chap 2

20 4 0
                                    


Kiko enak tawu

Enjoy~




Aku duduk di tepian kasur sembari menikmati tenang nya malam hari, ku melihat banyak nya bintang di langit dan bulan yang mengeluarkan sinar nya untuk menyinari dunia. Aku asik memandangi benda benda di langit yang terlihat indah.

BRAK!

Pintu kamar ku terbuka dengan kasar, aku menoleh dan mendapati ayah membawa seltbet.

"A-ada apa ayah?" Tanya ku berusaha untuk tenang walaupun aku sudah takut.

Tanpa bicara, ayah menarik ku dan membanting ku, aku tersungkur dan aku dapat mencium bau alkohol seperti nya ayah mabuk. Tangan ayah yang membawa seltbet terangkat, aku memejamkan mata dan..

CTAK!

"Akh.." lirih ku, rasa sakit ada dipunggung, ayah memecut ku berulang kali. Air mata ku turun, aku menangis.

"Cukup ayah.." Ucap ku lirih, seolah ayah tuli ia tetap memecut ku sehingga darah segar mengalir pada punggung ku. Setelah sekian lama ayah memecut ku, ayah pergi dari kamar ku dan membanting pintu ku dengan keras.

Aku meringkuk, memeluk lutut ku dengan erat dan menangis deras. Rasa sakit pada punggung ku sangat luarbiasa, terutama pada dada ku, sangat sakit dan sedih bila ayah seperti itu.

"Sakit.." kata ku, aku bangkit dan membaring kan tubuh ku ke kasur, tangan ku bergetar, aku tak sanggup untuk mengobati luka itu. Aku memeluk Hugo dengan erat.

"Hugo.. punggung Harvey sakit, ayah memukul Harvey lagi. Mengapa harvey selalu di pukul?" Ucap ku kepada boneka itu sembari menangis. Karena kelelahan menangis, kantuk mulai menyerang, aku memejamkan mata dan mengistirahatkan diri ku, entah mengapa hari ini sangat lelah.






























































01.23

Aku terbangun ditengah malam, aku tidak bisa menggerakan tubuh ku, aku panik, keringat mulai bercucuran, jantung ku berdegup tak santai, apakah aku mati suri saat ini?

Tetapi tak lama ada sentuhan pada kepala ku, aku sedikit bingung tetapi rasa takut semakin berkuasa, aku tidak bisa melihat siapa yang menyentuh ku karena aku membelakanginya.

Yang awalnya hanya sentuhan biasa perlahan berubah menjadi usapan lembut. Seolah olah menenangi ku, usapan itu terus berlanjut sehingga aku merasa tenang, aku ingin menanyakan siapa dia. Tetapi aku tidak bisa membuka mulut ku.

"Harvey.." aku mendengar bisikan pria yang menyebut nama ku, sepertinya yang mengelus ku adalah seorang pria, tetapi siapa? Apakah ayah? Tidak akan terjadi jika itu Ayah. Perlahan aku merasa nyaman dengan usapan itu, kantuk menyerang ku lagi, perlahan mata ku tertutup, dan aku masih bisa merasakan usapan lembut itu.

Sinar matahari menembus jendela kamar ku, aku terbangun aku meringis karena punggung ku yang terasa perih. Aku beranjak dari kasur, aku menuju cermin dan melihat luka di punggung. Ternyata cukup besar.

"Aku tidak berani.." aku menghela nafas dan menggeleng pelan.

Aku bersiap untuk mandi, saat mandi aku sangat tersiksa karena rasa perih itu semakin menggebu gebu. Aku keluar dari kamar dengan siap, aku sudah mengenakan seragam ku dengan rapih. Aku pun turun, tak lupa dengan senyuman di wajah ku, aku melihat ayah, bunda, dan Matthew sarapan bersama. Aku hanya melewati mereka dan berpamitan, aku sudah terbiasa tidak sarapan.

Harvey Dengan KisahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang