"RONYYY"Rony menoleh ke arah suara tersebut, ia menajamkan pendengarannya, "RONY" pekikan itu semakin jelas, Rony segera berlari menuju kamar orang tuanya secepat mungkin, ia mendengar ayahnya berteriak memanggil namanya, "RONY RIVA" teriak Ayahnya lagi. Riva yang merasa namanya ikut dipanggil pun segera keluar dari kamarnya, suara pekikan ayahnya yang terdengar sangat panik, membuat Riva ikut merasa cemas dan panik, Riva menuruni tangga dengan cepat perasaannya tidak karuan.
Rony dan Riva memasuki kamar orang tuanya dengan nafas tersengal-sengal, dan wajah yang terlihat sangat panik.
"Ayah, kenapa?" tanya Rony cepat, raut wajah khawatir terlihat di wajah Rony
"Cepat kau siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang!" perintah ayahnya, ayah Rony sedang melonggarkan pakaian yang dipakai istrinya agar sesak nafasnya berkurang.
Rony langsung bergegas turun secepat mungkin, ia mengambil kunci mobil lalu mengeluarkan mobilnya dari garasi.
Sedangkan Riva mencoba memberi pertolongan pertama untuk ibunya yang sedang terkena serangan jantung, ia mencoba untuk tidak panik dan cemas. Ia melihat degupan ibunya yang berdetak sangat kencang dengan nafas yang tidak beraturan.
"Bu, ibu tarik nafas yaa..."Riva memberi intruksi agar ibunya sedikit tenang, ibunya mencoba mengikuti walaupun sedikit kesusahan, nafasnya masih tersengal-sengal, "buang..." ibunya perlahan mengikuti instruksi Riva, namun beberapa saat, ibunya kembali merasa sesak.
Rony sudah menyiapkan mobilnya, ia segera masuk membantu ayahnya untuk membawa sang ibu ke dalam mobil.
"Yah, mobilnya udah siap, biar aku aja yang gendong ibu, ayah bawain beberapa keperluan aja," titah Rony, ia tidak mungkin menyuruh ayahnya menggendong sang ibu, meskipun ayahnya terlihat sehat, tetap saja pasti tulangnya sudah tidak terlalu kuat untuk menopang badan sang ibu.
Riva pun segera mengambil ponselnya, lalu bergegas membantu Rony membukakan pintu mobil, ia duduk di belakang bersama ibunya, tangan Riva tak henti-hentinya menggosokkan ke kedua telapak tangan ibunya, memberi kehangatan di tangan ibunya yang dingin dan juga terus mencoba memberi instruksi.
Ayah Rony mengunci pintu rumahnya, ia menaruh beberapa barang bawaannya ke bagasi mobil. Kemudian masuk dan duduk di samping kursi kemudi.
Rony segera menginjak pedal gasnya, syukurnya jalan malam ini tidak macet. Membuat mereka lebih cepat sampai ke rumah sakit.
"pak tolong pak, tolongin ibu saya pak!" Seru Rony dengan cemas meminta tolong ke pada salah satu petugas rumah sakit.
"Iya pak, cepat tolong istri saya." Pinta ayah Rony dengan raut cemas yang terlihat diwajahnya
Petugas itu mengangguk, lalu berlari meminta pertolongan petugas yang lain, para petugas akhirnya datang dan segera mengangkat ibu Rony dan merebahkannya ke atas brankar, dengan cepat mereka mendorongnya menuju ruang UGD agar mendapat penanganan lebih lanjut.
"mohon maaf, harap tunggu di luar." Perintah dokter, mendorong badan Rony kemudian menutup pintu.
"Nak, kamu jaga ibu dulu, ayah mau pergi ngurus administrasinya." Ujar ayahnya, Rony mengangguk kemudian berjalan lunglai menghampiri Riva yang sedang duduk di kursi.
"duduk bang, kita berdoa aja supaya ibu cepat sembuh." Ucap Riva lalu menarik tangan Rony, membawa agar duduk di sebelahnya.
Rony dan Riva akhirnya berdoa, tetapi sepertinya perasaan Rony masih diliputi rasa gelisah, ia ingin mencari tempat yang nyaman dan tenang untuknya berdoa, entah kenapa ia ingin berdoa di tempat ibadah, ya... sebenarnya berdoa bisa dilakukan dimana saja, tapi entah mengapa hatinya ingin berdoa di tempat ibadah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih di Hati
FanfictionCinta itu harus diperjuangkan. Meski sekalipun terlihat sangat mustahil untuk bersama. Namun, sebuah perjuangan tidak akan berakhir sia-sia.