Malam, Coba Kau Pejamkan Mata
Oleh Nayfa Matsna, Tengah malam, 6 Agustus 2023.
Aku suka bermalam. Sebab, malam meracik beberapa warna baru untuk menimpa warna yang hanya hitam dan putih tadi siang. Bermalam dalam arti berenang ke pulau kapuk, bersiap menjelajahi mimpi-mimpi besarku di sana. Jurnal hari ini juga telah siap pada malam hari. Semua perihal buruk kutinggalkan. Atau biasanya ku peluk dan menyatukannya dengan hal baik, supaya seimbang.
Malam menjadikanku sosok yang selama ini kuidam-idamkan. Seorang anak kecil yang hanya melihat dunia masih dipenuhi hal indah. Buruknya telah ia lupa. Seluk-beluknya sudah ia buang sesaat sebelum merebahkan tubuh mungilnya ke tempat tidur. Di depan pintu, ia taruh segunung perihal buruk, lalu merebah tanpa rasa takut.
Pintu kamar tidurnya menjadi pembatas antara ia yang sudah rusak karena menghirup abu tadi siang dan ia yang masih memandang dunia dengan pernak-pernik kinclong tanpa kotor dan keruh. Menginjakkan kaki ke tempat tidur, tandanya si kecil sudah siap berenang lagi di mimpi. Melihat yang indah-indah saja, tanpa terkecuali.
Lalu pagi yang seram telah tiba. Kini serigala ketakutan mulai terlihat dari retina matanya yang masih sipit dan bengkak. Keberanjakannya dari tempat tidur pertanda dewasanya telah siap berperang.
Takut, sedih, dan semua-mua yang tak membuatku tenang, semua ku genggam keras di tangan kananku. Beritahu aku jika kau pun begitu. Kau buka tanganku, ku buka tanganmu. Menerbangkan ketakutan yang tak pantas berada di dunia.
Rumah Ini Jangan Sampai Sepi
Oleh Nayfa Matsna, 11-12 Agustus 2023
Pernah kau bayangkan rumahmu sepi bagai pasar yang sudah tak menyediakan barang dagangan?
Di hari minggu, kau tak lagi melihat ibu memasak di dapur dengan aroma sedap yang tercium sampai lantai dua rumahmu.
Di pagi hari, kau tak lagi melihat bapak menyeduh kopi sampai terlihat asapnya di udara. Bercampur dengan aroma sop yang ibu buatkan untukmu dan orang rumah yang hatinya sedang penuh.
Di setiap hari, kau tak lagi melihat nenek yang masih bergemuruh semangat bersiap jalan kaki berolahraga kecil di luar rumah.
Di hari senin, kau tak lagi melihat kakakmu pergi kuliah untuk menempuh ilmu demi bertatap muka ke tempat jauh yang ia idam-idamkan
Di sore hari, kau tak lagi melihat ibu mengoceh atas kekhawatirannya kepada nenek yang ingin berkelana bertemu keluarga besarnya.
Kau telah jauh dari rumah. Bangun tidurmu tak lagi disiram air dingin. Namun, alarm dari gawaimu itu yang menggantikan peran ibu untuk membangunkan seorang kecil yang pulas di tempat tidurnya. Aroma sop buatanmu jauh berbeda. Masakanmu jauh sekali rasanya dengan buatan ibu. Kopi hitam panas yang terlalu pahit sebab salah takaran, semuanya jadi kacau karena mereka telah jauh darimu. Candaan dari nenek juga untuk nenek sudah mulai hilang dari telingamu. Yang biasanya terdengar jelas di setiap paginya, sekarang, waktu membuatmu melupa atas kegilaan candaan itu.
Kakakmu telah pergi jauh, ke tempat yang telah ia idam-idamkan dari lama. Di penghujung negara ini. Dengan senang hati, ia sigap melakukan pekerjaannya. Penuh semangat demi orang yang disayangnya. Peluh keringatnya yang sudah siap mengirim segepok uang ke rumah, tak membuat orang rumah sanggup menghilangkan rasa rindunya atas jarak kedua jantung yang tak terhitung.
Pernah kau bayangkan rumah yang terang bila anggotanya ada di tempat semestinya, telah pergi jauh dari rumah?
Yang dahulu terang benderang, tanpa gelap sedikitpun. Seekor kucing yang selalu menyambut ibu di gerbang pintu terdepan rumahmu. Makanan kesukaan yang ia kejar-kejar saat ibu pulang, lalu bermanja karena sudah lama tak bertemu dengan yang bertahun-tahun merawatnya.
Melanjutkan pendidikan semasa SMA menghantarkanmu untuk pergi jauh dari rumah. Nyaman yang penuh harus kau tinggalkan untuk waktu yang terhitung lama. Rantauanmu semoga membuahkan hasil. Semoga mereka masih ada ketika kau pulang dari rumah. Menyambut dengan tawa atas keberhasilanmu meraih semua yang ingin kau genggam. Masih ramai dan sama seperti ketika kau ada di dalamnya.
Semua-mua yang menghidupkan rumah ini, jangan sampai hilang.
Segala yang menjadikan rumah ini kotor, jangan sampai kau hadir.
Jangan biarkan isi rumah ini hanya orang-orang yang menyenja begitu saja. Tanpa lawakan dan candaan.
Jangan sampai uban-uban tumbuh lebat di waktu yang tak ku inginkan.
Rumahku jangan sampai sepi,
Rumah ini jangan sampai sepi.
Pantas / Tak Pantas Dirayakan
Oleh Nayfa Matsna, 21 Agustus 2023
Kalau tiada mereka, aku tak kan lanjut hidup untuk beberapa bulan setelah bulan Januari tahun lalu.
Aku ialah Nayfa yang kotor. Yang menutup mata akan hal hal baik. Memblokade seluruh hal indah yang berpapasan. Hanya berlalu Lalang, tanpa merampas tangannya satu pun untuk memeluk nyawaku. Semua hal indah aku lewatkan dan memeluk hal kotor yang seharusnya tak ku peluk dalam-dalam.
Aku seorang yang bermimpi besar. Kalau semua impianku bisa ku genggam, akan ku peluk mimpi-mimpiku dengan erat. Sisanya, aku hanya manusia dengan masa lalu yang kotor. Mereka yang mendekapku dahulu ialah orang-orang yang menerima sebagaimana takdir memeluk tanpa seizinku. Namun, yang menciptakan takdirku telah mengizinkanku untuk hancur dan kotor sekujur tubuh. Sisa tulang-belulang yang masih ku tegakkan.
Kalau bertemu dengan mereka yang menyaksikan aku sewaktu keruh menjemputku, aku hanya dapat berlindung di balik batu besar tanpa sepatah kata apapun. Wajahku rata tanpa berbentuk. Semuanya akan ku tutupi dengan topeng besar tanpa suatu lubang sekecil pun.
Aku seorang yang belum pantas dirayakan.
Namun, mereka; asal mula aku bisa menjadi bayi yang utuh, tentang kotor dan bersih, tentang keruh dan jernih, baik dan burukku, akan selalu mereka rayakanku.
Semua-mua yang telah menancap di nyawaku, semoga merayakanku tak berakhir dalam waktu dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Mimpi, Kotor, dan Cinta yang Diembannya
Short StoryRayakan Takdir Tuhan adalah sebuah judul dari kesuluruhan karya-karyaku. Perihal tulis-menulis, pada dasarnya aku tak terlalu mahir untuk mendalaminya. "Rayakan Takdir Tuhan" merupakan perwujudan dari merayakan takdir Tuhan. Bukan hanya merayakan di...