surat pernyataan kehamilannya begitu kencang, dengan cepat wanita itu masuk ke dalam taksi dan kembali membuka kertas tersebut sembari menangisi keadaannya saat ini.

Tak pernah terpikir olehnya bahkan terbesit dirinya akan mendapatkan perselingkuhan sang suami, karena Nadia sangat mempercayai Damian.

Nadia mencoba untuk menghampus air matanya dengan tangan yang masih terasa basah karena air hujan sebelumnya.

Rambut basah dan mata yang memerah dan terasa panas karena terus menangis membuat sang supir bertanya tentang tujuan Nadia mau di bawa kemana. "Huh, aku tidak bisa menggunakan kartu darinya untuk memesan hotel. Dia bisa melacaknya dan menemukanku dimana saja," ujar Nadia seraya berpikir keras.

Nadia membuka dompetnya dan masih menyisakan beberapa uang cash yang masih bisa ia gunakan. "Turunkan saya di hotel yang sedikit lebih jauh dari daerah ini," ujar Nadia pada supir taksi tersebut.

Nadia mengelus perutnya sendiri. "Aku tidak bisa membiarkan diriku sakit, karena sekarang sudah ada anak ini," ucap Nadia yang masih terisak pelan.

Nadia menatap jalanan di malam ini yang begitu indah, wanita itu malah semakin menangis kejar karena tahu bahwa hidupnya tidak akan secemerlang lampu-lampu pemandangan di kota ini lagi.

Nadia bukannya mau egois, tapi ia tahu bahwa perselingkuhan adalah sebuah penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

Sekitar setengah jam Nadia turun dari taksi dan memesan satu kamar hotel.

Setelah mendapatkan kartu akses wanita itu masuk ke dalam lift, saat sedang menatap dirinya yang terlihat menyedihkan di pantulan badan lift wanita itu menyadari bahwa dirinya belum makan malam setelah melihat tulisan restaurant disana.

Nadia turun di lantai enam tepat di restaurant hotel tersebut, wanita itu dengan kaos pendek yang dilapisi kardigan rajut putih lembab karena hujan mulai mencari tempat duduk disana.

Nadia duduk sendirian di sebuah meja yang seharusnya di duduki dua orang.

Seorang pelayan membawakan buku menu dan memberikannya kepada Nadia. Sejujurnya, Nadia benar benar tidak napsu untuk memakan apapun saat ini tapi bayinya mungkin yang membutuhkannya.

Saat Nadia membuka buku menu tersebut, ia melihat beberapa makanan dengan harga yang terasa mahal karena keadaannya saat ini sangat tidak memungkinkan untuk menghamburkan uang.

Pelayan yang sebelumnya pergi kembali membawakan air putih hangat untuk Nadia, namun sayangnya pelayan tersebut tersandung hingga air tersebut jatuh membasahi rok putih yang sedang dikenakan Nadia.

"Ah saya minta maaf bu," ujar pelayan tersebut begitu panik, begitu juga dengan Nadia yang langsung berdiri.

Belum sempat ia mengatakan apapun, seorang dari sebrang berteriak dengan lantang hingga membuat Nadia menoleh tepat ke depan sana.

"Sayang!" ujar seorang pria tampan dengan setelan jas serba putih, begitu lantang kepada Nadia.

Nadia yang tak percaya itu bahkan mengenali pria di hadapannya pun langsung menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar.

"Astaga, apa Ibu adalah tunangan rahasia Pak Ceo!?" tanya pelayan wanita itu dengan wajah yang nampaknya semakin panik.


Note:
Tidak dibukukan! #ceritapendek

Tunangan Rahasia Sang CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang