05

435 34 0
                                    

Pintu terbanting keras.

"Apa-apaan ini?"

"Apa-apaan ini?"

Pertama, Minho membuka pintu kamar dengan bantingan keras. Kedua, Jisung yang marah karena diseret kerahnya.

"Lihat siapa yang kamu undang, Felix" gumam Chan sambil mencondongkan dagu Felix untuk melihat tamu yang datang.

Felix kaget melihat Minho bersandar di kusen pintu. Rambut kakaknya jatuh menutupi kacamata yang dipakai. Di balik kacamata itu, ada sorot mata tajam yang menatap posisi Felix saat ini.

Jisung membetulkan kerah jumpernya yang berantakan. Headphone yang dipakainya geser ke kanan, membuat rambutnya berantakan.

Begitu melihat Felix duduk di pangkuan ayah, tanpa celana, nyaris telanjang, Jisung menyeringai semangat.

"Apa-apaan ini? Adik, kamu dihukum?"

Minho masuk dengan tenang dan berhenti di belakang Felix. Tanpa aba-aba, tangannya meremas pantat Felix yang terekspos.

"Aku mempersiapkanmu buat nanti setelah selesai dengan makalah. Sekarang kenapa pak tua ini mencuri karya seniku"

Chan terdiam. Sudah berapa lama sejak anak-anaknya berbagi ranjang sampai bisa membicarakan topik ini begitu santai? Tak ada yang terkejut melihat ayah mereka membenamkan jarinya di pantat si bungsu, malah Jisung terlihat antusias.

"Felix, kamu sering melakukannya dengan Minho?"

Jisung merasa diremehkan, "Hei! Aku yang pertama buat Felix! Aku juga melatihnya pandai ciuman seperti ini!"

"Felix..." -Aku tidak tahu kamu pelacur kecil ayah. Tentu saja Chan tidak bisa berkata seperti itu. Setidaknya untuk sekarang.

"Aku hanya membantu! Lagipula, Hyung dan Sungie yang gak pernah puas!"

"Ups. Ya. Baiklah. Kamu anak baik yang sangat menyayangi kakak-kakakmu" Chan menenangkan Felix dengan memeluknya karena Felix hendak meninggalkan pangkuan Chan untuk meninju sang kakak.

"Benar. Adik yang sangat perhatian." Minho mengacak-acak rambut Felix dari belakang.

"Lagipula, mana bisa aku menolak mata anak kucing kaya gitu?" Jisung terkekeh dan mencubit pipi Felix.

Selama ini, dia menerima sentuhan Minho ketika kakaknya kelelahan belajar. Felix biarkan kembarannya mencium lima belas kali sehari. Felix biarkan ayahnya memeluk dan memberinya kasih sayang.

Sekarang, merasakan begitu banyak perhatian di saat yang sama seperti ini, Felix ingin menangis.

"Yah, karena Felix gak sabaran nunggu, aku akan lakukan cepat saja." Minho menyisir rambut yang menutupi kacamatanya. Matanya yang lelah terfokus pada Felix, "Kamu. Pijat penis kakak, ya?"

Chan mengangkat tubuh Felix, "Lakukanlah dulu dengan kakakmu. Aku akan menunggu di sini."

Felix hendak protes. Dia sudah sejauh ini bersiap untuk melakukannya dengan ayah. Bisa gila jika Chan tidak masuk ke dalam lubangnya sekarang.

Chan menggeleng dan membelai tubuh Felix, "Ssst biar Jisung mempersiapkanmu. Aku tidak ingin kamu terluka."

Minho bersandar dalam posisi duduk. Menatap Felix yang berlutut di antara selangkangannya. Dalam posisi ini, Minho hanya bisa melihat rambut pirang sang adik. Minho memainkan rambut Felix yang sangat lembut.

Minho menyelipkan rambut Felix ke belakang telinga, "Sini, Felix. Hyung mau lihat wajahmu."

Felix mendongak, dengan antusias menghisap batang Minho yang mengeras. Bibir merahnya bertemu dengan ujung tumpul Minho yang merah bernafsu. Mulutnya terbuka lebar, menelan penis Minho.

Minho sangat menyukai wajah manis penuh semangat itu, "Berantakan sekali, sayang"

Felix mengeluarkan banyak ludah. Minho bahkan tak perlu mengeluarkan pre-cum untuk membuat batangnya basah. Lidah Felix menjilat seluruh sisi penisnya berulang kali seperti anak kucing yang meminum susu.

"Berhenti menggoda seperti itu" geram Minho dan seperti anak kucing yang dimarahi induknya, Felix dengan patuh memasukkan seluruh penis Minho ke dalam mulutnya.

Jisung tengah menuangkan lotion dalam jumlah banyak ke pantat Felix. Jisung menuangkannya begitu banyak hingga menetes ke paha si kembar. Jisung menampar lubang Felix dengan penisnya, menghasilkan suara-suara cabul yang mengirimkan getaran hingga ke batang Jisung.

"Sayang, aku gerak sekarang," Jisung mengingatkan.

Dia tidak membuang waktu untuk menggenjot Felix. Jisung menghentakkan penisnya dengan cepat dan terburu-buru. Suara benturan kulit meningkatkan libidonya.

Felix terengah. Mulutnya yang dipenuhi penis Minho menggigitnya tanpa sadar. Minho menggeram sambil memalingkan wajah. Kacamatanya berembun karena napasnya yang terengah.

"Sial, aku tidak tahan lagi"

Minho menggigit bibir. Ia genggam rambut Felix dengan satu tangan, memaksanya menggerakkan kepalanya dengan kasar. Tenggorokan Felix terasa terbakar, menerima gerakan kasar Minho. Perut Minho bergejolak, hampir mencapai orgasme.

"Kamu ingin di dalam atau di luar?"

Sebagai jawaban, Felix menggigit dengan bibirnya. Minho menahan nafas, menuangkan cairan putihnya dalam mulut Felix. Minho masukkan jarinya ke dalam mulut Felix, air mani menggenang, tumpah ke bibir dan pipinya.

"H-hyungg..." Minho tersenyum. Dia menundukkan kepalanya untuk mencium adiknya. Felix merengek pelan dan membiarkan Minho memaksanya menelan cairan putih.

Minho selalu seperti itu. Memperlakukan Felix seperti pangeran, selalu pilih kasih. Tersenyum lembut setiap kali menatap Felix. Namun, dia tidak pernah ragu menggunakan kekerasan dalam kegiatan ranjang. Terserah orang lain bilang jahat, hanya dia yang tahu apa yang diinginkan Felix.

Dia tahu Felix akan melakukan apa pun demi memuaskan hyungnya. Dia tahu Felix senang melakukannya. Itu sebabnya tidak perlu menahan diri, kecuali Felix meminta tetapi itu tidak pernah terjadi.

Berbeda dengan Jisung yang jujur. Cepat dan tidak sabar. Stamina tinggi dan tak kenal lelah.

"Hmngha ahhh-hahh J-jisunghh"

Sekarang tak disumpal Minho, Felix tidak punya apa pun untuk menghentikan desahannya. Lututnya lemah tapi penis Jisung seperti jangkar, menahan lubangnya dan menjaga Felix agar tak hancur berkeping-keping.

"J-jisunghhh ..."

"Hmmm, mau keluar, adik?"

Jisung tahu. Tentu saja dia tahu, mereka 'kan kembar.

Jisung meningkatkan kecepatan. Satu dua dorongan, Jisung mendorong Felix hingga terjatuh di ranjang. Bibirnya menggigit bahu Felix yang berkeringat. Memuncratkan air maninya di dalam Felix. Bersamaan dengan air mani Felix yang membasahi ranjang.

Felix tidak bisa berpikir. Seluruh ruangan seakan berada di tengah angin puting beliung. Cahaya kuning lembut terasa memusingkan. Semuanya terasa berlebihan. 

GOOD THINGS COME TO FAMILY THAT LAUGH • chanminsunglix ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang