Chapter 13

551 32 9
                                    

Chapter 13

"Siapa sebenarnya yang sekarang aku cintai?" gumamku pada diriku sendiri.

"Siapa?"

Sontak aku menoleh ke arah sumber suara, dan ternyata itu Romi. Segera aku menghapus air mataku dengan kasar. Ingin segera pergi dari hadapannya. Tetapi, Romi lebih cekatan dariku yang kini sedang tidak berdaya. Tangannya mencekal tanganku hingga aku terkunci.

"Maafkan aku, maaf jika aku membuatmu menangis." Romi menarikku ke dalam pelukannya, timbul rasa nyaman disini. Sehingga tangisanku semakin menjadi, membiarkan jas Romi basah oleh air mataku.

"Aku masih tetap mencintaimu, walaupun aku belum dapat jawaban dari kamu."

Hanya ada isakan untuk balasanku, masih bingung harus mengatakan apa. Sisa hari itu, aku lebih banyak diam saat Romi mengajakku jalan-jalan. Mood jelekku masih menghantuiku. Perasaan cemburu.

--

Terdiamku disini, menatap langit berwarna biru muda. Bersih tanpa awan putih. Pikiranku hanya satu, Bayu. Aku tahu dia pasti sakit hati, walaupun dia mencoba menyembunyikannya. Aku tahu persis sifatnya, jika dia mengalah itu bukan hal yang gampang baginya.

Aku juga ingin mengetahui, perasaan apa yang muncul saat aku berdekatan dengan Romi. Apakah itu cinta? Tapi, kenapa secepat ini? Apa aku benar-benar mencintainya?

"Bayu, terkadang memiliki tidak harus mencintai. Karena mencintai belum tentu harus memiliki."

Itulah saat ini yang aku tahu, aku mencintai Bayu belum tentu aku bisa memilikinya. Dan juga aku akan memiliki Romi tapi tidak harus mencintainya. Atau harus, itu adalah urusan mendatang. Karena, ada beberapa hal yang lebih baik diikhlaskan daripada kita terlalu memaksakan diri untuk memilikinya.

Aku mungkin mulai mencintai Romi karena sebuah desakan. Secara tidak langsung, Papa telah berhasil membuatku mencintai Romi. Akupun tidak tahu awal dari perasaanku padanya, mungkin saat aku mulai menolaknya atau saat aku mulai merasa nyaman dengannya, aku tidak tahu.

"Jihan, kamu bisa pakai apartemenku sementara ya, aku akan pulang ke rumah."

Jihan mengangguk, "Berapa hari Vio?"

"Sampai aku menikah," kataku sembari memasukkan baju-bajuku ke dalam koper.

"What! Lo mau nikah sama Romi?" tanya Jihan heboh yang langsung mendekatiku, aku hanya mengedikkan bahuku dan mengangguk tak pasti. Jihan menggeleng heran, "Gue nggak tahu sih perasaan lo. Tapi, Bayu pasti nggak bakal diam aja Vio. Gue harap lo yang baik-baik aja."

"Terimakasih Jihan, aku akan segera pulang. Romi akan menjemputku."

Jihan membantuku menyiapkan koper-koper dan barang bawaan lainnya. Aku sudah mengirim pesan kepada Romi untuk segera menjemputku.

"Kenapa nggak sama Rezal aja?"

"Dia masih harus ngurusin perusahaan satu minggu lagi, dan besok aku akan menggantikannya. Jadi dia sangat sibuk sekarang. Juga dia sebentar lagi akan Ujian Nasional."

Jihan hanya mengangguk. Romi datang setelah aku selesai mengeluarkan semua koperku. Romi membawa dua koperku, dan aku hanya membawa sling bags yang setiap hari aku bawa juga satu koper kecil.

"Kamu yakin hanya segini bawaan kamu?"

Aku tersenyum lalu mengangguk. "Kalau masih ada, besok masih bisa di ambil. Lagian masih daerah jakarta juga 'kan?"

Romi tertawa renyah, aku baru tahu jika dia tertawa. Semenjak aku kenal dia, belum pernah aku mengetahui tawa yang dia ciptakan karena senang. Mungkin, dengan ini aku bisa sedikit melupakan Bayu. Tidak tidak, bukan melupakan dia. Tapi mengesampingkan hubunganku dengan Bayu.

Sampai di rumah, Papa dan Mama menyambutku dengan penuh kebanggaan. Bukan karena aku pulang dan ingin tinggal disini, melainkan aku datang bersama Romi. Mereka hanya ingin tahu bahwa aku harus dengan Romi.

"Romi, terimakasih sudah bisa membawa Viola pulang ke rumah," kata Papa sembari tersenyum lebar. Mama hanya bisa ikut Papa. Mereka pasangan yang serasi. Walaupun berbeda ras, mereka tetap bisa menjalin kekompakan. Aku salut.

"Aku ingin ke kamar, kalian mengobrol saja. Aku lelah," ucapku lalu berjalan menuju lantai dua. Tubuh aku lempar ke kasur yang berukuran king size ini, lalu menyelimuti diriku hinga sebatas dada. Tidur siang bolong mungkin dapat membantuku berpikir dengan jernih.

--

Persiapan untuk nanti malam benar-benar sudah matang. Tinggal memastikan keyakinan dan kemantapan hatiku untuk melakukan itu semua. Pertunangan, tinggal beberapa jam lagi. Dan semua saat itu dilaksanakan, aku harus meyakinkan bahwa ini benar dan bukan salah. Walaupun harus menyakiti seseorang dan mengorbankan cinta pertamaku.

Aku menatap tubuhku yang terbalut sack dress putih pilihan Romi. Aku berdecak beberapa kali karena terkagum-kagum. Melihat tubuhku bak wanita kerajaan. Mama membantuku dalam membantu penampilanku.

"Ma, apa keputusanku sudah benar?"

"Keputusan apa sayang?"

"Aku masih memiliki perasaan terhadap seseorang, tapi aku harus hidup bukan dengan orang yang belum pernah aku cintai," jelasku.

Mama tersenyum, berdiri menyandarkan tangannya pada bahuku. "Mama tahu, kebahagiaan kamu bersama Romi. Jangan pernah berpikir bahwa Romi adalah orang yang telah menghasutmu. Dia adalah anak yang baik, kamu belum mengenalnya lebih dalam saja. Cobalah mengenalnya, mungkin akan lebih baik."

Aku mencoba mencerna kata-kata Mama. Dia berkata tidak akan pernah salah, naluri Ibu tidak pernah salah. Jika ini memang takdirku, aku harus menjalaninya. Mungkin hanya butuh proses untuk memahaminya.

Acara akan dimulai, aku akan segera turun untuk menemui para tamu undangan. Termasuk Bayu, aku undang juga. Datang atau tidaknya, itu aku tidak tahu. Tapi, aku rasa dia tidak akan datang karena mungkin dia tidak bisa melihat aku berdiri bertukar cincin dengan Romi.

Aku menarik nafas panjang, mencoba menenangkan kegugupanku. Melihat dari atas balkon, di bawah sangat ramai. Tamu-tamu kelas atas, juga teman-temanku sudah berkumpul disana. Termasuk Jihan yang sedang berbincang pada teman lama kami. Tapi, aku tidak melihat Bayu disana. Mungkin benar bahwa dia tidak akan datang.

Tubuhku tertarik kebelakang, tanganku di cekal olehnya. Dia, membawaku ke dalam kamarku. "Ssstt...." Hanya itu perintahnya. Aku terdiam dan mencoba mengatur nafasku.

.

TBC

Maaf ya hanya sedikit, memang lagi sedikit .. udah alurnya sih :D

Fascinated (Dalam Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang