Rony membuka matanya perlahan, meregangkan badannya yang terasa cukup pegal, malam yang terasa cukup panjang dan melelahkan baginya. Jujur saja, ia sangat senang bisa terjebak hujan bersama seorang gadis cantik yang selalu ia rindukan, tapi kesenangan itu hanya sementara, sekarang, ia harus melihat orang yang sangat ia sayang harus berada di rumah sakit. Ah, ibunya.
Rony segera beranjak dari kasur tipis yang berada di samping bawah brankar ibunya, Rony menghampiri ibunya, badan Riva dan Ayahnya sedikit tergeser akibat pergerakan Rony yang tiba-tiba berada di tengah keduanya.
"Bu... " Ucap Rony lirih dengan tatapan sendu, Rony mengecup kening ibunya singkat.
"Ibu ... kan udah Ony bilang harus sering-sering check Up, kalau Ayah sibuk, kan bisa suruh aku atau Riva,... atau hubungin bang Johan sama bang Gevan, pokoknya ibu harus jaga kesehatan, apalagi makanan, pokoknya sekarang ibu harus benar-benar jaga semuanya, mulai dari makanan, minuman ..., emmm ... Apalagi ya?" Rony bertanya ke arah Riva
Riva memutar bola matanya dengan malas, menghela nafasnya ketika mendengar celotehan yang keluar dari mulut abangnya itu.
"berisik!" seru Riva, sedangkan ayah dan ibunya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan, merasa gemas. Dalam hati mereka merasa sangat bersyukur diberikan anak yang sangat sayang pada orangtuanya.
sifat Rony yang cerewet dan posesif hanya bisa keluar dengan orang yang benar-benar dia sayang.
"Ibu udah ngerasa lumayan sehat nak ... " ujar ibunya dengan keadaan yang masih terbaring lemah
"Ibu beneran udah gapapa?" tanya Rony memastikan kembali
"Iya... " balas ibunya dengan senyum, memberikan usapan pada rahang Rony
"udah sana bang, pulang dulu siap-siap kerja, Riva juga ikut abangmu sana. Kau ada kelas pagi kan?" Sahut ayahnya
"Abang aja ini yang lama, bang ayok pulang dulu ke rumah, ganti baju" ujar Riva, menarik tangan Rony agar segera pulang
"trus nanti yang jagain ibu siapa?"
"Biar Ayah yang jaga, nanti juga abang-abang mu kesini mau jenguk, udah sana kau pulang dulu sama Riva."
"iya sudah, Rony sama Riva pamit dulu" ujar Rony, ia segera mengambil jaket dan kunci mobilnya, lalu mencium telapak tangan kedua orang tuanya.
*****
Menunggu lampu lalu lintas berganti berwarna hijau, pagi ini lumayan macet. Rony menyesali kenapa ia tidak menggunakan motor, ya, sejujurnya saja ia malas mengeluarkan motornya dari garasi.
"bang, itu bukannya mobil kak Salma ya?" tanya Riva sambil menunjuk ke arah mobil di sebelah kiri Riva
Rony menoleh sebentar, lalu kembali fokus kedepan, ekspresinya datar
"itu bang Dimas kan yang nyetir?" tanya Riva lagi
"hmm ..." Rony membalas dengan deheman, ia masih memfokuskan matanya ke depan
"kak Salma buka hijab ya?" tanya Riva membuat Rony refleks menoleh ke arah mobil itu.
"kok sekilas kek ada rambutnya gitu? Itu kak Salma bukan sih?" tanya Riva lagi, matanya menyipit memperhatikan orang yang berada dalam mobil disebelahnya
Rony ikut menyipitkan matanya, alisnya mengkerut, ah, sial, posisi gadis itu sedang bersandar di pundak Dimas hanya bisa terlihat pucuk rambutnyaa saja, tapi dari jauh Rony yakin itu bukan Salma
*tin tin
suara klakson mobil dari arah belakang, Mobil Dimas melaju lebih dulu, Rony masih saja memperhatikan wanita yang berada disebelah Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Masih di Hati
أدب الهواةCinta itu harus diperjuangkan. Meski sekalipun terlihat sangat mustahil untuk bersama. Namun, sebuah perjuangan tidak akan berakhir sia-sia.