08; Kita Beda!

212 20 2
                                    

"Kadang kasihan, kadang juga bikin dendam. Tapi, Diam-diam kok peduli? Musuhan atau TPM?"

   Rhuto tidak berucap saat Mak Zuhri yang mengatakan jujur pada Juna jika Pak Yeri mencari dirinya. Padahal Rhuto sudah berbohong pada Pak Yeri jika tidak ada Juna di dalam rumahnya, tapi sial waktu tak memberinya peluang bagus. Mak Zuhri tersenyum sembari menutup pintu, kemudian kedua mata Mak Zuhri menatap sengit pada anaknya  menarik lengan anaknya hingga menyeret duduk ke sofa.

  "Bujang, kamu apa-apaan bilang kalau Juna nggak di rumah kita? Nanti dikira Pak Yeri kita ini suka ngibul loh," ujar Mak Zuhri memelankan suaranya.

"Maksud Bujang baik kok Mak, kayaknya Juna sama bapaknya enggak beres," jawab Rhuto.

Mak Zuhri berdecak dengan jidat lipat tiga. "Sok tahu kamu, Bujang! Udah, itu kan urusan keluarga mereka," ucap Mak Zuhri dengan menepis prasangka buruk yang memungkinkan rasa ingin tahunnya lalu memata-matai bersama Surti kawan sejawatnya.

  "Mak nggak curiga sama luka di pelipis Juna tadi?" Tanya Rhuto memancing jiwa Detektif nyasar Mak Zuhri.

  Dahulu semasa hidup suaminya, Mak Zuhri aktif sebagai ketua gosip nan bukti yang akurat, dahulu hobinya mengendap-endap di pekarangan rumah orang demi dapat bukti baru, terutama ketika si penghuni rumah yang tidak keluar selama dua hari, Mak Zuhri dan Bu Surti melakukan aksi Detektif, hingga berujung gemetar berurusan dengan Polisi sungguhan.

Mak Zuhri mengebrak meja. "Alasannya klise,  Mak juga nggak yakin lukanya cuman kejedot pintu," ujarnya dengan mantap.

Rhuto pun diam membenarkan apa yang dikatakan Mak Zuhri. Apa jangan-jangan Juna itu korban KDRT ya, Mak?" Tanya Rhuto dengan kata yang terpampang peduli.

"Jangan ke situ dulu, Mak mau kabarin ibu-ibu sejawat dulu.  Pokoknya jangan dulu kamu ikutan, biar Mak sama Bu Surti yang duluan cari informasi, akhirnya hobi dulu jadi ngertak Emak lagi! Hahaha!"

  Rhuto terdiam heran melihat tingkah dan ekspresi Mak Zuhri, Mak Zuhri lekas menarik anaknya untuk makan siang kemudian melakukan ritual mengambil kerudung simple. Tanpa permisi pada Rhuto Mak Zuhri sudah keluar dari area halaman dan melangkah tegas menuju rumah Bu Surti, yang mana saat itu sedang memangkas rumput setinggi mata kaki di halaman rumahnya. Rhuto memperhatikan Mak Zuhri yang salaman sopan kepada Bu Surti, dalam hati Rhuto berbisik. Mungkin Mak akan berbahagia dalam melanjutkan hobinya itu.

  Dahulu mendiang Pak Bahkri pernah bercerita jika Mak Zuhri pernah ikut komunitas Detektif remaja, dahulu Mak Zuhri sempat kuliah di jurusan Hukum. Sejak SMA, Mak Zuhri sudah lihai menagani kasus sepele di lingkungan sekolah, dimulai dari gosip miring perselingkuhan suami Bu kantin dengan siswa, kemudian acara sesuruduk kelamin di toilet siswa. Sayangnya, kuliah Mak Zuhri terhenti setelah ayahnya di PHK dari perusahaan, dan malangnya Mak Zuhri terpaksa putus kuliah hingga memilih ikut kursus menjahit bersama Ibu RT.

  Mak Zuhri sudah yatim sejak lahir, dimana ibunya meninggal paska lahiran lantaran darah rendah dan lemah jantung. Karena waktu itu ilmu kedokteran belum mempuni dan canggih seperti zaman sekarang, lahiran dilakukan secara tradisional. Mengejan dan benar-benar memperjuangkan nyawa, dan pada saat lahiran Rhuto, Mak Zuhri memilih untuk operasi mengikuti saran dari Pak Bahkri.

  Rhuto kagum pada Mak Zuhri, meski harus putus dan merelakan cita-citanya itu, Mak Zuhri juga membantu perekonomian keluarganya. Itulah kenapa Mak Zuhri tegar dan sabar saat Pak Bahkri dinyatakan meninggal pada kecelakaan lalu lintas perjalanan dinas, karena Mak Zuhri sudah terlatih mandiri sejak ia kecil. Memperjuangkan sendiri apa yang dia inginkan dengan hasil kerjanya sendiri, tidak asal meminta dan menagih pada orang tuanya dahulu.

  Dan, Rhuto tahu bahwa Mak Zuhri juga melakukan hal yang sama padanya semenjak Pak Bahkri meninggal. Rhuto harus bisa mengelola keuangan demi menghendaki sesuatu, ia juga tidak mungkin meminta pada Mak Zuhri. Rhuto selalu puas dengan apa yang ditanamkan Mak Zuhri padanya, Mak Zuhri benar  dan Rhuto masih mengiangkan nasihat Mak Zuhri setelah tiga hari kepergian Pak Bahkri.

  'Mak menanam benih sampai tumbuh jadi pokok, dari benih Mak belajar kalau apa-apa perlu usaha, Bujang. Kamu lihat tuh, Anak-anak desa di kampung Emak. Mereka mau sekolah, mau jajan, mau punya pakain baru, mau apa aja pasti mereka capai. Karena apa Bujang? Karena mereka berusaha sendiri, Mak enggak menyamakan Bujang, tapi Mak mau Bujang kayak mereka, belajar berusaha, ikhtiar.'

  'Suatu saat kalau Mak udah nyusul Ayah kamu, kalau kamu kebiasaan serba meminta, kamu bakal minta sama siapa? Bujang, kita nggak tahu sampai mana kita bertahan hidup, Mak harap Bujang pikirkan baik-baik, Ayah udah enggak ada, yang kamu pandang sekarang cuman Mak.'

  Dari nasihat malam itulah Rhuto merasa bahwa selama Pak Bahkri hidup ia kebanyakan meminta, menyakiti Mak Zuhri, tidak patuh, sering membentak. Rhuto sadar bahwa banyak dosa pada Mak Zuhri—setelah kesadaran akan dosa dan hanya satu orang yang penting dimilikinya, Rhuto akhirnya mencoba merubah diri meski sering gagal dan sulit, beruntungnya Mia anak dari Bu Surti mendukung dan sering menasihatinya tatkala keduanya bertemu tak sengaja. Rhuto membuang napas lega saat diperhatikannya Mak Zuhri tertawa lepas bersama teman sejawatnya, Rhuto masuk ke dalam rumah—dibiarkannya Mak Zuhri bersenda gurau dengan teman lama itu.

  Rhuto memilih merebahkan diri di sofa, ia sesekali melirik ke arah rumah sebelah, pikirannya tiba-tiba tertuju pada Juna. Kira-kira apa yang terjadi setelah Pak Yeri menjemput Juna dengan kasar demikian? Rhuto yang tak tenang pun berjalan ke arah jendela, matanya menatap ke arah jendela kamar Juna. Cukup lama Rhuto melakukan hal demikian, sayangnya ia tidak mendaptkan apa-apa. Rhuto tak yakin jika hubungan Pak Yeri dengan Juna terbilang akrab dan saling terbuka, digaris bawahi perkataan Pak Yeri tadi cukup membuka rasa curiga.

'Jangan ikut campur Bujang, ini masalah Saya dan Juna.'

  Dalam artian yang spesifik, Rhuto yakin bahwa ada masalah serius dari keluarga tersebut. Memang tidak ada kewajiban bagi Rhuto untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi ia harus waspada agar insiden tiga tahun lalu tidak terjadi untuk kali kedua. Rhuto menatap jendela kamar Juna yang tak rapat, kedua bola matanya kemudian menari mengikuti sekelebat bayangan dari korden yang tipis—Pak Yeri, Rhuto yakin Pak Yeri sedang berdiri di depan pintu kamar Juna.

  Suara keributan memang tidak terdengar, namun sekelebat bayangan yang tak lazim mengotori mata Rhuto. Rasanya darah berdesir lantaran emosi, entah sudah berapa kali Juna menerima hal tersebut, Rhuto melayangkan tinju pada dinding—ia memang tak kunjung dekat atau pun terbilang berteman dengan Juna, tapi melihat hal ini ia juga tak mungkin bisa diam sebagai penonton. Rhuto tidak mungkin diam, tidak akan.

   Mau bagaimana pun, KDRT tetap dinilai kejahatan. Rhuto hanya tahu bahwa apa yang dilakukan Pak Yeri sungguh keterlaluan, bayangan tubuh kurus yang diyakini Rhuto adalah Juna, bayangan kurus itu seperti lari dari kamarnya. Rhuto menjauh dari jendela, ia melangkah menuju dapur, dibukanya pintu belakang tepat kebun seadanya milik Mak Zuhri, Rhuto beraksi.

"Anak banci, anak pelacur!"

—————

 

HELLO JUNA! | HARUKYU REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang