TIGA PULUH DUA || BEKAL

327 25 0
                                    

"Memilikimu saja sudah cukup untukku. Maka dari itu, aku mohon agar kamu tidak berubah."

-Faradisa Renjani-

🍂🍂🍂

Written By: nonamarsanda

Malam harinya, Hafidz sibuk bergelut dengan tumpukan berkas-berkas di meja  layar monitornya yang menyala. Sementara Disa lebih memilih untuk duduk di single sofa yang berada di dalam kamar menemani sang suaminya yang tengah mengerjakan pekerjaannya dengan memainkan ponselnya.

Sejak beberapa minggu setelah kesibukannya dari bulan madu, baik Hafidz mau pun Disa sudah kembali ke aktivitas sebelumnya. Mereka sama-sama pergi untuk bekerja, Hafidz mulai sibuk di perusahaannya, dan Disa kembali dengan kegiatan di toko bunganya. Hafidz memang tidak melarang Disa untuk berhenti bekerja, toh toko bunga tersebut milik Disa pribadi kalau pun memang Disa mau libur, masih ada pegawainya yang membantu menghandle pekerjaannya.

“Kamu nggak mau tidur saja, sayang?” tanya Hafidz melirik pada Disa berada di sampingnya yang memainkan ponselnya. Ia sadar, jika dirinya sudah terlalu lama sibuk dengan pekerjaannya, mungkin saja istrinya itu juga merasa kesal menunggu.

Disa mendongakkan kepalanya melihat pada sang suaminya yang ternyata masih saja sibuk dengan pekerjaannya, “Nggak.  Nanti aja, mau tunggu kamu.” jawab Disa membuat Hafidz menyungging senyumnya dan mengacak rambut Disa gemas.

Hafidz mengangguk, melirik jam yang muncul di sisi samping bagian monitornya. Ah, sudah hampir pukul sebelas malam.  Kembali melirik sang istri,  akhirnya Hafidz memilih untuk membereskan tumpukan berkas menjadi satu dengan laptopnya tadi.

Disa melihat Hafidz yang beranjak mengemasi barang-barang tadi ke dalam tas kerjanya membuat Disa berpindah ke ranjang berniat untuk tidur. Setelah selesai, Hafidz menghampiri Disa dan kemudian mereka pun akhirnya terlelap di alam bawah sadarnya.

*****

Paginya, seperti biasa Disa sudah siap untuk pergi ke toko bunga hari ini. Setelah selesai menyiapkan kebutuhan suaminya, Disa memilih untuk turun membantu sang ibu mertuanya untuk memasak makanan untuk sarapan mereka. Benar apa kata Disa, sang ibu mertuanya sudah di dapur menyiapkan makanan yang membuat Disa segera menghampirinya.

“Ibu, ini biar Disa saja yang menggorengnya,” ucap Disa melihat ibu dari suaminya itu hendak meraih baskom berukuran sedang yang berisi beberapa ikan yang sudah di bumbui, dan siap di goreng.

Tanpa ada jawaban, mertuanya itu justru beralih ke meja makan menata beberapa makanan yang sudah selesai di sajikan. Disa tersenyum getir melihat perubahan sikap mertuanya kepadanya sejak sepulang dari bulan madu beberapa minggu kemarin, Disa bertanya-tanya, apa ia ada salah?

Dari pada membuang waktu karena memikirkan perubahan sikap sang mertuanya, lantas Disa memutuskan untuk segera menggoreng ikan-ikan itu dan menyelesaikannya dengan cepat
“Wah sudah siap saja sarapannya,” celetuk pak Sahril, ayah mertua Disa.

“Hafidz belum turun?” tanya pak Sahril pada istrinya karena pak Sahril hanya melihat menantunya sedang sibuk di depan kompornya sementara anak laki-lakinya belum terlihat batang hidungnya.

“Nyari aku?” suara bariton yang tiba-tiba bergabung.

Tentu suara itu tidak asing di telinga mereka, ya, itu adalah Hafidz. Sang ayah menepuk pundak Hafidz sedikit keras yang hanya dibalas dengan kekehan renyah dari Hafidz. Melihat istrinya di dapur, Hafidz segera menghampirinya dan mengajaknya untuk bergabung dengan orang tuanya.

SINCERITY OF LOVE [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang