"Va?"
"Kenapa?"
Bagas melihat Alvin sedang duduk di ruang tamu menonton televisi yang menayangkan film anak-anak. Bagas tau bahwa hubunganya sudah merenggang, tidak hangat seperti dulu. Bagas tau, bahwa Bagas egois jika dirinya meminta lebih. Bagas seharusnya sudah bersyukur bila Vania masih ingin menatap pada dirinya.
"Hari ini mau jalan-jalan?"
"Boleh, mau kemana?"
"Berdua? Alvin titip mama dulu aja."
Vania mengangguk, setelah mencuci piring Vania segera membersihkan diri. Bagas mengganti pakaianya dan menyiapkan beberapa perlengkapan Alvin di rumah ibu Vania nanti. Setelah mereka selesai, mereka melaju ke rumah ibu Vania lalu menitipkan Alvin dan besoknya mereka akan ambil Alvin. Setelah itu Bagas dan Vania berjalan mengelilingi kota Jakarta.
Bagas dan Vania tidak memiliki tujuan yang jelas, akhirnya mereka hanya berkeliling dengan mobil dan memesan makanan cepat saji untuk dimakan dalam mobil. Bagas dan Vania masih mengobrol, tak ada nada yang kejam atau tidak suka dari Vania. Vania masih seperti dulu, hanya saja Bagas melihat bahwa Vania memberi batas terhadap dirinya. Setelah mereka selesai makan, mereka lanjut berkeliling.
"Va, aku mau kamu jujur, kalau ada perasaan yang kamu simpen, keluarin aja. Aku tau jadi baik itu susah."
"Bagas, walau aku jujur, kita bisa apa? Aku cuman mau kasih yang terbaik buat Alvin. Sosok ayah juga penting dalam pertumbuhan anak, kalau kamu hilang, gimana nasib Alvin?"
Bagas terdiam. Hilang. Kata-kata itu terus memutar dikepala Bagas.
"Kamu mau aku menghilang?"
"Enggak Bagas. Aku masih butuh sosok kamu sebagai suami aku, dan ayah untuk Alvin, tapi aku gak bisa kayak dulu lagi. Cinta aku udah habis, aku cuman butuh kamu sebagai kepala keluarga yang mimpin keluarga kita."
"Habis.. ya, aku ngerti. Thanks Va, this why i'm so lucky to have you."
"Hahaha, kenapa masih sama yang lain kalau aku so lucky?"
"Va, plis stop."
"Why? I'm just joking."
"No, its not a joke."
Vania tertawa, Bagas melihat ada kehampaan dalam tawa Vania. Bagas rasanya ingin jujur terhadap semua. Bagas juga ingin membela dirinya, bahwa dirinya tidak 100% salah. Bagas hanya bisa diam, Bagas tidak ingin masalah ini semakin dalam. Saat Bagas sedang fokus dalam perjalanan, Vania tiba-tiba meminta Bagas untuk menepi. Bagas dan Vania berhenti di sebuah taman. Vania mengajak Bagas untuk duduk di salah satu kursi.
"Bagas, aku mau jujur. Kedepanya aku gak yakin apa aku masih bisa balik lagi ke kamu, tapi yang pasti aku gak akan pernah cerai sama kamu, Alvin masih butuh kamu. Kedepanya mungkin kita gak bisa kayak dulu lagi, sakit Gas setiap kali aku lihat kamu, rasanya semua langsung berputar di kepala aku."
"Berarti pernikahan kita kosong? Tanpa cinta?"
"Pernikahan kita ada cinta, untuk Alvin."
"Va, aku lagi bahas tentang kita. Plis, aku tau Alvin segalanya untuk kamu, sama Va, Alvin juga segalanya untuk aku."
"Kita? Aku sudah bilang, udah gak ada lagi 'kita' aku cuman mau fokus sama Alvin."
"Aku mau kamu bahas tentang kita! Percuma kalau kita terus berjalan tapi kosong, kasian Alvin kalau suatu saat dia tau."
"Bagas, kalau kamu mau aku jujur. Perempuan mana yang kuat? Hamil di luar nikah, saat kehamilan harus disembunyikan dari orang tua. Mertua gak suka, sampai dijatuhkan. Menikah saat mengandung, terus sekarang melihat suaminya main sama perempuan lain. Jawab Gas! Perempuan mana yang kuat!?"
Bagas terdiam, Bagas memeluk Vania. Tangisan Vania pecah, Vania menangis dalam pelukan Bagas.
"Aku gak sekuat itu Gas, ada kalanya aku juga capek. Aku mau jauh dari kamu, tapi gak bisa. Kita keluarga, dan keluarga harus ada satu sama lain."
"Kamu bisa jujur Va.."
"Aku mau kita pisah. Aku capek Gas, setiap aku lihat wajah kamu, cuman ada kata 'lelah' di dalam pikiran aku. Bukan cinta, bukan kehangatan seperti dulu."
...
09.03
Rumah ibu Vania"Ma, Vania mau ngobrol."
Bagas tersenyum, mengendong Alvin masuk dalam mobil. Bagas sengaja membawa Alvin pergi bermain agar Vania bisa bebas berbicara bersama orang tuanya.
"Kenapa kak?"
"Vania mau pisah sama Bagas."
Orang tua Vania tentu terkejut. Vania menangis dihadapan orang tuanya, Vania menceritakan seluruh kejadian terhadap keluarga kecilnya.
"Keputusan Vania salah gak ma, pa, Vania sudah capek. Ternyata gak semudah itu mempertahankan rumah tangga."
"Gak kak, kamu gak salah. Papa tau seberapa berat kamu jalani hidup kamu. Papa tau Alvin segalanya buat kamu, tapi kalau kamu tersiksa saat menjalankan sosok kamu sebagai istri, itu bakal berpengaruh juga dengan tumbuhnya Alvin. Kamu gak salah kak, kamu bisa fokus menjadi sosok ibu untuk Alvin."
Vania menangis, memeluk orang tuanya. Vania merasa sangat bersalah, dari dulu Vania belum bisa memberi apapun ke orang tuanya. Vania hanya bisa menimbulkan masalah.
"Kamu harus tau kak, mama bangga sama kamu. Pemikiran kamu sangat dewasa. Jangan pernah kamu pikir bahwa kami gak bahagia punya kamu, kami bangga sama kamu kak. Kami punya anak perempuan yang sangat dewasa."
...
19.23
Apartemen Bagas & Vania"Alvin?"
"Kamu pulang Va?"
"Iya, aku naik taksi online. Oh, Alvin sudah makan?"
"Sudah, tadi di mall kami makan. Kamu sudah makan Va?"
"Sudah, tadi mama masak."
Vania melihat ke dalam kamar Alvin. Alvin tertidur, sepertinya dirinya sudah sangat lelah karena seharian bermain dengan Bagas.
"Gas, aku mau kita ngobrol."
"Iya."
"Aku mau kita pisah."
Bagas yang mendengar sudah tidak terkejut. Bagas tau, ini cepat atau lambat akan terjadi. Bagas hanya tersenyum menatap Vania.
"Ya, aku segera urus."
"Aku belum selesai. Kita harus janji, kita bakal menjadi orang tua yang baik untuk Alvin, kita tetap menjalankan peran ayah dan ibu, bukan lagi suami dan istri."
"Iya Va, itu sudah pasti."
"Maaf Gas, aku gak bisa pertahankan keluarga kita. Lebih baik kita berpisah sekarang, di saat aku masih bisa tersenyum melihat kamu, aku takut jika ditahan semakin lama, akan timbul kebencian. Lebih baik sekarang kita selesaikan dan tetap menjadi sosok yang baik bagi Alvin."
"No Va, ini keputusan yang tepat. Aku tau.. aku salah dan kesalahan aku gak bakal bisa dimaafin. Aku terima konsekuensinya."
...
2 Agustus 2020
Bagas dan Vania resmi bercerai.Vania tersenyum memeluk Bagas, lalu mengendong Alvin. Bagas membawa dua koper berisi pakaian Vania dan Alvin. Vania akan kembali ke rumah orang tuanya, sedangkan Bagas akan tetap di apartemen, dan melanjutkan kuliahnya. Setelah Vania pindah dan tinggal dengan orang tuanya, Vania masih melanjutkan bisnisnya bersama sahabatnya. Sebuah kafe akan terbentuk. Vania masih sering membawa Alvin bermain ke apartemen Bagas, atau Bagas yang main ke rumah orang tua Vania. Keluarga mereka masih tetap utuh, namun tidak seperti dulu.
- END -
Halooo!!! Akhirnya sudah selesaii!! Maaf karena hiatus terlalu
lama 😭🙏dannn terima kasih untuk pembaca setia, yang sudah memberi komen dan vote cerita ini!!
Oh ditunggu ya bonus eps nya!

KAMU SEDANG MEMBACA
My Fault
Novela JuvenilBagas Baswara, lelaki tampan yang menyungkai olahraga basket. Hidupnya yang sebelumnya damai berubah menjadi suram. Bagas menghamili seorang gadis, Vania Jovanka. Bagas tentu akan bertanggung jawab atas perbuatanya. Tetapi pada akhirnya dirinya kehi...