Chapter 9

7 6 0
                                    

Happy Reading
__________________

Bulan kini telah berganti. Matahari menyinari bumi. Burung terbang kesana-kemari dengan kicaan yang indah. Tanaman-tanaman yang subur indah menghiasi taman.

Rania terbangun dari tidurnya ia menyadari bahwa dirinya sudah berada di atas ranjang. Tak lupa sedikit tarikan senyum yang ia hiasi di wajahnya, ia berfkir pasti adiknya yang memindahkannya ke sini.

Ia melihat sekeliling kamarnya yang sudah bersih yang di mana adanya serpihan kaca maupun barang-barang yang berserakan kni sudah teratur kembali.

Rania justru senang sekali dirinya segera bergegas membuka gerdeng dan jendela. Ia menghirup dara segar, sejuk di pagi hari itu tak lupa angin yang datang menyapanya hingga membuat rambutnya terbang, sesekali ia menutp matanya untuk menikmati pagi hari yang indah ini.

Ia melihat sekeliling tanaman rumah yang juga menyapanya di pagi ini. "Hufft," hembusan nafas pelan keluar dari mulut, Rania.

"Semoga harr ini adalah hari yang indah, dan bahagia buat aku. Semoga tidak memiliki masalah seperti kemarin lagi." ujarnya.

Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 08.15, segeralah ia bergegas untuk membersihkan tempat tidurnya dan setelah ia pun membersihkan dirinya.

Refa berada di ruang tamu sendiriran, kedua orang tuanya masih saja tidur di kamar. Dirinya yang bosan hanya bermain handphone dengan menscroll tiktok yang ia tonton.

Refa yang sedang asik sendiri kini terhenti kala melihat sang kakak yang sudah rapi dan terlihat buru-buru ingin keluar.

"Kak," panggil Refa membuat Rania menghentikkan jalannya. Ia menoleh ke sumber suara.

"Mau kemana? Kok rapi banget?" tanya Refa. Rania hanya membalasanya dengan senyum tipis.

"Kakak kerja di caffenya tante Lisa. Kakak harap uni hanya rahasia kita berdua. Ayah ibu sudah tau kalau kakak bekerja tapi mereka belum tau kalau kakak bekerja di sana."

Refa berfikir sejenak, "Tapi untuk apa, kak?"

"Dek, kamu tidak perlu tau soal itu. Ini juga dem masa depan kakak, juga masa depan buat kamu. Agar beban kakak ke ayah maupn ibu itu menggurang." Rania berucap sedemikian tak lupa ia mengelus rambut hitam milik, Refa.

Refa mengangguk saja, "Aku antarin ya, kak?" tawar Refa, Rania justru menggeleng pelan.

"Tidak usah, kakak bisa sendiri kok lagian, kan kakak ada sepeda buat kesananya." jarnya dengan senyuman yang tidakpernah pudar.

Refa mengangguk saja tanpa banyak protes, "Baiklah kalau begitu, kakak pergi dulu ya? Assalamu'alakum."

"Wa'alaikumussalam." balasnya. Refa merogoh sakunya menggambil handphone untuk mengirimi pesan kepada seseorang.

Refa
"Tolong pantau kakak gue, kalau ada apa-apa kabarin gue!"

Ia mengirim pesan sekiranya begitu kepada salah satu anggotanya. Tak lupa ia pun bergegas keluar entah kemana.

Rania mengayuh sepedanya di sepanjang jalan ia sering menyapa seperti biasanya kepada orang-orang yang bertemu dengannya.

Tak perlu beberapa lama ia pun sampai di tempat tujuan. Rania menaruh sepedahnya dekat pohon di temapat ia bekerja setelahnya ia pun masuk ke dalam.

Kisah Rania (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang