52. Saksi

44 5 0
                                    

Halo... 👋😄

Gimana kabarnya? Semoga baik ya kalian pembaca kesayangan aku.

Minal aidzin wal faidzin bagi yang merayakan idul fitri 🙏

Wkwk dari lebaran ke lebaran lagi ini cerita gak kelar-kelar 😭😭😭

Dahlah, yang penting masih aku lanjut.

Mendekati ending nih...

Selamat membaca~

••••


Dania berlari sepanjang koridor. Ia pun melewati kelasnya. Tujuan pagi ini menghampiri Saguna yang ada di Aula sekolah. Katanya, ia mendapatkan bukti kebenaran kalau Dania memang bukan yang membunuh Andin.

Gadis itu berhenti di ambang pintu. Menyusuri sekeliling dengan sepasang matanya. Aula sudah dihuni beberapa orang meski bel masuk belum berdering. Saguna yang ada di atas panggung melambaikan tangan. Cowok itu sedang bersiap-siap dengan yang lain dan di dampingi wali kelas mereka.

Perlahan sembari mengatur napas Dania melangkah menghampiri Saguna. Cowok itu juga inisiatif untuk turun dan berlari mendatangi gadis tercintanya.

“Aku dapet saksi lain dari kejadian.” Perkataan Saguna tidak lantas membuat Dania langsung berbicara. Gadis itu mencerna dahulu apa yang sedang terjadi.

“Ini betulan?” Dania belum sepenuhnya percaya kalau Saguna berhasil.

Saguna mengangguk antusias, “Betul masa aku bohong sama kamu. Seorang pemilik warung katanya melihat kamu, Rigo dan korban di lokasi itu.”

Dania menunjukkan sebuah senyum tipis, “Makasih ya, Gun. Lo mau bantu gue sejauh ini. Selama ini gue cuma ngerepotin lo aja.”

“Jangan bilang begitu! Kamu sama sekali nggak ngerepotin aku. Kebeneran harus kita tegakkan bukan?”

Dania mengangguk setuju dengan perkataan Saguna.

Saguna menepuk bahu Dania, “Kamu tenang aja. Semua akan selesai di hari ini. Aku pergi ke ruang guru dulu buat pengumuman. Bentar lagi bel.”

Saguna berlari keluar dari Aula. Sekitar satu menit cowok itu pergi bel pun berdering. Sebuah pengumuman terdengar sepenjuru sekolah.

“Perhatian, diminta untuk perwakilan kelas masing-masing pergi ke Aula! Maksimal 7 orang aja. Pihak sekolah akan membahas kasus pembunuhan yang sedang viral di sekolah kita. Terima kasih.”

Sekitar lima belas menit semua telah memenuhi Aula. Dari perwakilan yang datang nanti akan memberi tahu teman-teman yang lain karena kondisi Aula tifak cukup menampung seluruh murid dari tingkat awal dan akhir.

Bu Aini sebagai wali kelas 11 IPS 2 menerima mikrofon yang Saguna berikan. Beliau-lah yang bertanggung jawab atas acara ini. Karenanya pula Kepala Sekolah memberikan izin untuk mengumpulkan siswa dan siswi.

“Selamat pagi anak-anak, maaf ibu dan teman-teman yang lain mengganggu aktivitas belajar kalian. Sebagaimana yang kita tau kalau kasus pembunuhan yang katanya dilakukan Dania, siswi dari kelas 11 IPS 2 telah menyebar ke semua murid dan guru. Ibu dan teman-teman yang lain membantah kasus ini. Dania bukan pelaku dari jatuhnya Andin di gedung terbengkalai.”

“Jelas-jelas udah ada beritanya, Bu. Orang tua Dania juga menyogok agar Dania bisa lepas,” sambar Bianca yang turut hadir di Aula.

Bu Aini menghela napas. Ia tersenyum pada Bianca, “Ibu juga tidak membenarkan sogok-menyogok itu, tapi di sini ibu mau membuktikan kalau Dania memang tidak bersalah. Saguna dan yang lain sudah mendapatkan saksi di tempat ke jadian. Beliau juga sudah setuju untuk menjadi saksi di persidangan, menyelesaikan kasus ini.

Senyum dari SagunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang