Ch. 20: Carrying Out The Secret Plan

419 33 2
                                    

Ketika terbangun keesokan paginya, Taeyong berusaha menguasai dirinya dan beraktivitas seolah tak ada yang terjadi kemarin malam. Ia memasak dan makan bersama keluarganya seperti biasa. Manik bobanya memperhatikan satu per satu anak kesayangannya dengan perasaan sayang.

Ketika netranya menemui Sungchan, si bungsu itu langsung bisa merasakan campuran perasaan yang dirasakan Taeyong. Rasa sayang yang sangat dalam, namun bercampur kalut, takut, bingung, dan juga penyesalan. Sungchan bingung sekali kenapa perasaan itu menguar begitu kuat hari ini. Ia merasakan ada sesuatu yang buruk yang akan datang.

"Appa" panggilnya. "Apa appa sedang ada masalah?"

Taeyong sedikit terkejut mendengar Sungchan. Ia memang sudah menduganya, bahwa anaknya itu bisa melihat perasaan terdalam seseorang hanya dari melihat tatapannya. Itu adalah kemampuan yang didapatnya dari Lab. Mark dan Jeno juga langsung menoleh dengan khawatir pada appa mereka.

"Hmm, appa hanya memikirkan soal noona. Sebentar lagi genap 11 tahun sejak kepergiannya. Hanya itu" katanya berkilah. Ia sendiri tidak menyangka akan melakukan misi pembalasan dendam berdekatan dengan hari kematian kakaknya.

"Ah, begitu" anak-anak itu mengangguk, tapi Sungchan tak menemukan kecocokan antara apa yang dikatakan Taeyong dengan ekspresinya.

Mark juga teringat, sepertinya hari ini memang tepat hari dimana Sooyoung menyelamatkannya.

"Boleh aku menemani appa ikut ke Itaewon hari ini?" tawarnya dengan suara pelan.

"Hmm.. maaf, Mark" ujar Taeyong. "Untuk hari ini saja sepertinya appa hanya ingin sendiri dulu saja. Tidak apa-apa ya?"

Mark cepat-cepat mengiyakan. Bagaimanapun, ialah yang membuat kakak Taeyong menghilang. Ia tak ingin menyusahkan pria itu.

"Iya, appa. Hari ini Mark akan temani Jeno dan Sungchan saja" katanya menurut.


⌖⌖⌖


Di hari itupun, Jaehyun tetap mengantarkan Taeyong ke Itaewon. Saat mobil telah mencapai tempat parkir, biasanya pria itu akan segera turun dan membukakan pintu bagi kekasihnya itu. Tapi entah mengapa, kali ini pria Jung itu masih saja terdiam di kursinya.

"Jaehyun-ah?" tanya Taeyong bingung seraya melepaskan sabuk pengamannya. "Ada sesuatu yang mengganggumu?"

Jaehyun tak langsung menjawab, namun memilih menatap kedua manik boba itu lekat-lekat dalam diam.

"Jagiya, aku kepikiran perkataan Sungchan tadi pagi" katanya lirih. "Apa sebenarnya kau sedang sakit atau kelelahan? Kau bisa bilang padaku"

Jaehyun melanjutkan, "Aku kan sudah pernah bilang aku bisa menghidupimu sepenuhnya. Kau tak perlu bekerja jika masih kelelahan dan bisa diam di rumah saja"

Taeyong menunduk. Ia merasa tak enak harus membohongi Jaehyun juga, tapi ia harus melakukannya.

"Tidak Jaehyunie, seperti yang kubilang, aku hanya kepikiran karena hari ini tepat 11 tahun noona pergi" katanya mencoba meyakinkan pria itu. "Meski begitu, terima kasih sudah perhatian padaku"

"Baiklah. Aku percaya padamu. Kau bisa bilang apapun padaku, aku akan melakukan semua yang kubisa" ujar Jaehyun. Salah satu tangannya terarah pada pipi Taeyong dan mengusapnya, begitu pelan.

"Jagi" katanya memberi jeda sejenak, lalu tetap mengamati manik Taeyong. "Kenapa... aku seperti merasa akan kehilanganmu?"

ATONEMENT [Jung Family] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang