Rena mengangkat kepalanya terkejut melihat keberadaan Bima yang kini berdiri di hadapannya dengan mata merah dan berkaca siap menumpahkan cairan bening. "Ayah ... m ... maafin Rena, Yah ... Rena ... cuma gak mau ... pernikahan kak Dena dan kak Felix semakin hancur karena hal ini terungkap ... maafin Rena, Ayah ... maafin Rena ..., " sesal Rena membuat Bima tak kuasa menahan gejolak emosi dalam diri dan berakhir memeluk putrinya.
"Berapa usianya?"
"Tujuh mungkin, Rena gak tau juga, Ayah."
"Kamu gak periksa?"
"Udah, sejak pulang dari Yogyakarta diam-diam Rena periksa setiap bulannya pas pulang kantor."
Bima tersenyum mendengarnya, lihatlah betapa rapinya Rena dalam menyembunyikan hal sebesar ini selama tujuh bulan lebih! Dari dia yang tinggal seatap dengan Rena pun bisa tidak menyadari kehamilan Rena, pasti di kantor pun demikian. Entah menurun dari siapa sikap pandai bersembunyi putrinya ini, yang pasti bukan dari dia ataupun sang istri.
"Ayah, berhubung Ayah udah tau kehamilan Rena ... Rena mau minta sesuatu sama Ayah, apa boleh?"
"Apa? Apa pun yang Rena minta, jika Ayah bisa mengabulkan, Ayah akan kabulkan."
"Apa pun?"
"Iya, apa pun keinginan putri Ayah yang hebat ini!"
"Aku mau kita semua pindah dari rumah ini ke rumah yang udah Rena beli jauh-jauh hari sebelum perjalanan Rena ke Yogyakarta, mau, ya?"
"Terus rumah ini?"
"Rena gak mau ngejual atau bahkan ngehancurin rumah ini, cuma kita jadikan tempat berkumpul pas ada acara atau hari raya ditempati."
"Apa alasan kamu minta pindah, heum?"
"Setelah kejadian yang melibatkan Rena sama Kak Felix malam itu, Rena udah kepikiran kalau pada akhirnya ... Rena akan hamil, bunda pun memikirkan hal serupa sehingga Rena menyiapkan segalanya mulai dari rumah, pakaian size jumbo, sampai keperluan kita di rumah baru itu tanpa sepengetahuan ayah dan bunda."
"Rena memang sudah mengatakan rencana itu sama bunda, tapi Rena gak bilang kalau Rena udah siapin semuanya sehingga kita tinggal menempati saja tanpa memikirkan kebutuhan yang diperlukan nantinya."
Senyum pedih terbit disertai tatapan kecewa Bima, pria itu meminta Rena menjelaskan bagaimana kronologi kejadian antara Felix dan Rena, wanita berbadan dua tersebut dengan jujur mengatakan segalanya tanpa ada yang ditutupi ataupun ditambahi.
Setelah mendengar penjelasan Rena, Bima merasa gagal menjadi seorang ayah. Dia kecewa, dia marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga sang putri dengan baik, kata maaflah yang bisa Bima lontarkan dengan berulang pada putri bungsunya.
***
"Rena, ayo ke rumah sakit! Kita harus bergegas ke sana sekarang juga, Rena!""Ada apa, Bunda? Kenapa Bunda kelihatan panik gitu?"
"Kakakmu, Ren ... Dena ... di ... dia ... dia kecelakaan, Rena!"
Deg!
"Ap ... apa? Yaudah, kita ke sana sekarang, Bunda yang tenang, ya ... jangan panik ... Rena juga ikutan panik, Bunda ... tenang, ya ... semua akan baik-baik aja, percaya sama Allah, Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity of Love (END)
Roman d'amourBagaimana rasanya kala orang yang kita cintai datang melamar saudari kita sendiri? Sakit? Tentu! Itulah yang dirasakan Renata Samira, perempuan karir yang harus menerima kenyataan bahwa orang yang dicintai datang melamar Denata Samira-kakak kembarny...