08. Kandang harimau

80 38 40
                                    

' Kau tidak akan bisa menghindari apa yang sudah menjadi takdirmu. Apa yang harus kau genggam, harus kau genggam Sean. Meskipun kau begitu tidak menginginkannya '

---

Malam ini malam yang begitu sunyi bagi Zhou. Sebab malam ini adalah malam tanpa gadis itu di sampingnya. Malam yang terasa begitu panjang dan membosankan.

Helaan napas berat yang kesekian kalinya ia hembuskan dan rautnya yang begitu datar. Asap yang mengepul membumbung tinggi dari sebatang rokok yang diapit jemarinya. Asap itu kemudian menghilang terhapus oleh angin malam. Zhou, di lantai 21 gedung perusahaannya ia menikmati kesendiriannya.

Rokok yang kembali ia sesap dan Zhou mulai mencondongkan tubuhnya bertumpu pada pembatas kaca. Netra cokelat miliknya kemudian mengedar jauh -menatap gemerlapnya lampu perkotaan yang terhampar indah di bawah sana. Sayangnya raut tenang itu tidak setenang pikirannya.

Berada di atas tak selalu membuatnya bisa dengan mudah memiliki segalanya. Terkadang ada hal-hal yang harus ia perjuangkan dengan lebih extra untuk bisa menggenggam apa yang ia inginkan.

Manusia memang selalu menerka dengan seenaknya. Menyimpulkan apa yang mereka lihat dari kacamatanya sendiri. Mereka tidak tahu menahu dengan apa yang sudah ia lewati. Perjuangan, keringat, bahkan darah, mereka tak tahu itu semua. Hanya karena Zhou memiliki segalanya sedari lahir, mereka menyimpulkan bahwa Zhou tak perlu berjuang keras untuk bisa berada di posisinya saat ini.

' Tinggal mengandalkan nama keluarganya saja dan ia bisa menjadi orang yang 'besar' seperti sekarang '

Begitulah pandangan mereka terhadapnya.

Terkadang sulit baginya untuk tidak tersinggung dengan apa yang mereka katakan. Kesabaran yang ia miliki tentu ada batasnya. Jika kesabaran itu sudah hilang, Zhou tak akan segan-segan 'membungkam' mulut siapa saja yang meremehkannya. Tentu 'membungkam' dengan caranya sendiri.

"Tuan Zhou," Karl yang baru tiba berdiri di belakangnya lalu menunduk dengan sopan.

"Orang itu sudah diberi pelajaran." Lanjutnya. Ia memperhatikan sang tuan yang kini menyesap kembali rokoknya dengan begitu tenang. Setelahnya sang tuan pun mengangguk-angguk kecil.

"Jangan biarkan mereka mendapat aliran dana lagi dari kita." Hinaan yang masih bisa ia ingat dengan jelas membuatnya tersenyum sinis. Apa yang orang itu katakan padanya sudah tersimpan di memori kebenciannya.

"Baik, tuan." Karl mengangguk paham. Arloji yang kemudian ia tatap dan setelahnya ia kembali memandangi sang tuan.

"Sekarang sudah pukul 9, tuan. Bukankah anda akan menemui Tuan Garvey?"

Zhou terdiam untuk beberapa saat. Ia yang sebenarnya malas untuk menemui pak tua itu. Tapi apa boleh buat ia sudah terlanjur mengatakan akan datang ke sana. Di samping itu ada sesuatu yang juga harus ia ambil dari tempat itu.

"Siapkan mobil. Nanti saya menyusul." Titahnya kembali dibalas anggukan dari Karl.

Menenangkan diri lagi untuk beberapa saat dan tiba-tiba saja ia teringat akan peristiwa di pasar cinderamata. Peristiwa tatkala dirinya memergoki Binar dan si dokter muda.

Tentu ia marah akan peristiwa tersebut. Dokter muda itu benar-benar tertarik pada Binar. Berada di tempat yang sama dengan gadis itu sungguh merupakan kebetulan yang amat sangat kebetulan menurutnya. Ya. Agas pasti sengaja mengejar Binar ke sana.

"Dasar penguntit!" Cibiran yang terlontar tatkala ia keluar dari ruang kerjanya. Dengan penuh kehati-hatian Zhou pun memasuki lift. Kakinya yang terkilir itu belum pulih total. Membuatnya masih berjalan terpincang-pincang. Meski begitu ia sudah tidak memakai kruk lagi.

Be your priority | Obsession; Love and hate (New story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang